Persebaran, Pola, dan jangkauan SMP di Kabupaten Boyolali

1. Persebaran, Pola, dan jangkauan SMP di Kabupaten Boyolali

a. Persebaran SMP

Analisis yang dilakukan untuk mengetahui persebaran SMP yang ada di Kabupaten Boyolali adalah analisis spasial dengan menggunakan peta, sedangkan untuk

pengambilan data lokasi SMP dengan menggunakan metode survey. Dalam penelitian ini peta digunakan sebagai media penyaji dalam menampilkan lokasi persebaran SMP,

dalam penggambarannya di peta, SMP disimbolkan menggunakan titik (point) yang berarti satu titik pada peta menunjukkan satu SMP di permukaan bumi. Lokasi titik tersebut menggambarkan kedudukannya secara absolut di permukaan bumi. Lokasi absolut SMP di Kabupaten Boyolali diambil dengan menggunakan GPS (Global Positioning System ). Untuk lebih jelasnya mengenai nama dan letak SMP yang ada di Kabupaten Boyolali Tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 13 dalam Lampiran 1.

Jumlah Sarana Pendidikan di Kabupaten Boyolali Tahun 2009

SD Negeri dan Swasta

SMP Negeri dan Swasta

SMA Negeri dan Swasta

commit to user

Untuk membantu penyajian data persebaran SMP di Kabupaten Boyolali digunakan suatu sistem yang disebut Sistem Informasi Geografis (SIG) yang mengolah data atribut berupa titik lokasi SMP yang kemudian dimasukkan ke dalam peta dasar. Hasil akhir dari pengolahan data yang dilakukan menggunakan SIG berupa peta persebaran SMP di Kabupaten Boyolali. Penentuan jumlah titik berdasarkan jumlah populasi SMP yang ada di Kabupaten Boyolali. Jumlah SMP yang ada di kabupaten boyolali adalah 90 buah. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa persebaran SMP paling banyak di Kecamatan Boyolali dengan jumlah 10 SMP atau 11.1% dari jumlah seluruh SMP dengan jumlah penduduk 51.330 jiwa jumlah 10 SMP ketersediaannya melebihi dari kebutuhan minimal fasilitas pendidikan yang seharusnya ada, hal tersebut karena Kecamatan Boyolali terdapat di Ibukota Kabupaten Boyolali, sehingga Kecamatan Boyolali merupakan pusat dari segala kegiatan pemerintahan, ekonomi, dan pendidikan, sehingga daya tarik Kecamatan Boyolali dengan Kecamatan lain berbeda selain itu kepadatan penduduknya menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan kecamatan lain yang letaknya jauh dari pusat Kabupaten Boyolali kepadatan penduduknya menjadi lebih rendah. Kenampakan persebaran SMP dipeta lebih rapat pada kecamatan yang dekat dengan pusat Kabupaten Boyolali sedangkan SMP yang letaknya jauh dari pusat Kabupaten Boyolali persebarannya lebih menyebar. Seperti persebaran SMP di Kecamatan Selo, Kecamatan Musuk, dan Kecamatan Cepogo persebarannya SMPnya pada peta lebih menyebar. Dilihat dari jumlah SMPnya, pada Kecamatan Selo, Kecamatan Musuk, dan Kecamatan Cepogo mengalami kekurangan. untuk Kecamatan Ampel walaupun letaknya jauh dari pusat pemerintahan Kabupaten Boyolali namun persebaran SMPnya pada peta lebih rapat dan jumlahnya melebihi dari kebutuhan minimal yang dibutuhkan penduduk di Kecamatan Ampel dengan jumlah penduduk 68.781 jiwa ketersediaan SMPnya sebanyak 9 SMP atau 10 % dari seluruh jumlah SMP di Kabupaten Boyolali, hal tersebut karena Kecamatan Ampel terletak pada wilayah perbatasan dengan Kabupaten Semarang sehingga Kecamatan Ampel merupakan wilayah yang dilalui jalur antarkota kabupaten yang ramai, kegiatan perekonomian Kecamatan Ampel menjadi lebih tinggi daripada kecamatan lain. Untuk lebih jelasnya persebaran SMP di Kabupaten Boyolali dapat dilihat pada Peta 2

