Penyediaan Fasilitas Sekolah Menengah Pertama
2. Penyediaan Fasilitas Sekolah Menengah Pertama
Penyediaan Fasilitas pendidikan didasarkan atas besarnya jumlah penduduk. Lokasi fasilitas pendidikan dapat berdekatan satu sama lain karena didasarkan atas
kebutuhan minimal pada jumlah penduduk tertentu bukan pada jarak tiap fasilitas pendidikan. Kategori sekolah di Kabupaten Boyolali dibagi menjadi 4 yaitu: SMP
Negeri, SMP Swasta, SMP Satu Atap, dan SMPLB. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 19.
commit to user
Tabel 19. Persebaran SMP di Kabupaten Boyolali Tahun 2009 No Kecamatan
Jumlah Gedung SMP
SMP Negeri
SMP Swasta
SMP Satu Atap SMPLB
2 1 1 - Jumlah
51 34 4 1 Sumber : Data Primer Tahun 2011
Ketersediaan fasilitas pendidikan di suatu wilayah tidak terlepas dari jumlah penduduk yang dilayani pada suatu daerah tertentu, jumlah penduduk yang padat membutuhkan sekolah menengah pertama yang banyak begitu pula sebaliknya jumlah penduduk yang sedikit membutuhkan Sekolah Menengah Pertama yang sedikit pula. Sebelumnya telah diketahui jumlah murid terbanyak di Kabupaten Boyolali terdapat di Kecamatan Mojosongo dengan jumlah Sekolah Menengah Pertama sebanyak 8 buah dan jumlah penduduk 59.411 jiwa, sebaliknya jumlah murid paling sedikit di Kabupaten Boyolali terdapat di Kecamatan selo dengan jumlah penduduk 958 jiwa dan jumlah sekolah menengah pertama sebanyak 2 buah. Untuk lebih lengkap mengenai kecukupan jumlah Sekolah Menengah Pertama perlu diketahui kriteria penentuan kecukupan fasilitas
untuk 1 SMP melayani 12.000 jiwa, apabila kriteria tersebut terpenuhi maka ketersediaan SMP dinyatakan cukup, sebaliknya apabila kriteria tersebut tidak terpenuhi maka
commit to user commit to user
No Kecamatan
Jumlah Penduduk
(jiwa)
Minimal
Jumlah Fasilitas Pendidikan
Jumlah Fasilitas Pendidikan
yang Tersedia
Jumlah Penduduk
yang Tidak Terlayani
Tingkat Kecukupan
Tidak Cukup
Tidak Cukup
Tidak Cukup
Tidak Cukup
Tidak Cukup
Tidak Cukup
Tidak Cukup
Tidak Cukup
3 4 0 Cukup Jumlah
Sumber : Kabupaten Boyolali dalam Angka Tahun 2009 Berdasarkan Tabel 20 dapat diketahui kecamatan yang memiliki ketersediaan SMP sudah cukup adalah Kecamatan Ampel, Kecamatan Boyolali, Kecamatan Sawit, Kecamatan Banyudono, Kecamatan Sambi, Kecamatan Simo, Kecamatan Karanggede, Kecamatan Klego, Kecamatan Andong, dan Kecamatan Wonosegoro. Kecamatan yang memiliki ketersediaan SMP belum cukup yaitu Kecamatan Selo, Kecamatan Cepogo, Kecamatan Musuk, Kecamatan Mojosongo, Kecamatan Teras, Kecamatan Ngemplak, Kecamatan Nogosari, Kecamatan Kemusu, dan Kecamatan Juwangi. Untuk lebih jelas mengenai kecukupan fasilitas pendidikan di Kabupaten Boyolali dapat dilihat pada Peta
commit to user
Sejalan tingkat kecukupan SMP di Kabupaten Boyolali maka perlu diketahui pula persebaran jumlah murid SMP. Siswa SMP umumnya berusia 13-15 tahun. Data mengenai jumlah anak usia SMP dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21. Jumlah Murid menurut Jenis Kelamin dan Umur di Kabupaten Boyolali Tahun 2009
No Kecamatan
Murid Menurut Jenis Kelamin
Murid Menurut Usia Jumlah
Laki-laki Perempuan
>13 Tahun
13-15 Tahun
26.831 1.803 35.640 Sumber : Dinas Pemuda dan Olahraga Kabupaten Boyolali Tahun 2011
Berdasarkan Tabel 21, diketahui jumlah siswa paling banyak terdapat di Kecamatan Mojosongo yaitu 3,941 murid dengan jumlah fasilitas gedung SMP di kecamatan Mojosongo sebanyak 8 buah dengan rincian 2 SMP Negeri dan 6 SMP swasta. Jumlah murid paling sedikit terdapat di Kecamatan Selo yaitu 958 murid dengan jumlah fasilitas gedung SMP sebanyak 2 buah dengan rincian 2 SMP Negeri dan tidak memiliki SMP swasta. Jumlah murid di Kabupaten Boyolali disajikan pula pada Peta 6.
