Faktor-faktor Penentu dalam Klasifikasi Nilai Jual Obyek Pajak

a. Menyampaikan laporan bulanan mengenai semua mutasi dan perubahan keadaan objek pajak secara tertulis kepada Dirjen Pajak yang wilayah kerjanya meliputi letak obyek pajak. b. Memberikan keterangan yang diperlukan atas permintaan Dirjen Pajak. Menurut penenjelasan pasal 21 ayat 1 dan 2 UU No. 121994, pejabat yang tugas pekerjaannya berkaitan langsung dengan obyek pajak adalah: Camat sebagai pejabat pembuat akta tanah, notaris pembuat akta tanah, dan pejabat pembuat akta tanah. Sedangkan laporan tertulis tentang mutasi obyek pajak misalnya antara lain jual beli, hibah, warisan harus disampaikan kepada Dirjen Pajak yang wilayah kerjanya meliputi letak obyek pajak. Konsekuensi dari peratiran di atas menurut penulis sudah bagus, hanya mekanisme pelaksanaannya serta enforcementnya belum berjalan sebagaimana yang diharapkan. Mekanisme dan enforcement di atas dimaksudkan agar pejabat yang dimaksudkan diatas ikut juga menjaga kondisi yang telah diterapkan oleh pemerintah dalam penetapan NJOP.

B. Faktor-faktor Penentu dalam Klasifikasi Nilai Jual Obyek Pajak

1. Dasar Hukum Klasifikasi NJOP Menurut hasil penelitian penulis dalam pengumpulan data mengenai klasifikasi NJOP, didapatkan bahwa dasar hukum Penetapan Klasifikasi Nilai Jual Obyek Pajak adalah Putusan Menteri Keuangan Nomor : 150PMK.032010, di mana klasifikasi terdahulu dengan Keputusan Menteri Universitas Sumatera Utara Keuangan R.I. Nomor: 523KMK.041998 tanggal 18 Desember 1998 dan Keputusan Menteri Keuangan R.I Nomor 273KMK.041995 pada intinya adalah perubahan yaitu ditambahnya kelompok B untuk klasifikasi bumi dan bangunan. Apabila mengingat bahwa pada saat Putusan Menteri Keuangan Nomor 150PMK.032010 diterbitkan telah ada data kelurahan penetapan PBB yang diproduksi dengan mengacu kepada Keputusan Menteri Keuangan Nomor 523KMK.041998 dan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 273KMK.041995, maka pelaksanaan lebih lanjut produksi data kelurahan penetapan PBB tahun 2011 di wilayah KP.PBB Medan di atur sebagai berikut: a. Bagi Kepala Pelayanan Pajak PBB, khususnya KP.PBB Medan produksi data kelurahan penetapan PBB pedesaan dan perkotaan tahun 1998 di minta untuk menyesuaikan ketentuan Nilai Jual Bumi Klasifikasi kelompok B. b. Apabila di wilayah KP.PBB Medan telah melaksanakan produksi dengan ketentuan Nilai Jual Bumi mengacu kepada Keputusan Menteri Keuangan Nomor 273KMK.041995, maka KP.PBB di wilayah Medan akan melakukan produksi ulang data kelurahan dengan ketentuan Nilai Jual Bumi pada khususnya klasifikasi kelompok B yang mengacu kepada Keputusan Menteri Keuangan Nomor 523KMK.041998. Universitas Sumatera Utara 2. Faktor-faktor Penentu Klasifikasi Di dalam Nilai Jual Obyek Pajak di kenal kategori klasifikasi, penggolongan dan ketentuan Nilai Jual Bumi dan Bangunan. Untuk kategori bumi ada 100 klasifikasi, sedangkan untuk kategori Bangunan ada 40 klasifikasi. 31 31 Darmodiharjo, D. Tinjauan Umum Nilai Jual Objek Pajak Nasional, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Bakti, 1995, hal. 37. Adapun kebijakan dari Pemerintah mengenai klasifikasi NJOP ini dimana Kantor Wilayah Kanwil Direktorat Jenderal Pajak DJP Sumut melakukan evaluasi nilai jual objek pajak NJOP. Dipastikan terjadi perubahan terutama objek pajak di kawasan yang telah memiliki fasilitas umum,seperti jalan. NJOP yang ditentukan kemudian diberlakukan pada 2011. Dan sekarang, memang evaluasi dilakukan selama 2–3 tahun.Tapi idealnya evaluasi NJOP itu dilakukan setiap tahun dengan dasar atas pengenaan PBB sesuai Keputusan Menteri Keuangan RI No 523 KMK.041998. Untuk mengevaluasi NJOP ini, pihak DJP menerjunkan sembilan petugas ke lapangan selama satu bulan penuh mencari data pasar dan pembanding di seluruh wilayah, termasuk mencari tahu penawaran harga tanah yang tengah berlaku. Menurut laporan yang ada, biasanya kenaikan NJOP itu dipengaruhi pasar, perkembangan wilayah, dan perkembangan infrastruktur. Misalkan sebelumnya belum ada jalan, kini daerah itu sudah ada jalan dan sebagainya. Universitas Sumatera Utara Setiap tahun harga tanah berubah.Tentunya perkembangan infrastruktur dan wilayah yang semakin maju akan memengaruhi NJOP,baik dalam menentukan besaran pajak bumi bangunan PBB perkotaan maupun pedesaan. Saat ini besaran NJOP sangat bervariasi, tergantung daerah mana, pasar, dan perkembangan wilayah serta infrastruktur. Diharapkan dengan evaluasi ini, persentase NJOP dapat berada di angka 80–120 dari harga pasar. NJOP dikatakan tinggi apabila berada di kawasan komersial seperti area perdagangan, perkantoran dan pusat keramaian lainnya. Sedangkan, NJOP dikatakan terendah apabila tanah atau lahan tersebut masih bersifat tidak produktif. Uji petik NJOP ini masih dilakukan dalam menetapkan besaran NJOP tahun 2011. Kalau soal pembayaran PBB baik perkotaan dan pedesaan sebenarnya sudah berakhir pada 30 Agustus. Namun,jika masih ada yang belum melunasi dapat menyelesaikan pembayaran hingga Desember. Klasifikasi NJOP Bumi ini dibagi menjadi kelompok A dan kelompok B. Untuk kelompok A, kelas tanah terendah adalah A100 dengan penggolongan nilai jual permukaan bumi lebih kurang Rp170,00 per m2 dengan NJOP ditetapkan sebesar Rp140,00 per m2. Sedangkan, kelas tanah tertinggi adalah A 51 dengan penggolongan nilai jual permukaan bumi antara Rp 3.000.000 sampai Rp3.200.000 per m2 dengan NJOP ditetapkan sebesar Rp 3.100.000 per m2 Begitu pula untuk kelompok B, kelas tanah terendah adalah B50 dengan penggolongan nilai jual Universitas Sumatera Utara permukaan bumi antara Rp 3.200.000 per m2 sampai Rp 3.550.000 dengan NJOP ditetapkan sebesar Rp 3.375.000 per m2. Sementara, pada kelas tanah tertinggi adalah B1 dengan penggolongan nilai jual permukaan bumi antara Rp67.390.000 sampai Rp 69.700.000 per m2 dengan NJOP ditetapkan sebesar Rp 68.545.000 per m2. Saat ini NJOP terendah ada di Kabupaten Banyuasin Rp 270,00 per m2 kelas A 98 dan NJOP tertinggi di Palembang Rp 5.095.000 per m2 kelas B 46. Hasil laporan menyebutkan, total rencana penerimaan PBB 2011 pada sektor pedesaan dan perkotaan, Kanwil DJP Sumut sebesar Rp102,123 miliar, dengan angka realisasi hingga September 2011 Rp 78,334 miliar atau terealisasi sekitar 77. Bagian Bidang Pelayanan Hubungan Masyarakat DJP Sumut, menyatakan akan mengambil langkah proaktif dengan terus melakukan penagihan kepada wajib pajak yang dinyatakan menunggak. Jika pada Agustus WP menunggak, pada bulan berikutnya WP akan dikenakan denda sekitar 2 dari pokok ketetapan. Pengenaan denda ini akan berlaku sebesar 24 bulan atau sekitar 48. Disamping itu Pemerintah juga memberlakukan Peraturan Menteri Keuangan PMK Nomor 150PMK.032010 tentang Klasifikasi dan Penetapan Nilai Jual Objek Pajak NJOP Sebagai Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan PBB mulai 1 Januari 2011. Dan pada saat yang sama pula Pemerintah akan mencabut Keputusan Menteri Keuangan KMK Nomor 523KMK.041998 tentang Penentuan Klasifikasi dan Besarnya Universitas Sumatera Utara NJOP sebagai Dasar Pengenaan PBB. Namun penetapan besarnya PBB terutang untuk tahun pajak 2010 dan tahun-tahun pajak sebelumnya tetap menggunakan klasifikasi dan besarnya NJOP sebagaimana diatur dalam KMK itu. Untuk memberikan kepastian hukum, keadilan bagi wajib pajak WP, dan stabilitas dalam penentuan NJOP, pemerintah memandang perlu melakukan penyesuaian klasifikasi dan penetapan NJOP sebagai dasar pengenaan PBB, sebagaimana diatur dalam PMK Nomor 150PMK.032010, yang dikeluarkan 27 Agustus Tahun 2010 lalu. PMK itu berisikan klasifikasi NJOP Bumi dan Bangunan untuk Objek Pajak Sektor Perkebunan, Objek Pajak Sektor Perhutanan, , dan Objek Pajak Sektor Pertambangan; serta NJOP Bumi dan Bangunan untuk Objek Pajak Sektor Perdesaan dan Sektor Perkotaan. Dalam PMK itu Menteri Keuangan melimpahkan wewenang kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak setempat untuk menetapkan NJOP setiap tahun untuk masing-masing kabupatenkota; atau wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama jika terdapat lebih dari satu Kantor Pelayanan Pajak Pratama dalam satu kabupatenkota. Rencananya, ketentuan mengenai tata cara penetapan NJOP dan bentuk format keputusan yang dikeluarkan oleh Kepala Kantor Wilayah DIrektorat Jenderal Pajak atas nama Menteri Keuangan akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Dirjen Pajak. Universitas Sumatera Utara Jadi untuk menghitung besarnya Pajak Bumi dan Bangunan PBB yang harus dibayar maka harus diketahui lebih dahulu kelas dari tanah bumi danatau bangunan yang menjadi objek PBB sehingga bisa dihitung NJOP PBB. Penentuan klasifikasi dari bumi dan bangunan didasarkan pada Keputusan Menteri Keuangan, dan untuk peraturan yang terbaru adalah Peraturan Menteri Keuangan Nomor 150PMK.032010 tentang Klasifikasi dan Penetapan Nilai Jual Objek Pajak Sebagai Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan, yang menggantikan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 523KMK.041998. Berikut ini disampaikan klasifikasi NJOP terbaru dan cara penghitungan PBB dengan klasifikasi NJOP tersebut. KLASIFIKASI NILAI JUAL OBJEK PAJAK NJOP BUMI UNTUK OBJEK PAJAK SEKTOR PERDESAAN DAN SEKTOR PERKOTAAN TAHUN 2011 Klas A Pengelompokan Nilai Jual Bumi Rpm 2