commit to user commit to user

Untuk mengetahui pola persebaran SMP digunakan analisis tetangga terdekat (nearest neighbor analysis). Metode ini digunakan untuk mengetahui pola persebaran suatu obyek yang diasumsikan sebagai titik (point). Objek kajian dari penelitan ini adalah SMP di Kabupaten Boyolali yang diasumsikan sebagai titik (point). Sebagai dasar dalam penghitungan indeks parameter tetangga terdekat dalam penelitian ini adalah peta pola persebaran SMP di Kabupaten Boyolali, peta ini merupakan hasil analisis antara persebaran SMP di Kabupaten Boyolali dan perhitungan parameter tetangga terdekat. Untuk menghitung pola persebaran SMP, Kabupaten Boyolali dibagi menjadi dua yaitu Kecamatan yang terdapat pada topografi bergunung dan dataran rendah. Pembagian wilayah kecamatan bertujuan untuk menyeragamkan topografi masing-masing kecamatan. Kecamatan yang berada pada topografi bergunung meliputi: Kecamatan Ampel, Kecamatan Selo, Kecamatan Cepogo, dan Kecamatan Musuk, keempat kecamatan tersebut terletak di lereng Gunung Merapi. Kecamatan yang berada pada topografi dataran rendah meliputi: Kecamatan Boyolali, Kecamatan Mojosongo, Kecamatan Teras, Kecamatan Banyudono, Kecamatan Sawit, Kecamatan Sambi, Kecamatan Ngemplak, Kecamatan Simo, Kecamatan Nogosari, Kecamatan Karangggede, Kecamatan Klego, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu, Kecamatan Wonosegoro, dan Kecamatan Juwangi.

Adapun rumus parameter tetangga terdekat (nearest-neighbour statistic) T menurut Bintarto dan Surastopo Hadisumarno (1979: 75) sebagai berikut :

Keterangan ; T = indeks penyebaran tetangga-terdekat Ju = jarak rata-rata yang diukur antara satu titik dengan titik tetangganya

yang terdekat Jh = jarak rata-rata yang diperoleh andaikata semua titik mempunyai pola random

commit to user commit to user

Tabel 14. Jarak Tetangga Terdekat Antar SMP pada Topografi Bergunung di Kabupaten Boyolali Tahun 2011

Sumber: Hasil Perhitungan Tahun 2011

a. Perhitungan jarak rata-rata yang diukur antara satu titik dengan titik tetangganya yang terdekat pada topografi bergunung di Kabupaten Boyolali sebagai berikut: Ju = 42.7/18

= 2.4 km Jadi jarak rata-rata yang diukur antara satu titik SMP dengan titik SMP tetangganya yang terdekat pada topografi bergunung di Kabupaten Boyolali adalah 2.4 km

b. Setelah menghitung Ju langkah selanjutnya adalah menghitung Jh. Untuk menghitung Jh maka perlu diketahui nilai p terlebih dahulu. Nilai p merupakan perbandingan antara jumlah titik SMP dan luas wilayah, dalam hal ini adalah jumlah titik SMP

No

Titik (N)

Jarak (Km)

Lokasi (Kecamatan)

commit to user commit to user

Kecamatan Musuk. Luas wilayah (A) sebesar 351,17 km 2 sedang jumlah titik SMP (N) sebanyak 18 titik. Perhitungannya sebagai berikut: p = N/A= 18/351.17= 0.05 Setelah diketahui nilai p kemudian dicari nilai Jh perhitungannya sebagai berikut:

Jh = = = =

= 2.3 Jadi nilai Jh adalah 2.3

c. Setelah diketahui nilai Ju dan Jh maka dapat dicari nilai T, perhitungannya sebagai berikut:

= 1.04 Jadi nilai T sebesar 1.04 Dengan demikian pola sebaran SMP pada topografi bergunung yang meliputi

Kecamatan Ampel, Kecamatan Selo, Kecamatan, Cepogo, dan Kecamatan Musuk adalah pola persebaran acak (random). Masing-masing kecamatan pada topografi bergunung memiliki SMP masing-masing yang jumlah dan letaknya disesuaikan dengan banyaknya jumlah penduduk karena masing-masing kecamatan memiliki jumlah dan persebaran penduduk yang berbeda maka letak SMP tidak berdekatan antara kecamatan yang satu dengan yang lain. Tiap kecamatan memiliki satu atau beberapa SMP yang terletak di pusat pemerintahan dan beberapa terletak jauh dari pusat pemerintahan hal tersebut dalam rangka memeratakan fasilitas pendidikan.

