Al-Qur'an Tidak Mengalami Penambahan

Al-Qur'an Tidak Mengalami Penambahan

Seluruh kaum muslimin percaya bahwa Al-Qur'an tidak mengalami penambahan, bahkan hal ini adalah kesepakatan antara orang-orang yang telah mengetahuinya di seluruh dunia, karena tidak ada satu faktor pun yang memungkinkan

PANDANGAN DUNIA ILAHI terjadinya tambahan pada kitab tersebut, juga tidak ada bukti

sama sekali atas kemungkinan seperti itu. Kendati demikian, kita dapat menggugurkan asumsi adanya penambahan melalui dalil akal, sebagaimana berikut ini:

Apabila disumsikan adanya tambahan satu poin utuh ke dalam Al-Qur'an, ini berarti adanya kemungkinan untuk diciptakan yang serupa dengannya. Asumsi semacam ini tidaklah sesuai dengan kemukjizatan Al-Qur'an, dan dengan ketidakmampuan manusia untuk menciptakan padanannya.

Bahkan, jika kita berasumsi bahwa Al-Qur'an mengalami tambahan pada satu kalimat atau satu ayatnya yang pendek seperti kata mudhammatan, hal itu merusak kepaduan bahasa- nya, keluar dari bentuk aslinya dan dari kemukjiza-tannya. Jika demikian halnya, maka Al-Qur'an akan dapat ditiru dan dibuatkan padanannya, sebab tata ungkap Al-Qur'an dan su- sunan bahasa yang mengandung mukjizat amat terkait pula dengan pemilihan kata dan kalimat, sehingga kemukjiza- tannya hilang dengan asumsi perubahan, walaupun sedikit.

Jadi, dalil atas kemukjizatan Al-Qur'an itu sendiri meru- pakan dalil atas keutuhan Al-Qur'an dari penambahan. Begitu pula dengan dalil tersebut, akan ternafikan kekurangan pada kata-kata dan kalimat-kalimat, hal yang mengeluarkan ayat- ayat Al-Qur'an dari kemukjizatannya. Adapun tidak hilang- nya satu surat atau satu poin penuh yang tidak membuat seluruh ayat-ayatnya itu keluar dari kemukjizatannya, maka hal ini memerlukan argumen yang lain.

Al-Qur'an Tidak Mengalami Pengurangan

Ulama Islam dari Ahli Sunnah maupun Syi'ah telah mene- gaskan bahwa Al-Qur'an tidak mengalami pengurangan

MENGENAL AWAL KEHIDUPAN ataupun penambahan. Untuk membuktikan kebenaran terse-

but mereka mengajukan berbagai dalil. Sayangnya, lantaran penukilan sebagian riwayat palsu ke dalam kitab-kitab hadis kedua madzab itu, penafsiran yang keliru dan pemahaman yang salah terhadap sebagian riwayat yang muktabar, sebagi- an mereka menganggap atau malah meyakini bahwa sebagian ayat Al-Qur'an itu telah raib. Namun, selain adanya berbagai bukti sejarah yang akurat atas keutuhan Al-Qur'an dari berbagai perubahan, penambahan atau pengurangan, juga adanya dalil mukjizat yang menafikan raibnya sebagian ayat- ayat yang dapat merusak sistem bahasa Al-Qur'an, kita pun dapat membuktikan keutuhannya dari keraiban satu ayat atau satu surat berdasarkan Al-Qur'an sendiri.

Setelah dapat dibuktikan bahwa seluruh kandungan Al- Qur'an yang ada sekarang ini adalah Kalamullah yang masih otentik, maka seluruh kandungan ayat-ayatnya –yang meru- pakan dalil wahyu yang paling kuat – pun menjadi bukti. Salah satu kesimpulan yang dapat diambil dari ayat-ayat Al-Qur'an ialah bahwa Allah swt. telah berjanji untuk menjaga kitab suci ini dari berbagai perubahan. Tidak seperti dengan kitab-kitab samawi yang lain; yang penjagaannya dibebankan ke atas umat manusia itu sendiri. Allah berfirman:

"Sungguh Kami telah menurunkan Adz-Dzikr, dan sung- guh Kami pula yang akan menjaganya" (Qs. Al-Hijr:9).

Ayat ini terdiri dari dua kalimat. Kalimat pertama, "Sungguh Kami telah menurunkan Adz-Dzikra", menekankan bahwa Al-Qur'an ini diturunkan oleh Allah swt, dan di dalam penurunannya tidak mengalami perubahan apapun. Dan, kalimat kedua, "sungguh Kami pula yang akan menjaganya" kata "sungguh" (inna) diulang kembali, dan bentuk kalimatnya (haiat) -yang menunjukkan kontinuitas (istimrar)- menekankan

PANDANGAN DUNIA ILAHI bahwa Allah swt. benar-benar berjanji untuk menjaga Al-

Qur'an dari berbagai distorsi (tahrif) sepanjang masa. Namun begitu, perlu diperhatikan bahwa meskipun ayat

ini menunjukkan tidak adanya penambahan pada Al-Qur'an, namun menjadikan ayat ini sebagai dalil untuk menafikan adanya tambahan adalah istidlal dauri (pembuktian berputar- putar tanpa henti), karena bisa juga ayat ini diasumsikan sebagai sebagai tambahan pada Al-Qur'an, maka itu menafi- kan asumsi tersebut berdasarkan ayat ini tidaklah benar. Karenanya, kita dapat menggugurkan asumsi penambahan itu melalui dalil yang membuktikan kemukjizatan Al-Qur'an. Setelah itu barulah kita dapat menggunakan ayat ini untuk membuktikan keutuhan Al-Qur'an dari hilangnya satu ayat atau satu surat penuh (dengan bentuk yang tidak meng- akibatkan rusaknya kemukjizatan struktur bahasanya). Jadi, kita dapat memastikan keutuhan Al-Qur'an dari peruba-han; penambahan maupun pengurangan, berdasarkan penjela-san komplikatif dari dalil akal dan dalil wahyu di atas ini.

Akhirnya, kami perlu menekankan bahwa terjaganya Al- Qur'an dari berbagai perubahan tidak berarti bahwa setiap kitab Al-Qur'an yang beredar sekarang ini dianggap terjaga pula sepenuhnya dari kesalahan tulis dan baca, tidak juga berarti bahwa Al-Qur'an tidak mengalami kesalahan penaf- siran atau penyelwengan makna, atau ayat-ayat dan surat- suratnya telah disusun sesuai dengan runutan penurunannya. Jadi, maksud dari keterjagaan Al-Qur'an dari berbagai perubahan ialah bahwa kitab suci itu tetap utuh di tengah umat manusia sehingga setiap pencari kebenaran akan dapat menjumpai seluruh ayat-ayatnya seperti saat ia diturunkan, tanpa adanya penambahan atau pengurangan.

MENGENAL AWAL KEHIDUPAN Dengan demikian, terjadinya kekurangan atau kesalahan

cetak pada sebagian kitab Al-Qur'an, atau terdapat perbedaan cara baca, perbedaan urutan ayat-ayat dan surat-suratnya dengan urutan penurunannya, atau terjadi penyelewengan makna dan penafsiran yang beraneka-ragam, ini semua tidak menafikan terjaganya Al-Qur'an dari penyimpangan dan pe- rubahan yang telah kami jelaskan.[]

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini !

1. Mengapa keutuhan Al-Qur'an dari berbagai perubahan itu perlu dibahas?

2. Apakah bukti-bukti sejarah atas terjaganya Al-Qur'an dari perubahan?

3. Apakah argumentasi atas keutuhan Al-Qur'an?