B Nilai Jual Objek Pajak NJOP

Rpm 2 001 67.390.000,00 sd 69.700.000,00 68.545.000,00 002 65.120.000,00 sd 67.390.000,00 66.255.000,00 003 62.890.000,00 sd 65.120.000,00 64.000.000,00 004 60.700.000,00 sd 62.890.000,00 61.795.000,00 005 58.550.000,00 sd 60.700.000,00 59.625.000,00 006 56.440.000,00 sd 58.550.000,00 57.495.000,00 007 54.370.000,00 sd 56.440.000,00 55.405.000,00 008 52.340.000,00 sd 54.370.000,00 53.355.000,00 009 50.350.000,00 sd 52.340.000,00 51.345.000,00 010 48.400.000,00 sd 50.350.000,00 49.375.000,00 011 46.490.000,00 sd 48.400.000,00 47.445.000,00 012 44.620.000,00 sd 46.490.000,00 45.555.000,00 013 42.790.000,00 sd 44.620.000,00 43.705.000,00 Universitas Sumatera Utara Klas A Pengelompokan Nilai Jual Bumi Rpm 2

B Nilai Jual Objek Pajak NJOP

Rpm 2 014 41.000.000,00 sd 42.790.000,00 41.895.000,00 015 39.250.000,00 sd 41.000.000,00 40.125.000,00 016 37.540.000,00 sd 39.250.000,00 38.395.000,00 017 35.870.000,00 sd 37.540.000,00 36.705.000,00 018 34.240.000,00 sd 35.870.000,00 35.055.000,00 019 32.650.000,00 sd 34.240.000,00 33.445.000,00 020 31.100.000,00 sd 32.650.000,00 31.875.000,00 021 29.590.000,00 sd 31.100.000,00 30.345.000,00 022 28.120.000,00 sd 29.590.000,00 28.855.000,00 023 26.690.000,00 sd 28.120.000,00 27.405.000,00 024 25.300.000,00 sd 26.690.000,00 25.995.000,00 025 23.950.000,00 sd 25.300.000,00 24.625.000,00 026 22.640.000,00 sd 23.950.000,00 23.295.000,00 027 21.370.000,00 sd 22.640.000,00 22.005.000,00 028 20.140.000,00 sd 21.370.000,00 20.755.000,00 029 18.950.000,00 sd 20.140.000,00 19.545.000,00 030 17.800.000,00 sd 18.950.000,00 18.375.000,00 031 16.690.000,00 sd 17.800.000,00 17.245.000,00 032 15.620.000,00 sd 16.690.000,00 16.155.000,00 033 14.590.000,00 sd 15.620.000,00 15.105.000,00 034 13.600.000,00 sd 14.590.000,00 14.095.000,00 035 12.650.000,00 sd 13.600.000,00 13.125.000,00 036 11.740.000,00 sd 12.650.000,00 12.195.000,00 037 10.870.000,00 sd 11.740.000,00 11.305.000,00 038 10.040.000,00 sd 10.870.000,00 10.455.000,00 039 9.250.000,00sd 10.040.000,00 9.645.000,00 040 8.500.000,00 sd 9.250.000,00 8.875.000,00 041 7.790.000,00 sd 8.500.000,00 8.145.000,00 042 7.120.000,00 sd 7.790.000,00 7.455.000,00 043 6.490.000,00 sd 7.120.000,00 6.805.000,00 044 5.900.000,00 sd 6.490.000,00 6.195.000,00 045 5.350.000,00 sd 5.900.000,00 5.625.000,00 046 4.840.000,00 sd 5.350.000,00 5.095.000,00 047 4.370.000,00 sd 4.840.000,00 4.605.000,00 Universitas Sumatera Utara Klas A Pengelompokan Nilai Jual Bumi Rpm 2

B Nilai Jual Objek Pajak NJOP

Rpm 2 048 3.940.000,00 sd 4.370.000,00 4.155.000,00 049 3.550.000,00 sd 3.940.000,00 3.745.000,00 050 3.200.000,00 sd 3.550.000,00 3.375.000,00 051 3.000.000,00 sd 3.200.000,00 3.100.000,00 052 2.850.000,00sd 3.000.000,00 2.925.000,00 053 2.708.000,00 sd 2.850.000,00 2.779.000,00 054 2.573.000,00 sd 2.708.000,00 2.640.000,00 055 2.444.000,00 sd 2.573.000,00 2.508.000,00 056 2.261.000,00 sd 2.444.000,00 2.352.000,00 057 2.091.000,00 sd 2.261.000,00 2.176.000,00 058 1.934.000,00 sd 2.091.000,00 2.013.000,00 059 1.789.000,00 sd 1.934.000,00 1.862.000,00 060 1.655.000,00 sd 1.789.000,00 1.722.000,00 061 1.490.000,00 sd 1.655.000,00 1.573.000,00 062 1.341.000,00 sd 1.490.000,00 1.416.000,00 063 1.207.000,00 sd 1.341.000,00 1.274.000,00 064 1.086.000,00 sd 1.207.000,00 1.147.000,00 065 977.000,00 sd 1.086.000,00 1.032.000,00 066 855.000,00 sd 977.000,00 916.000,00 067 748.000,00 sd 855.000,00 802.000,00 068 655.000,00 sd 748.000,00 702.000,00 069 573.000,00 sd 655.000,00 614.000,00 070 501.000,00 sd 573.000,00 537.000,00 071 426.000,00 sd 501.000,00 464.000,00 072 362.000,00 sd 426.000,00 394.000,00 073 308.000,00 sd 362.000,00 335.000,00 074 262.000,00 sd 308.000,00 285.000,00 075 223.000,00 sd 262.000,00 243.000,00 076 178.000,00 sd 223.000,00 200.000,00 077 142.000,00 sd 178.000,00 160.000,00 078 114.000,00 sd 142.000,00 128.000,00 079 91.000,00 sd 114.000,00 103.000,00 080 73.000,00 sd 91.000,00 82.000,00 081 55.000,00 sd 73.000,00 64.000,00 Universitas Sumatera Utara Klas A Pengelompokan Nilai Jual Bumi Rpm 2

B Nilai Jual Objek Pajak NJOP

Rpm 2 082 41.000,00 sd 55.000,00 48.000,00 083 31.000,00 sd 41.000,00 36.000,00 084 23.000,00 sd 31.000,00 27.000,00 085 17.000,00 sd 23.000,00 20.000,00 086 12.000,00 sd 17.000,00 14.000,00 087 8.400,00 sd 12.000,00 10.000,00 088 5.900,00 sd 8.400,00 7.150,00 089 4.100,00 sd 5.900,00 5.000,00 090 2.900,00 sd 4.100,00 3.500,00 091 2.000,00 sd 2.900,00 2.450,00 092 1.400,00 sd 2.000,00 1.700,00 093 1.050,00 sd 1.400,00 1.200,00 094 760,00 sd 1.050,00 910,00 095 550,00 sd 760,00 660,00 096 410,00 sd 550,00 480,00 097 310,00 sd 410,00 350,00 098 240,00 sd 310,00 270,00 099 170,00 sd 240,00 200,00 100 170,00 140,00 Universitas Sumatera Utara KLASIFIKASI NILAI JUAL OBJEK PAJAK NJOP BANGUNAN UNTUK OBJEK PAJAK SEKTOR PERDESAAN DAN SEKTOR PERKOTAAN TAHUN 2011 Klas A Pengelompokan Nilai Jual Bangunan Rpm 2