commit to user
Dalam lampiran Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007, tentang Standar Sarana dan Prasarana, Sebuah SMP/MTs sekurang-kurangnya memiliki prasarana sebagai berikut:
1. Ruang kelas,
2. Ruang perpustakaan,
3. Ruang laboratorium IPA,
4. Ruang pimpinan,
5. Ruang guru,
6. Ruang tata usaha,
7. Tempat beribadah,
8. Ruang konseling,
9. Ruang uks,
10. Ruang organisasi kesiswaan,
11. Jamban,
12. Gudang,
13. Ruang sirkulasi,
14. Tempat bermain/berolahraga. Untuk mengetahui ketersediaan prasarana berdasarkan standar baku maka dilakukan pengecekan ke lapangan (survey), dikarenakan jumlah populasi yang banyak maka pengecekan ketersediaan prasarana ke lapangan menggunakan sampel. Data SMP yang heterogen akan dibagi menjadi beberapa strata kemudian dari masing-masing strata tersebut kemudian diambil beberapa sampel. SMP diklasifikasikan menjadi 2 kelas yaitu SMP Negeri dan SMP Swasta. Masing-masing kelas dikelompokkan lagi berdasarkan akreditasinya. Untuk mengetahui lebih lengkap mengenai klasifikasi SMP dapat dilihat pada Tabel 22 dan Tabel 23 pada Lampiran 3 dan 4 . Berdasarkan Tabel 24 pada Lampiran 5, dari sampel SMP negeri dengan akreditasi A yang diambil diketahui bahwa prasarananya sudah lengkap. SMP negeri dengan akreditasi B prasarananya pun lengkap, sedangkan akreditasi C untuk tahun 2009 tidak ada, sedangkan untuk SMP negeri yang belum terakreditasi prasarananya sudah lengkap. Lengkap disini memiliki pengertian bahwa semua standar prasarana yang disebutkan dalam Lampiran Peraturan Menteri
commit to user
Pendidikan Nasional Nomer 24 Tahun 2007 telah ada di SMP tersebut dan telah memenuhi kriteria.
Berdasarkan Tabel 25 pada Lampiran 6, dari sampel SMP swasta dengan akreditasi B diketahui bahwa prasarananya belum lengkap. SMP swasta dengan akreditasi C belum lengkap, dan SMP swasta belum terakreditasi prasarananya juga belum lengkap. Belum lengkap disini memiliki pengertian bahwa SMP tersebut belum memiliki prasarana sesuai dengan standar yang disebutkan dalam Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomer 24 Tahun 2007, atau prasarananya sudah ada namun tidak memenuhi kriteria. Berdasarkan hasil sampel baik dari SMP negeri maupun SMP swasta diketahui bahwa terjadi perbedaan antara SMP negeri dan SMP swasta dalam penyediaan prasarana pendidikan meskipun akreditasinya sama. Perbedaan tersebut dapat mempengaruhi masyarakat dalam memilih sekolah.