Setelah diketahui pola persebaran pada topografi bergunung kemudian dilakukan penghitungan indek tetangga terdekat untuk topografi dataran rendah. Cara yang

commit to user commit to user

a. Perhitungan jarak rata-rata yang diukur antara satu titik dengan titik tetangganya yang terdekat pada topografi dataran rendah di Kabupaten Boyolali sebagai berikut:

Ju = 113.1/72 = 1.6 km

Jadi jarak rata-rata yang diukur antara satu titik SMP dengan titik SMP tetangganya yang terdekat pada topografi dataran rendah di Kabupaten Boyolali

adalah 1,6 km

b. Setelah menghitung Ju langkah selanjutnya adalah menghitung Jh. Untuk menghitung Jh maka perlu diketahui nilai p terlebih dahulu. Nilai p merupakan perbandingan antara jumlah titik SMP dan luas wilayah, dalam hal ini adalah jumlah titik SMP dengan luas wilayah kecamatan yang terletak pada topografi dataran rendah di Kabupaten Boyolali meliputi Kecamatan Boyolali, Kecamatan Teras, Kecamatan Mojosongo, Kecamatan Banyudono, Kecamatan Sawit, Kecamatan Sambi, Kecamatan Simo, Kecamatan Ngemplak, Kecamatan Nogosari, Kecamatan Klego, Kecamatan Andong, Kecamatan Karanggede, Kecamatan Kemusu, Kecamatan

Wonosegoro, dan Kecamatan Juwangi. Luas wilayah (A) sebesar 812,19 km 2 sedang

jumlah titik SMP (N) sebanyak 72 titik. Perhitungannya sebagai berikut:

p = N/A = 72/812,19 = 0.08

Setelah diketahui nilai p kemudian dicari nilai Jh perhitungannya sebagai berikut: Jh =

= 1.8 Jadi nilai Jh adalah 1.8

commit to user commit to user

= 0.8 Jadi nilai T sebesar 0.8

Dengan demikian pola sebaran SMP di topografi dataran rendah yang meliputi Kecamatan Boyolali, Kecamatan Teras, Kecamatan Mojosongo, Kecamatan Banyudono, Kecamatan Sawit, Kecamatan Sambi, Kecamatan Simo, Kecamatan Ngemplak, Kecamatan Nogosari, Kecamatan Klego, Kecamatan Andong, Kecamatan Karanggede, Kecamatan Kemusu, Kecamatan Wonosegoro, dan Kecamatan Juwangi adalah pola persebaran mendekati acak (random) sebab dengan nilai 0,8 berarti angka tersebut mendekati angka 1, sedangkan T=1 menunjukkan bahwa pola persebaran objek adalah acak. Pola persebaran SMP pada topografi bergunung dan topografi dataran rendah sama yaitu acak, hal tersebut dikarenakan letak SMP pada suatu daerah bergantung pada besar dan persebaran jumlah penduduk tertentu sehingga letaknya mengikuti persebaran dan jumlah penduduknya. Pada pusat pemerintahan kabupaten jumlah SMP lebih banyak karena dekat dengan pusat kegiatan ekonomi dan pemerintahan. Hal tersebut karena pada pusat pemerintahan kepadatan penduduknya lebih besar dibandingkan pada daerah yang jauh dari pusat pemerintahan. Pola persebaran SMP di Kabupaten Boyolali disajikan dalam Peta 3.

commit to user

Tabel 15. Jarak Tetangga Terdekat Antar SMP pada Topografi Dataran Rendah di Kabupaten Boyolali Tahun 2011

No Titik (N)

Jarak (Km)