B Nilai Jual Objek Pajak NJOP

Bangunan Rpm 2 001 14.700.000,00 sd 15.800.000,00 16.000.000,00 002 13.600.000,00 sd 14.700.000,00 14.150.000,00 003 12.550.000,00 sd 13.600.000,00 13.075.000,00 004 11.550.000,00 sd 12.550.000,00 12.050.000,00 005 10.600.000,00 sd 11.550.000,00 11.075.000,00 006 9.700.000,00 sd 10.600.000,00 10.150.000,00 007 8.850.000,00 sd 9.700.000,00 9.275.000,00 008 8.050.000,00 sd 8.850.000,00 8.450.000,00 009 7.300.000.00 sd 8.050.000,00 7.675.000,00 010 6.600.000,00 sd 7.300.000,00 6.950.000,00 011 5.850.000,00 sd 6.600.000,00 6.225.000,00 012 5.150.000,00 sd 5.850.000,00 5.500.000,00 013 4.500.000,00 sd 5.150.000,00 4.825.000,00 014 3.900.000,00 sd 4.500.000,00 4.200.000,00 015 3.350.000,00 sd 3.900.000,00 3.625.000,00 016 2.850.000,00 sd 3.350.000,00 3.100.000,00 017 2.400.000,00 sd 2.850.000,00 2.625.000,00 018 2.000.000,00 sd 2.400.000,00 2.200.000,00 019 1.666.000,00 sd 2.000.000,00 1.833.000,00 020 1.366.000,00 sd 1.666.000,00 1.516.000,00 021 1.034.000,00 sd 1.366.000,00 1.200.000,00 022 902.000,00 sd 1.034.000,00 968.000,00 023 744.000,00 sd 902.000,00 823.000,00 024 656.000,00 sd 744.000,00 700.000,00 025 534.000,00 sd 656.000,00 595.000,00 026 476.000,00 sd 534.000,00 505.000,00 027 382.000,00 sd 476.000,00 429.000,00 028 348.000,00 sd 382.000,00 365.000,00 029 272.000,00 sd 348.000,00 310.000,00 Universitas Sumatera Utara Klas A Pengelompokan Nilai Jual Bangunan Rpm 2

