Falsafah Diakhirinya Kenabian

Falsafah Diakhirinya Kenabian

Telah kami singgung pada pelajaran 29 bahwa hikmah dan falsafah banyaknya para nabi dan diutusnya mereka secara bertahap adalah bahwa dari satu sisi, tidak mungkin bagi satu orang untuk menyampaikan risalah Ilahi dan meyebarkannya –pada masa-masa dahulu– ke seluruh penjuru dan ke segenap bangsa.

Dari sisi lain, semakin luas dan rumitnya komunikasi dan terjadinya berbagai fenomena sosial yang baru menuntut undang-undang yang baru pula, atau menuntut perubahan undang-undang yang lama. Sebagaimana perubahan dan pe- nyelewengan akibat campur tangan individu atau kelompok orang-orang yang bodoh menuntut perbaikan ajaran-ajaran Ilahi melalui nabi lainnya.

Namun begitu, dalam situasi dan kondisi yang memung- kinkan seorang nabi sehingga ia dapat menyampaikan risalah Ilahi ke seluruh umat manusia di muka bumi ini dengan bantuan para pengikut dan khalifahnya, dan syariat, hukum- hukum dan ajaran-ajarannya dapat memenuhi seluruh

1 . Lihat, Wasailu al-Syi'ah, j. 18/555, Man La Yahdlarahul Haqih, j. 4/163, Kasyful Ghumah, j. 1/21, Biharul Anwar , j. 22/531.

2 . Lihat Nahjul Balaghah , khutbah no. 1, 69, 83, 87, 129, 168, 193, 230.

PANDANGAN DUNIA ILAHI kebutuhan masyarakat pada masa itu dan untuk masa yang

akan datang, serta meliputi seluruh tuntutan yang pen-ting sesuai dengan konteks kontemporer, serta terjaminnya keutu- han dan keterjagaan risalah dari berbagai perubahan dan pe- nyimpangan, maka tidak perlu lagi diutusnya nabi yang lain.

Akan tetapi, pengetahuan manusia biasa tidak mungkin dapat menentukan situasi, kondisi dan faktor-faktor semacam itu. Adapun Allah swt. dengan ilmu-Nya yang tak terbatas dan meliputi segala sesuatu, tentu dapat menentukan kapan terealisasinya kondisi tersebut. Oleh karena itu, hanya Allahlah yang dapat mengabarkan diakhirinya kenabian, sebagaimana hal itu Dia lakukan di dalam kitab samawi-Nya yang terakhir.

Hanya saja diakhirinya kenabian tidak berarti terputusnya hubungan hidayah -sama sekali- dari Allah swt. untuk hamba- hamba-Nya di bumi. Sesungguhnya Allah swt. melimpahkan ilmu gaib-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang saleh tatkala maslahat-Nya menuntut demikian, kendati tidak melalui jalur wahyu kenabian.

Sebagaimana diyakini oleh Syi'ah, bahwa ilmu-ilmu gaib itu telah Allah swt. anugerahkan kepada para imam maksum a.s. poin penting ini akan kita bahas pada pelajaran-pelajaran mengenai "Imamah dan Kepemimpinan" yang akan datang selekas ini, Insya Allah.

Menjawab Beberapa Keraguan

Dari uraian-uraian di atas kita dapat menarik beberapa kesimpulan mengenai falsafah dan hikmah diakhirinya kenabian, yaitu:

MENGENAL AWAL KEHIDUPAN Pertama, dengan bantuan para khalifah dan pengikut-

pengikut setia, Nabi Muhammad saw. dapat menyampaikan risalahnya ke seluruh umat manusia di muka bumi ini.

Kedua, kitab samawi Nabi Muhammad saw. senantiasa terjamin utuh dari penyelewengan dan perubahan.

Ketiga, syariat Islam dapat memenuhi kebutuhan seluruh umat manusia hingga akhir masa.

Berkenaan dengan kesimpulan ketiga, terdapat tanggapan kritis, yaitu bahwa pada masa-masa dahulu tampak kesulitan- kesulitan dalam interaksi dan komunikasi sosial yang menuntut dibuatnya hukum-hukum yang baru atau diubah- nya hukum-hukum yang lama, sehingga diutuslah nabi yang lain. Kenyataan ini pun tetap berlaku sekalipun Nabi Muham- mad saw. itu telah diutus, sebab telah terjadi berbagai perubahan yang drastis dan cepat yang membuat hubungan sosial menjadi semakin rumit.

Lalu, bagaimana mungkin kondisi semacam ini -yakni setelah wafat Nabi saw.- tidak menuntut diturunkannya syariat yang baru?

Jawab: sebagaimana telah kami singgung pada pelajaran yang lalu, bahwa manusia biasa tidak dapat menentukan berbagai perubahan yang menuntut diubahnya syariat Islam yang prinsipal, sebab kita tidak mengetahui dasar-dasar hukum, syariat serta hikmah-hikmahnya. Bahkan -melalui argumen-argumen atas langgengnya Islam dan ditutupnya kenabian oleh Nabi Muhammad saw.- kita dapat menyingkap tidak perlunya mengubah syariat dan hukum-hukum Islam secara mendasar.

Memang benar, kita tidak dapat mengingkari adanya fenomena-fenomena sosial yang baru yang menuntut hukum-

PANDANGAN DUNIA ILAHI hukum yang baru pula. Akan tetapi, bukankah di dalam

syariat Islam telah tersedia dasar-dasar dan kaidah-kaidah umum, sehingga –berbekal pada dasar-dasar tersebut– dapat dirumuskan hukum-hukum yang bersifat juz'i (parsial) oleh pihak-pihak yang berwenang untuk kemudian diterapkan. Penjelasan terinci poin terakhir ini secara khusus dapat dijumpai di dalam Fiqih Islam, yaitu pada tema "Kewenangan- kewenangan Pemerintahan Islam (Imam Maksum a.s. dan Wali Faqih).[]

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini !

1. Setelah keabadian Islam dapat dibuktikan, apakah urgensi isu diakhirinya kenabian?

2. Bagaimana kita dapat membuktikan diakhirinya kenabian dengan dalil-dallil Qur'an?

3. Jelaskan keraguan-keraguan yang dilontarkan sekitar dalil tersebut beserta jawabannya!

4. Sebutkan tiga riwayat yang menjelaskan diakhirinya kenabian!

5. Mengapa mata rantai kenabian itu ditutup dengan datangnya Nabi Muhammad saw.?

6. Apakah berakhirnya kenabian berarti ditutupnya jalan untuk memperoleh pengetahuan Ilahi? Mengapa?

7. Apakah perubahan-perubahan sosial pascahidup Nabi saw. menuntut dibuatnya syariat yang baru? Mengapa?