Kegaiban dan Falsafahnya

Kegaiban dan Falsafahnya

Kegaiban (ghaibah) termasuk salah satu keistimewaan imam kedua belas, Imam Mahdi afs. Hal ini sesuai dengan hadis-hadis yang diriwayatkan oleh Ahlul Bait as. Abdul ‘Azim Al-Hasani meriwayatkan sebuah hadis dari Imam Muhammad Al-Jawad a.s, dari ayah dan kakek-kakeknya, dari Amirul Mukminin Ali a.s, beliau bersabda:

“Sesungguhnya Al-Qa-im (Imam Mahdi afs.) itu dari keturunan kami, ia akan mengalami kegaiban yang sangat panjang masanya, aku melihat orang- orang Syi’ah pada masa kegaibannya itu pergi berlalu-lalang ke sana ke mari mencarinya bagaikan hewan-hewan ternak yang berhambu- ran mencari tempat perlindungan, namun mereka tidak menemukannya. Ketahuilah, barang siapa di antara mereka yang berpegang teguh pada ajarannya dan hatinya tidak menjadi keras akibat panjangnya kegaiban Imamnya itu, kelak ia akan bersamaku dalam satu derajat pada Hari Kiamat”.

1 Is’afu al-Raghibin, hal. 134 yang menukil dari kitab Shahih Muslim, Abu Daud, Nasa’i, Ibnu Majah dan Baihaqi).

2 Yanabi'ul Mawaddah, hal. 494.

PANDANGAN DUNIA ILAHI Kemudian beliau melanjutkan,

“Sesungguhnya Al-Qa’im itu dari keturunan kami, apabila ia telah bangkit (muncul), ia tidak akan mengadakan baiat dan kompromi kepada seorang penguasa pun, oleh karena itulah kelahirannya tersembunyi dan sosoknya pun

dalam kegaiban". 1

Diriwayatkan dari Imam Ali Zainal Abidin a.s., dari ayahnya, dari kakeknya Ali bin Abi Thalib a.s., bahwa beliau bersabda,

“Sesungguhnya Al-Qa-im itu dari keturunan kami, ia akan mengalami dua kali kegaiban; kegaiban yang satu lebih panjang dari yang lainnya. Hanya orang-orang yang kokoh keyakinannya dan benar makrifatnyalah yang akan tetap

berpegang teguh kepada Imamah-nya". 2

Dalam rangka membongkar falsafah dan hikmah kegaiban Imam Zaman afs., kita harus menengok dan mengkaji sejarah hidup dan sirah para imam suci a.s. Sebagaimana telah kita ketahui, bahwa mayoritas umat Islam telah membaiat Khalifah Abu Bakar setelah wafatnya Rasul saw. Kemudian, kekhalifahan jatuh ke tangan Umar, dan setelahnya ke tangan Utsman.

Pada akhir kekuasaan Khalifah Utsman, telah terjadi pem- berontakan massa terhadapnya lantaran banyaknya kebusu- kan dan kerusakan yang timbul dari perlakuan yang tidak adil terhadap rakyatnya. Akhirnya mereka membunuh Ustman. Dan setelah itu, mereka membaiat Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib a.s.

1 Muntakhab Al-Atsar, hal. 251. 2 . Ibid.

MENGENAL AWAL KEHIDUPAN Pada masa kekuasaan tiga khalifah, Imam Ali a.s. yang

merupakan khalifah yang sah, yang langsung diangkat oleh Rasulullah saw. atas perintah Allah swt., lebih banyak diam dalam menghadapi penyelewengan-penyelewengan mereka. Hal itu beliau lakukan demi menjaga maslahat kaum musli- min yang baru mengenal Islam. Beliau tidak banyak berbicara kecuali pada hal-hal yang telah lengkap buktinya. Pada sat yang sama, beliau sama sekali tidak lalai untuk selalu ber- khidmat dan bekerja keras demi kemaslahatan Islam dan kaum muslimin.

Namun pada masa kekhilafahannya, Imam Ali a.s. terpaksa menghabiskan seluruh masa itu dsi medan-medan peperangan melawan pasukan 'Aisyah, Muawiyah, dan kelompok Khawarij. Kehidupan beliau pun berakhir dengan syahadah di tangan salah seorang pengikut Khawarij.

Kemudian kita saksikan bagaimana Imam Hasan a.s. mencapai syahadahnya setelah diracun oleh seseorang atas perintah Muawiyah. Dan setelah kematian Muawiyah, anaknya Yazid menduduki kursi kekuasaan dinasti Umayah. Yazid sama sekali tidak mengenal nilai-nilai Islam, tidak pula mengamalkannya. Karenanya, Islam terancam kehancuran pada masa kekuasaannya itu akibat dari perilakunya yang sewenang-wenang. Oleh karena itu, Imam Husein a.s. bang- kit demi menegakkan keadilan. Akhirnya, beliau meraih syahadah dalam keadaan teraniaya. Dengan cara demikian itu, beliau telah dapat menyelamatkan Islam dari ancaman kehancuran, karena hanya dengan cara itulah beliau telah berhasil membangkitkan tidur dan kelalaian umat Islam. Hanya saja, kondisi sosial masa itu belum meluangkan untuk menegakkan negara Islam yang adil.