B Nilai Jual Objek Pajak NJOP

Bangunan Rpm 2 030 256.000,00 sd 272.000,00 264.000,00 031 194.000,00 sd 256.000,00 225.000,00 032 188.000,00 sd 194.000,00 191.000,00 033 136.000,00 sd 188.000,00 162.000,00 034 128.000,00 sd 136.000,00 132.000,00 035 104.000,00 sd 128.000,00 116.000,00 036 92.000,00 sd 104.000,00 98.000,00 037 74.000,00 sd 92.000,00 83.000,00 038 68.000,00 sd 74.000,00 71.000,00 039 52.000,00 sd 68.000,00 60.000,00 040 52.000,00 50.000,00 Seperti keterangan penulis pada Bab II mengenai tinjauan umum faktor-faktor klasifikasi NJOP, bahwasanya dari hasil penelitian penulis di wilayah KPPBB Medan telah melakukan langkah-langkah dalam penentuan Klasifikasi NJOP sebagai basis data kepada Wajib Pajak WP. Berikut ini adalah data-data yang dihimpun penulis dari hasil penelitian di wilayah KPPBB Medan yang diterapkan kepada wajib pajak: a. Bahwanya setelah WP di wilayah PKPBB Medan memasukkan permohonannya maka petugas pemproses masalah dalam hal ini petugas seksi pendataan dan penilaian, setelah menerima berkas permohonan dari WP petugas penerima berkas melakukan kegiatan sebagai berikut: menatausahakan permohonan WP tersebut kepada petugas yang ditunjuk menangani data grafispeta untuk mengecek kebenaran posisi relatif dari Universitas Sumatera Utara obyek pajak pada peta kerja dan berdasarkan data yang diterima dari WP atau hasil penelitian lapangan oleh tenaga fungsional atau pembina wilayah melalui petugas peneliti, meatausahakan perubahan pemecahan obyek pajak tersebut pada peta kerja sesuai dengan ketentuan yang berlaku; meneruskan berkas permohonan WP yang telah diproses tersebut di atas berikut formulir pelayanan wajib pajak kepada petugas peneliti, dalam hal ini kepala sub seksi klasifikasi dan pemutakhiran data atau pejabat lain yang ditunjuk, untuk diteliti lebih lanjut. b. Petugas peneliti, dalam hal ini Kepala Sub Seksi Klasifikasi dan Pemutakhiran data atau pejabat lain yang ditunjuk, setelah menerima berkas permohonan WP berikut formulir pelayanan wajib pajak dari petugas pemproses masalah, melakukan kegiatan antara lain: meneliti kelengkapan persyaratan dan bahan-bahan yang diperlukan serta memutuskan perlu tidaknya diadakan penelitian lapangan untuk memproses permohonan WP yang diterima dari petugas pemproses masalah; dalam hal permasalahan yang diteliti tersebut diperlukan keputusan oleh pejabat atasannya Kepala Seksi Pendataan dan Penilaian danatau Kepala Kantor Pelayanan PBB, meneruskan berkas permohonan WP yang telah diputuskan oleh pejabat atasannya; meneruskan berkas permohonan WP yang telah diputuskan oleh pejabat yang berwenang berikut formulir pelayanan wajib pajak kepada koordinator tempat pelayanan. Universitas Sumatera Utara c. Koordinator tempat pelayanan setelah menerima berkas permohonan WP melakukan kegiatan antara lain: meneliti seperlunya dan mencatat pada buku penjagaan berkas permohonan WP yang telah diputuskan kemudian diteruskan ke seksi pengolahan data dan informasi untuk diproses lebih lanjut; menerima dan meneliti hasil keluaran dari seksi pengolahan data dan informasi, serta meneruskan kepada kepala kantor pelayanan PBB untuk ditandatangani. Dari sini diteruskan kepada petugas penyampai hasil keluaran dan meneruskan hasil keluaran lainnya berupa STTS dan DHKP kepada seksi penetapan untuk diproses lebih lanjut dan ditandatangani WP bersangkutan ke seksi penetapan untuk ditatausahakan. d. Petugas penyampai hasil keluaran, setelah menerima hasil keluaran dari koordinator tempat pelayanan melakukan kegiatan antara lain: mencatat pada buku penjagaan atau merekam pada komputer pelayanan tanggal penyelesaian permohonan WP; menyampaikan hasil keluaran berupa SPPT kepada WP yang bersangkutan secara langsung atau melalui petugas pembina wilayah yang bersangkutan atau sub bagian tata usaha untuk dikirim melalui pos; menghimpun tanda terima SPPT dan formulir pelayanan WP yang telah ditandatangani oleh WP yang bersangkutan, serta meneruskan kepada koordinator tempat pelayanan pajak. Setelah kita melihat dasar-dasar penentuan klasifikasi bumi dan bangunan dalam penjelasan pasal 2 ayat 2 UU no. 91994 tentang PBB sebagai acuan dasar, penulis dalam pada ini menyampaikan faktor-faktor Universitas Sumatera Utara penentu lain di lapangan sebagai hasil penelitian di wilayah KPBB Medan adalah sebagai berikut: Dengan telah terbentuknya basis data sistem manajemen informasi obyek pajak SISMIOP bumi dan bangunan serta untuk memenuhi 4 empat persyaratan informasi yang harus dipenuhi dalam sistem ini, yaitu: relevan, tepat waktu handal, dan mutakhir, maka dipandang perlu basis data yang telah terbentuk tersebut dipelihara semaksimal mungkin. Pemeliharaan basis data dimaksud meliputi data atributik dan data grafis. Pemantauan terhadap perubahan dan atau perkembangan yang terjadi di lapangan baik yang menyangkut obye dan subyek pajak bumi dan bangunan maupun perkembangan wilayah, merupakan satu hal yang mutlak harus dilaksanakan dalam rangka pemeliharaan basis data SISMIOP PBB guna menunjang sarana pembentukan klasifikasi. 32 Sehubungan dengan hal tersebut di atas pada hakekatnya kantor pelayanan pajak bumi dan bangunan merupakan suatu organisasi teritorial, maka kantor pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan Medan memandang perlu melaksanakan suatu kegiatan pembinaan wilayah, melalui penempatan personil terjadi di lapangan, tetapi juga ditugaskan untuk melaksanakan tugas- tugas pokok kantor pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan di tingkat wilayah administrasi pemerintah desakelurahan maupun kecamatan di wilayah Medan. 