Lokasi(Kecamatan

No Titik

(N)

Jarak (Km)

Lokasi(Kecamatan)

Sumber: Hasil Perhitungan Tahun 2011

commit to user commit to user

Untuk mengetahui jangkauan SMP menggunakan analisis dari parameter aksesibilitas, jadi jangkauan SMP dilihat dari tingkat aksesibilitas menuju SMP. Parameter aksesibilitas yang digunakan adalah jarak, jalan, dan angkutan. jaringan jalan erat hubungannya dengan transportasi antar satu tempat dengan tempat lain yang dapat dicapai melalui jalan kendaraan bermotor. Salah satu cara untuk membandingkan jaringan jalan dari dua wilayah adalah menggunakan angka sinklomatik. Angka siklomatik adalah jumlah mata rantai dikurangi jumlah titik ditambah dengan jumlah subgrap. Jumlah mata rantai di Kabupaten Boyolali adalah 27 sedangkan jumlah titiknya adalah 19 (kecamatan) dan jumlah subgrapnya adalah 1, setelah dilakukan penghitungan diketahui bahwa angka siklomatik di Kabupaten Boyolali sebesar 7, jadi dapat disimpulkan bahwa jaringan jalannya rapat, sehingga transportasi antar kecamatan di Kabupaten Boyolali lebih mudah. Untuk jangkauan SMP dihitung dengan melakukan skoring dari unsur aksesibilitas Berdasarkan unsur tersebut aksesibilitas dikelompokkan menjadi tiga yaitu mudah terjangkau, cukup terjangkau, dan sulit terjangkau. Kelas interval diperoleh dengan cara mengurangi skor tertinggi dengan skor terendah dan dibagi dengan jumlah kelas yang diinginkan, sedangkan total skor diperoleh dengan menjumlahkan ketiga unsur aksesibilitas. Dalam penelitian ini, satuan analisisnya adalah SMP, dengan mengetahui aksesibilitas SMP maka dapat diketahui jangkauan dari tiap SMP. Untuk lebih jelas mengenai skoring unsur aksesibilitas dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Pedoman skor aksesibilitas menuju SMP

Unsur Aksesibilitas

Kriteria

Skor Jarak

0,001 km 1,62 km

1,63 km 3,25 km

3,26 km 4,88 km

1 Angkutan menuju SMP

Minibus

Angkudes

Roda dua

1 Sumber : Tarigan (2010: 104) dan Sugiyanto (2004: 43) dimodifikasi

commit to user

Berdasarkan tiga parameter di atas ditentukan kelas aksesibilitasnya dengan cara menjumlahkan skor hasil pengamatan lapangan dari masing-masing parameter. Untuk memudahkan klasifikasi, aksesibilitas dibagi menjadi 3 kelas dengan cara interval. Rumus yang dipakai adalah I= R/K, di mana I= Interval Kelas, R= Jumlah Skor tertinggi- skor terendah. K= jumlah kelas. I = (10-3)/3= 7/3 = 2,33 Tabel 17. Jumlah Skor dan Kelas Aksesibilitas Menuju SMP

No Jumlah Skor Unsur Aksesibilitas Kelas Aksesibilitas

1 3-5

Mudah Terjangkau

Cukup Terjangkau

Sulit Terjangkau Sumber : Hasil Penghitungan Tahun 2011

Berdasarkan Tabel 18 dapat diketahui tingkat jangkauan masing-masing SMP, untuk penghitungan jangkauan SMP lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 18 dalam Lampiran 2. klasifikasi jangkauan sebagai berikut:

a. SMP Mudah Terjangkau SMP mudah terjangkau memiliki skor 9-10, faktor yang memudahkan jangkauan

antara lain jaraknya dekat, transportasi mudah berada di jalan arteri dan dilewati oleh minibus. Penduduk disekitar SMP tidak mengalami hambatan yang berarti dalam

mendatangi SMP khususnya dalam hal aksesibilitas. SMP yang termasuk dalam kategori mudah terjangkau terdapat 10 SMP Meliputi: SMP N 1 Andong, SMP N 2 Boyolali,