PANDANGAN DUNIA ILAHI Berangkat dari sinilah para imam suci pascakesyahidan

Imam Husein a.s. bekerja keras untuk mengokohkan dasar- dasar akidah, menyebarkan nilai-nilai dan hukum-hukum Islam, dan mendidik jiwa umat yang mempunyai potensi untuk itu. Sesuai dengan kondisi yang dihadapi, para imam itu menggugah masyarakat secara sembunyi-sembunyi untuk memerangi penguasa-penguasa zalim. Di samping itu, mereka menanamkan benih-benih harapan akan munculnya negara Ilahi di seluruh dunia, sampai akhirnya para imam suci itu menemui kesyahidannya, satu persatu.

Dengan usaha yang begitu serius dan gigih, para imam suci a.s. dapat menjelaskan dan menyebarkan hakikat Islam kepada umat manusia dalam tempo dua setengah abad, meski mereka banyak mengalami tantangan yang keras, rintangan yang besar, dan keletihan yang berat. Mereka jelaskan seba- gian dari hakikat dan nilai-nilai Islam itu kepada umat manu- sia secara umum, dan sebagian lainnya hanya kepada pengikut-pengikut setia dan sahabat-sahabat pilihan mereka. Dengan cara seperti itu tersebarlah ajaran-ajaran dan nilai- nilai Islam dengan berbagai sisi dan dimensinya kepada umat manusia. Dan dengan cara itu pula syariat Muhammad saw. dapat terjamin kelanggengannya.

Berkat perjuangan para imam suci tersebut terbentuklah kelompok-kelompok kecil di negara-negara Islam yang berani mengadakan perlawanan terhadap para penguasa tiran, dan mereka pun mampu – meskipun dalam bentuk yang terbatas - mengurangi tekanan para penguasa diktator tersebut dalam berbuat aniaya, melakukan penyimpangan-penyimpangan, dan berlaku sewenang-wenang terhadap umat Islam.

Akan tetapi, satu hal yang sangat ditakuti oleh para peng- uasa zalim dan membuat mereka resah ialah janji Allah akan

MENGENAL AWAL KEHIDUPAN munculnya Imam Mahdi afs. yang berpotensi memusnahkan

eksistensi mereka. Oleh karena itulah para penguasa tiran yang hidup semasa dengan Imam Hasan Al-Askari a.s. senantiasa mengawasi beliau dengan sangat ketat untuk dapat membunuh setiap bayi laki-laki yang akan lahir dari keturunannya. Dan kita saksikan bagaimana beliau sendiri menemui kesyahidannya di tangan mereka pada usia yang relatif muda.

Akan tetapi, Hikmah Ilahiyah menghendaki bahwa Al- Mahdi afs. telah lahir sebelum wafatnya ayah beliau itu, sebagai janji untuk menyelamatkan dan membebaskan umat manusia. Sebab itulah pada masa hidup ayahnya sampai usi- anya masuk 5 tahun, tidak seorang pun yang berhasil berjum- pa dengannya kecuali hanya beberapa syi'ah pilihan. Dan setelah ayahnya wafat, Imam Mahdi afs. menjalin hubungan dengan masyarakat melalui empat orang perantara yang masing-masing berperan sebagai wakil-wakil khusus beliau. Mereka itu adalah Utsman bin Sa'id, Muhammad bin Usman bin Sa'id, Husain bin Ruh dan Ali bin Muhammad As-Samari.

Kegaiban Imam Mahdi afs. terhitung sejak kelahirannya hingga wafatnya wakil beliau yang keempat, dinamakan Kegaiban Kecil (ghaibah shugra). Dan setelah itu, mulailah Kegaiban Besar (ghaibah kubra) yang akan berlangsung terus dalam masa yang tidak diketahui, sampai suatu hari kelak umat manusia telah memiliki kesiapan yang cukup untuk menerima pemerintahan Ilahi yang berskala global dan uni- versal. Ketika itulah Imam Mahdi afs. akan muncul dengan izin dan perintah Allah swt.

Dengan uraian singkat di atas dapat kita pahami bahwa hikmah, falsafah dan rahasia kegaiban Al-Mahdi afs. yaitu demi menjaga keselamatan beliau dari tangan para penguasa

PANDANGAN DUNIA ILAHI tiran. Hikmah dan falsafah lainnya yang telah disinggung

oleh sebagian riwayat ialah untuk menempa keimanan umat manusia, dan menguji sejauh mana kesetiaan mereka hingga mampu istiqamah dan bertahan setelah hujjah itu telah sempurna atas mereka.

Dan yang perlu dipahami, bahwa terjadinya Kegaiban Besar pada Al-Mahdi afs. tidak berarti umat manusia itu terhalangi sama sekali dari berkah wujudnya. Beberapa riwayat menjelaskan bahwa kegaiban beliau laksana matahari yang bersembunyi di balik awan, yang pancaran sinarnya

masih bisa dimanfaatkan oleh penduduk bumi. 1 Di samping itu, tidak sedikit orang-orang yang telah

mendapat taufik berjumpa dengan Imam Al-Mahdi afs., walaupun beliau menampakkan dirinya sebagai seorang yang tampak asing. Banyak di antara mereka yang mendapatkan berkah dari beliau, seperti terpenuhinya hajat dan teratasinya kesulitan-kesulitan mereka, baik yang sifatnya duniawi atau pun ukhrawi.

Yang jelas, keyakinan pada keberadan dan hidupnya Imam Mahdi afs. merupakan faktor penting dan pengaruh yang besar dalam menanamkan ketenangan hati, serta menaruh harapan di tengah-tengah umat manusia, sehingga mereka berusaha untuk memperbaiki diri mereka dan bersiap-siap menyambut kemunculannya.[]

1 Biharul Anwar, Al-Majlisi, j. 52/ 92.