32 Pudyatmoko, Y.K. Sistematika Hukum Pajak, Jakarta: Bulan Bintang, 2001, hal. 63. Universitas Sumatera Utara Secara konsepsional petugas pembina wilayah merupakan “mata, telinga, tangan, dan mulut” kantor pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan di wilayah KPPBB Medan yang berada di “pos terdepan” atau secara langsung berhadapan dengan WP di lapangan. Secara garis besarnya dalam pembinaan wilayah tersebut di atas meliputi tugas-tugas: 1 Penyuluhan kepada masyarakat dengan dibantu oleh kantor penyuluhan pajak Medan; 2 Pemantauan perubahan obyeksubyek Pajak Bumi dan Bangunan; 3 Pemantauan penyampaian SPPT kepada WP; 4 Pemantauan penerimaan dan penagihan pajak bumi dan bangunan; 5 Pemantauan perkembangan wilayah; 6 Pengumpulan data NJOP; 7 Penelitian lapangan konfirmasi terhadap informasi adanya perubahan obyeksubyek pajak, perkembangan wilayah, dan informasi lainnya yang berhubungan dengan pengelolaan PBB. A Pelaksanaan Pembinaan Wilayah Mengingat cukup luas dan kompleksnya ruang lingkup tugas pembinaan wilayah dan untuk menghindari kemungkinan timbulnya penyalahgunaan wewenang oleh para petugas pembina wilayah, maka pelaksanaan pembinaan wilayah KPPBB Medan mengatur sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 1 Rentang Kendali a. Setiap petugas pembina wilayah ditugaskan untuk membina minimal satu desakelurahan, dan setiap kecamatan dikoordinir oleh seorang tenaga fungsional atau petugas lain yang dinilai cakap oleh kepala kantor pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan Medan. b. Petugas pembina wilayah dan koordinator petugas pembina wilayah ditunjuk melalui surat keputusan KPPBB, dan penunjukan tersebut diinformasikan kepada pemerintah daerah Tk II Medan. c. Petugas pembina wilayah mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada koordinatornya, dan selanjutnya para koordinator petugas pembina wilayah mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas di wilayahnya kepada KPPBB Medan melalui para kepala seksi terkait. d. Para kepala seksi yang terkait dalam kegiatan pembinaan wilayah secara priodik melaporkan secara tertulis perkembangan pelaksanaan pembinaan wilayah. Laporan tertulis tersebut sebelum disampaikan kepada KPPBB, disusun terlebih dahulu oleh kepala sub bagian tata usaha. Universitas Sumatera Utara 2 Mekanisme a. Para petugas pembina wilayah setiap hari ditugaskan untuk mengadakan koordinasi dengan pihak pemerintah desakelurahan mengenai pelaksanaan pembinaan wilayah. b. Setiap pagi sebelum ke lapangan para petugas pembina wilayah melaporkan semua kegiatan yang dilaksanakan dan informasi- informasi yang diperoleh pada hari sebelumnya kepada koordinasinya, dan selanjutnya oleh koordinator petugas pembina wilayah meneruskan laporan kepada para kepala seksi terkait dalam KPPBB. c. Dalam hal dipandang perlu dilaksanakan kegiatan operasional seperti halnya: mengadakan pendataan terhadap obyeksubyek yang mengalami perubahan, mengadakan penelitian lapangan atas permohonan keberatan yang disampaikan oleh WP, konfirmasi penerimaan pajak dan bangunan ke banktempat pembayaran, penyuluhan kepada masyarakat dan lain sebagainya, atas usulan koordinator petugas pembina wilayah melalui kepala seksi terkait, kepala kantor pelayanan pajak bumi dan bangunan menerbitkan surat tugas kepada petugas lain yang ditunjuk untuk itu. d. Setiap seminggu sekali diadakan evaluasi atas pelaksanaan pembinaan wilayah. Dalam evaluasi tersebut, para petugas pembina wilayah melaporkan hasil pelaksanaan tugasnya selama Universitas Sumatera Utara satu minggu kepada koordinatornya, dan selanjutnya setelah dihimpun laporan dimaksud, koordinator petugas pembina wilayah melaporkan pelaksanaan pembinaan wilayah di wilayahnya. e. Masing-masing seksi terkait di KPPBB di Medan menanggapi dan memberikan jalan keluar atas permasalahan yang ditemui dilapangan, dan selanjutnya hasil evaluasi mingguan tersebut oleh kepala sub bagian tata usaha dikompilir untuk selanjutnya dilaporkan kepada KPPBB Medan. f. Untuk mempermudah dalam mengevaluasi hasil pembinaan wilayah, bentuk-bentuk laporan mingguan maupun bulanan perlu distandarisir. B Tugas-tugas Pembinaan Wilayah Sesuai dengan ruang lingkup tugasnya, KPPBB Medan, maka secara garis besarnya tugas-tugas pembinaan wilayah antara lain sebagai berikut: 1 Penyuluhan kepada masyarakat a Tanpa mengurangi arti penyuluhan yang dilaksanakan oleh kantor penyuluhan pajak sebagai mitra dari KPBB Medan, para petugas pembina wilayah diharapkan mampu memberikan penjelasan kepada masyarakat, khususnya bagi WP di daerah Universitas Sumatera Utara kelurahankecamatan di wilayah kerja petugas pembina wilayah, tentang beberapa hal antara lain: 1 Kebijakan pemerintah di bidang perpajakan khususnya PBB; 2 Hak-hak dan kewajiban para WP, khususnya yang berkaitan dengan PBB; 3 Maksud dan tujuan dari peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan, khususnya yang menyangkut status hukum atau hak atas bumi. b Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memberikan penyuluhan kepada masyarakat, maka KPPBB Medan bekerja sama dengan kantor penyuluhan pajak melakukan beberapa langkah-langkah antara lain: 1 Identifikasi sasaran guna mengetahui karakteristik pihak-pihak yang akan diberikan penyuluhan, sehingga dapat disusun materi penyuluhan hak sesuai dengan kemampuan dan daya serap komunikasi WP; 2 Formulasi materi penyuluhan yang tepat, singkat dan sederhana, valid, aktual dan tidak membosankan pihak komunikasiWP; 3 Pemilihan media penyuluhan yang disesuaikan dengan materi dan sasaran penyuluhan; Universitas Sumatera Utara 4 Kredibilitas petugas oleh KPPBB harus disesuaikan dengan wilayah kerjanya. 