SMP N 1 Cepogo, SMP N 1 Karanggede, SMP N 1 Klego, SMP N 3 Sawit, SMP N 1 Selo, SMP N 2 Teras, SMP Bhinneka Karya Andong, dan SMP Muhammadiyah Klego.

a. SMP N 2 Boyolali

b. SMP N 1 Selo

Gambar 10: SMP Mudah Terjangkau

commit to user commit to user

lokal namun masih dilewati oleh angkutan umum berupa minibus dan angkudes sehingga tidak ada hambatan yang berarti dalam mendatangi SMP. SMP cukup terjangkau meliputi : SMP N 1 Ampel, SMP N 2 Ampel, SMP N 3 Ampel, SMP N 2 Andong, SMP N 2 Banyudono, SMP N 1 Banyudono, SMP N 1 Boyolali, SMP N 3 Boyolali, SMP N 4 Boyolali, SMP N 5 Boyolali, SMP N 6 Boyolali, SMP N 2 Cepogo, SMP N 1 Juwangi, SMP N 2 Juwangi, SMP N 2 Karanggede, SMP N 1 Kemusu, SMP N 2 Kemusu, SMP N

2 Mojosongo, SMP N 4 Mojosongo, SMP N 3 Mojosongo, SMP N 1 Mojosongo, SMP N

1 Musuk, SMP N 2 Musuk, SMP N 1 Ngemplak, SMP N 2 Ngemplak, SMP N 1 Nogosari, SMP N 2 Nogosari, SMP N 2 Sambi, SMP N 1 Sambi, SMP N 2 Sawit, SMP N 1 Sawit, SMP N 2 Selo, SMP N 2 Simo, SMP N 3 Simo, SMP N 1 Simo, SMP N 3 Teras, SMP N 1 Teras, SMP N Terbuka Wonosegoro, SMP Muhammdiyah 3 Ampel, SMP Islam Sudirman Ampel, SMP PGRI Ampel, SMP Darul Fikr Andong, SMP Bhakti Karya Andong, SMP Muhammduyah 10 Andong, SMP Bhinneka Karya Banyudono, SMP Muhammadiyah 7 Banyudono, SMP Bhinneka Karya Boyolali, SMP Katholik Slamet Riyadi Boyolali, SMPLB(ABC) YKAB boyolali, SMP Muhammadiyah 1 Progranm Khusus, SMP Islam Sudirman Juwangi, SMP Gagatan Karanggede, SMP Bhinneka Karya Kemusu, SMP Bhinneka Karya Klego, SMP Bhinneka Karya Musuk, SMP Islam Ngemplak, SMP Nurul Islam Ngemplak, SMP Muhammadiyah 9 Ngemplak, SMP Bhinneka Karya Nogosari, SMP Muhammdiyah 14 Sambi, SMP Karya Dharma Veteran Sambi, SMP Muhammadiyah 2 Simo, SMP Muhammadiyah Wonosegoro, SMP NU 1Wonosegoro, dan SMP Muhammadiyah 5 Wonosegoro.

a. SMP N 3 Boyolali

b. SMP N 4 Mojosongo

Gambar 11: SMP Cukup Terjangkau

commit to user commit to user

yang jauh dari jalan lokal, kesulitan transportasi karena tidak dilewati oleh angkutan umum, dan hanya ada kendaraan roda dua. SMP sulit dijangkau meliputi : SMP N 4 Ampel Satu Atap, SMP N 3 Cepogo Satu Atap, SMP N 3 Juwangi Satu Atap, SMP N 3 Musuk Satu Atap, SMP N 2 Wonosegoro, SMP Samaratungga Ampel, dan SMP NU 2 Wonosegoro. Semua SMP Satu Atap sulit dijangkau sesuai dengan konsep SMP Satu Atap yaitu SMP bantu yang berada di tempat terpencil agar masyarakat di daerah terpencil dapat menempuh pendidikan tanpa terkendala transportasi, karena itu SMP Satu Atap dekat/berada di daerah terpencil.

a. SMP Samaratungga Ampel

b. SMP N 3 Cepogo (Satu Atap)

Gambar 12: SMP Sulit Terjangkau