2 Pemantauan perubahan obyek atau subyek Pajak Bumi dan Bangunan a Mencatat perubahan obyek pajak yang terjadi di lapangan, antara lain: mengenai perubahan luas, nilai jual, fisik, penggunaan atau pemanfaatan di wilayah kerja pembinaan. b Mencatat perubahan status pemilikan danatau penguasaan atas obyek pajak dalam kaitannya dengan penentuan WP atas obyek dimaksud di lapangan. c Mengadakan koordinasi dengan para pejabat yang diwajibkan untuk melaporkan setiap adanya perubahan atau mutasi obyek pajak. Yang dimaksud pejabat tersebut di atas di dalam penjelasan UU No. 91994 tentang PBB pasal 21 ayat 1 yaitu: Camat sebagai pejabat pembuat akte tanah, notaris pejabat pembuatan akte tanah, dan pejabat pembuatan akte tanah. 3 Pemantauan penyampaian SPPT kepada wajib pajak a Memantau secara aktif penyampaian SPPT kepada wajib pajak, baik yang disampaikan oleh pihak kelurahan, Dipenda, maupun kantor pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan dengan jalan antara lain: 1 Mengadakan koordinasi dan menghimbau kepada instansi terkait yang berkompeten dalam penyampaikan SPPT untuk Universitas Sumatera Utara segera menyampaikan SPPT kepada wajib pajak yang bersangkutan; 2 Membuat laporan mingguan perkembangan penyampaian SPPT kepada WP; 3 Dalam hal ditemukan WP yang belum menerima SPPT agar segera mengimormasikan ke kantor KPPBB wilayah Medan untuk penerbitkan salinan SPPT; 4 Menginfentarisir segala permasalahan yang ditemui di lapangan sehubungan dengan penyampaian SPPT. b Meneliti dan mengkonfirmasikan laporan atau usulan tentang pembetulan danatau pembatalan SPPT, yang diajukan WP yang bersangkutan, apakah telah memenuhi syarat-syarat formal yang berlaku. c Mencari informasi alamatdomisili WP yang belum diketahui pada waktu pengumpulan data dalam kegiatan pembentukan basis data sistim informasi manajemen obyek pajak SISMIOP. 4 Pemantauan Penerimaan dan Penagihan PBB a Pemantauan STTS yang diterima dari bank tempat pembayaran di masing-masing kelurahan. b Pemantauan pelaksanaan sistem tempat pembayaran SISTEP: Universitas Sumatera Utara 1 Mencatat dan menginvetarisir nama-nama Bank Pemerintah yang ada atau yang berdekatan dengan kelurahan yang bersangkutan; 2 Mencari informasi dari masyarakat atau kantor kelurahan, bank tempat pembayaran mana yang dirasa dekat atau dijangkau oleh masyarakat yang tinggal di kelurahan bersangkutan; 3 Mencatat berbagai informasi dari masyarakat tentang pelayanan bank-bank tempat pembayaran. 5 Pemantauan Perkembangan Wilayah a Mencatat setiap perkembangan wilayah yang terjadi di lapangan; b Mencatat jumlah kompleks-kompleks pemukiman, perindustrian, perdagangan dan lain sebagainya baik yang dibangun pemerintah maupun swasta serta mengadakan koordinasi dengan pihak developernya. c Mengadakan koordinasi dengan instansi terkait dalam hal terjadi perubahan wilayah administrasi pemerintah yang baru, khususnya Badan Pertanahan Nasional BPHN Medan. 6 Pengumpulan data Nilai Jual Obyek Pajak NJOP a Menginventarisir data harga jual obyek pajak baik yang berasal dari instansi terkait, media massa, developer, dan WP. b Menginventarisir data harga jual bahan material bangunan dan standar upah yang terjadi di lapangan setiap 6 bulan terakhir. Universitas Sumatera Utara 7 Penelitian lapangan konfirmasi terhadap informasi adanya perubahan obyeksubyek pajak, perkembangan wilayah, dan informasi lainnya yang berhubungan dengan pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan. a Atas perintah KPPBB, para petugas pembina wilayah bersama- sama dengan petugas lain yang ditunjuk, melaksanakan penelitian di lapangan terhadap permohonan keberatan atas ketetapan PBB atau pengurangan PBB yang diajukan oleh WP. b Pengawasan terhadap kegiatan pembinaan wilayah meliputi 3 tiga aspek, yaitu: pengawasan operasional, pengawasan teknis, dan pengawasan administratif. 1 Pengawasan operasional dimaksudkan untuk mengetahui apakah petugas pembina wilayah benar-benar melaksanakan tugas di lapangan, dengan peninjauan langsung di lapangan. 2 Pengawasan teknis dimaksudkan untuk mengetahui pelaksanaan penyelesaian dan pembinaan masalah yang mungkin timbul antara petugas pembina wilayah dengan komunikasiWP dengan berpedoman dengan petunjuk teknis yang telah ditetapkan. 3 Pengawasan administratif dilaksanakan dengan mengevaluasi laporan-laporan yang disampaikan oleh para petugas pembina wilayah. Untuk laporan produksi petugas yang bersangkutan, sedangkan laporan mingguan dan laporan bulanan melalui Universitas Sumatera Utara laporan yang disampaikan secara periodik oleh para petugas pembina wilayah melalui koordiantornya. Dengan adanya langkah-langkah yang ditempuh di atas, yang dilakukan oleh KPPBB Medan, sedikit banyak telah banyak membantu dalam penentuan klasifikasi nilai jual obyek pajak NJOP dan sebagai masukan bagi Pemda Tk. II Medan dalam penentuan klasifikasi nilai jual bumi dan bangunan. C. Penyelesaian Sengketa antara Wajib Pajak dengan Pejabat Pajak di Wilayah Kerja Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan Medan Dari penelitian penulis di wilayah kerja KPPBB Medan, penulis mencoba menguraikan serta prosedur penyelesaiannya sengketa antara wajib pajak dengan pejabat pajak antara lain: 1. Keberatan atas penunjukan sebagai Wajib Pajak Dalam masalah ini WP dalam penyelesaiannya harus melaksanakan syarat dan prosedur yang berlaku. Syaratnya: surat permohonan dari WP sendiri atau yang dikuasakan dengan dilengkapi fotocopy KTP dari WP, SPPT asli tahun yang bersangkutan, berikut informasi siapa yang menjadi wajib pajak atas obyek pajak yang dimaksud, serta alasna-alasan dan bukti- bukti pendukung lainnya. Surat permohonan dibuat dalam bahasa Indonesia disertai alasan serta bukti yang kuat. Prosedur penyelesaiannya adalah sebagai berikut: WP yang berada berdomisili di wilayah kerja KPPBB Medan Universitas Sumatera Utara menyerahkan surat permohonan beserta lampirannya ke KPPBB Medan ke bagian petugas penerima berkas di tempat pelayanan. Dalam hal masih diperlukan informasi lebih lanjut sehubungan dengan masalahnya, dapat menghubungi dan meminta penjelasan kepada petugas pemberi informasi public relation di tempat pelayanan. Petugas penerima berkas setelah menerima dan meneliti kelengkapan permohonan WP, melakukan kegiatan antara lain: mengecek data WP yang bersangkutan melalui nomor obyek pajak NJOP, letak obyek pajak, atau nama WP, dalam hal permohonan belum lengkap persyaratannya, kepada WP akan diberitahu secara lisan atau tertulis untuk dilengkapi lebih dahulu, dan permohonan tetap diproses, mengisi data umum persyaratan, mencatat nomor dan tanggal agenda, membubuhkan tanda tangan, nama jelas, NIP dan stempel kantor pada formulir pelayanan wajib pajak, merekam nomor dan tanggal penerimaan permohonan WP pada komputer atau mencatatnya pada buku penjagaan, menyerahkan tanda terima berkas kepada WP bersangkutan sebagai tanda penerimaan permohonan, kemudian meneruskan berkas WP tersebut berikut formulir pelayanan wajib pajak kepada petugas seksi penetapan untuk diproses lebih lanjut. Petugas pemproses masalah dalam hal ini petugas seksi penetapan, setelah menerima berkas permohonan WP berikut formulir pelayanan wajib pajak dari petugas penerima berkas melakukan kegiatan sebagai berikut: menatausahakan permohonan WP pada buku penjagaan, menkonfirmasikan Universitas Sumatera Utara permohonan WP tersebut kepada petugas yang ditunjuk menangani data grafis peta untuk mengecek kebenaran posisi relatif dari obyek pajak bersangkutan, petugas yang ditunjuk menangani data grafis peta mengecek posisi nilai obyek pajak pada peta kerja dan berdasarkan data yang diterima dari WP atau hasil penelitian lapangan oleh tenaga fungsional atau petugas pembina wilayah melalui petugas peneliti, kemudian meneruskan berkas permohonan WP yang telah diproses tersebut di atas berikut formulir pelayanan wajib pajak kepada petugas peneliti, dalam hal ini kepada sub seksi intensifikasi atau ekstensifikasi penetapan atau pejabat lain yang ditunjuk, setelah menerima permohonan WP berikut formulir dari petugas pemproses masalah, melakukan kegiatan antara lain: meneliti kelengkapan persyaratan dan bahan- bahan yang diperlukan serta memutuskan perlu tidaknya diadakan penelitian lapangan untuk memproses permohonan WP yang diterimanya dari petugas pemproses masalah, dalam hal permasalahan yang diteliti tersebut diperlukan keputusan oleh pejabat atasannya kepala seksi penetapan danatau KPPBB Medan, maka berkas permohonan WP diteruskan kepada koordinator tempat pelayanan beserta formulir pelayanan wajib pajak. Tempat pelayanan yang telah diputuskan KPPBB melakukan kegiatan penelitian seperlunya dan mencatat pada buku penjagaan berkas permohonan WP serta meneruskan ke seksi pengolahan data dan informasi untuk diproses lebih lanjut kemudian meneliti hasil keluaran dari seksi pengolahan data dan informasi untuk ditandatangani oleh KPPBB dan diteruskan kepada petugas penyampaian Universitas Sumatera Utara hasil keluaran berupa surat keputusan pembatalan penunjukkan sebagai wajib pajak. Hasil keluaran lainnya berupa SPPT atas nama wajib pajak yang baru, STTS dan DHKP ke seksi penetapan untuk ditatausahakan. Petugas penyampai hasil keluaran, setelah menerima hasil keluaran koordinator tempat pelayanan melakukan kegiatan mencatat pada buku penjagaan atau merekam pada komputer pelayanan tanggal penyelesaian permohonan WP, menyampaikan hasil keluaran berupa surat keputusan pembatalan penunjukkan sebagai wajib pajak. Melalui petugas pembina wilayah KPPBB Medan atau kasub bagian tatausaha untuk dikirim melalui pos. 2. Pembetulan Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang SPPT atau Surat Ketetapan Pajak SKP karena salah dalam perhitungannya Dalam hal ini WP harus melaksanakan syarat pembetulan yaitu: mengajukan surat permohonan dari wajib pajak yang bersangkutan atau yang dikuasakan disertai fotocopy KTP, surat kuasa, apabila dikuasakan kepada pihak lain, surat pemberitahuan obyek pajak SPOP yang telah diisi dengan jelas, benar dan lengkap serta telah ditandatangani, fotocopy SPPT tahun bersangkutan, fotocopy bukti pendukung lainnya, seperti: akte jual beli, sertifikat dan IMB bersangkutan. Langkah berikutnya adalah prosedurnya: WP menyerahkan surat permohonan beserta lampirannya kepada petugas penerima berkas di tempat pelayanan di wilayah kerja KPPBB Medan. Universitas Sumatera Utara Kemudian petugas penerima berkas mengecek data WP yang bersangkutan di layar monitor melalui nilai obyek pajak NJOP, letak obyek pajak, atau nama WP. Apabila persyaratan formal belum dipenuhi, maka WP maka diberitahukan secara lisan maupun tulisan untuk dilengkapi terlebih dahulu, dan permohonan tetap diproses. Kemudian mengisi data umum persyaratan, menatat data umum persyaratan, mencatat nomor dan tanggal agenda, ditandatangani dengan nama jelas, NIP dan stempel kantor formulir pelayanan wajib pajak, untuk diteruskan kepada petugas seksi penetapan untuk menatausahakan permohonan WP pada buku penjagaan dan mengkonfirmasikan kepada petugas verifikasi untuk mengecek kebenaran posisi relatif obyek pajak pada peta kerja yang ada data grafis. Kemudian formulir pelayanan wajib pajak diserahkan kepada kepala sub seksi intensifikasi dan ekstensifikasi penetapan untuk diteliti dan diuraikan. Dalam penelitian dan penguraian ini diperlukan keputusan dari kepala seksi penetapan danatau kepala kantor pelayanan PBB. Setelah ada keputusan diteruskan kepada koordinator tempat pelayanan berikut formulir pelayanan wajib pajak, untuk diteliti seperlunya dan dicatat dalam buku penjagaan. Kemudian diteruskan kepada seksi pengolahan data dan informasi yang kemudian diserahkan kepada kepala kantor pelayanan KPPBB Medan untuk ditandatangani dan menerima hasil keluaran SPPTSKP surat keputusan pembetulan ketetapan salah hitung diteruskan kepada petugas penyampai hasil keluaran, yang kemudian mengeluarkan hasil keluaran lainnya berupa surat Universitas Sumatera Utara tanda terima setoran STTS dan data hasil keluaran pajak DHKP untuk ditatausahakan oleh seksi penatapan. Data keluaran tersebut melalui sub bagian tata usaha dikirimkan melalui jalur pos ke wajib pajak. Kemudian menghimpun tanda terima SPPTSKP dan formulir pelayanan wajib pajak yang telah ditandatangani oleh WP bersangkutan. a. Pengajuan Keberatan Apabila dalam keputusan WP ditolak, maka alternatif lain yang akan dilakukan WP adalah mengajukan keberatan. Menurut pasal 15 UU No. 121994 tentang PBB, WP dapat mengajukan surat keberatan atas surat pemberitahuan pajak terhutang SPPT dan surat ketetapan pajak SKP. Bagi WP di wilayah KPPBB Medan, bisa mengajukan surat keberatan ke kantor pelayanan PBB, dimana akan diproses lebih dahulu dalam wewenang seksi keberatan. Dalam memproses surat keberatan dari WP ini, seksi keberatan akan meneliti apakah surat keberatan dari WP sudah memenuhi syarat formal yang telah ditetapkan yaitu: keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia, diajukan dalam jangka 3 tiga bulan sejak diterimanya SPPTSKP dan syarat lain yang tercantum dalam pasal 15 UU No. 121994 tentang PBB. Dalam bab itu, dalam proses ini seksi keberatan akan melakukan uraian keberatan yang berisi: 1 Identitas wajib pajak: Nama : ………………………. NOP : ………………………. Universitas Sumatera Utara Alamat : ………………………. 2 Surat keberatan wajib pajak Tanggalnomor : ………………………. Diterima tanggal : ………………………. Keberatan atas : ………………………. Alasan keberatan : ………………………. 3 Wewenang mempertimbangkan: Landasan hukum pertimbangan Siapa yang berwenang mempertimbangkan 4 Alasan ketetapan 5 Sanggahan wajib pajak atas ketetapan: Isinya pada intinya bahwa WP keberatan atas dikeluarkanya ketetapan dan WP minta ditinjau kembali. 6 Uraian ketetapan: Telah ditelitinya surat keberatan WP apakah sudah memenuhi persyaratan formal atau belum. 7 Lampiran-lampiran Surat pernyataan WP 8 Kesimpulan Dalam hal ini petugas menyimpulkan hasil peninjauannya berdasarkan apa yang menjadi keberatan WP beserta alasannya. Petugas tidak Universitas Sumatera Utara dibenarkan menambah atau mengurangi segala yang menjadi keterangan dari WP dalam surat keberatannya. 9 Usul Petugas dalam hal ini mengusulkan, berdasarkan peninjauannya apakah surat keberatan WP diterima atau tidak. Dalam keputusannya ada 3 tiga orang yang menandatangani surat keberatan WP yaitu: KPPBB setempat, kepala seksi keberatan serta petugas pemeriksa. b. Pengajuan Banding Dalam hal apabila WP masih ditolak atau kurang puas dalam hasil keputusan dari surat keberatannya, maka ada upaya akhir dari WP untuk mengajukan banding kepada badan peradilan pajak. Syarat-syarat formal pengajuan banding sudah dibahas pada Bab II terdahulu. Sedangkan apabila kita membicarakan proses pengajuan banding menurut penelitian penulis sebenarnya ada 4 tahap yaitu: pertama, pengiriman surat permohonan banding WP ke sekretariat Badan Penyelesaian Sengketa Pajak BPSP, dalam hal ini dikirimkan ke jalan Cut Meutia No. 7 Jakarta. Kedua, permintaan surat uraian atas surat permohonan banding dari sekretariat majelis pertimbangan pajak ke KPPBB di wilayah kerja WP, dalam hal ini KPPBB Medan untuk dibuatkan surat uraian banding atas nama WP, dimana akan diterima oleh sekretariat BPSP dalam rangka 3 tiga, disertai berkas yang lengkap dari WP bersangkutan. Ketiga, Universitas Sumatera Utara pemprosesan surat uraian banding oleh KPPBB wajib pajak bersangkutan. Keempat, pengiriman kembali kertas surat permohonan banding WP dari KPPBB ke BPSP untuk diproses dan diputuskan. Dari tahap-tahap di atas, menurut penulis yang sangat penting untuk menjadi dasar keputusan MPP adalah tahap ketiga, yaitu proses uraian surat permohonan banding wajib pajak yang diproses KPPBB setempat, dimana format uraian hasil penelitian penulis adalah sebagai berikut: 1 Umum Berisi: nama lengkap pemohon banding WP, nomor obyek pajak, alamat serta keterangan dari KPBB dalam memenuhi permintaan Badan Penyelesaian Sengketa Pajak BPSP. 2 Ketentuan formal Keputusan Dirjen pajak c.q. KPPBB setempat dengan ketetapan menolak permohonan keberatan wajib pajak. Surat permohonan banding yang dibuat, dan diterima serta permintaan uraian banding dari BPSP, apakah masih ada kekurangan. Landasan hukum pasal 27 UU No. 91994 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan. Penelitian terhadap surat pernyataan WP. 3 Alasan-alasan permohonan banding Berisi keterangan dan sanggahan WP 4 Tanggapan atas permohonan banding Berdasarkan penolakan surat keputusan keberatan WP. Universitas Sumatera Utara Hasil laporan verifikasi lapangan verlap Tanggapan atas alasan-alasan WP. 5 Kesimpulan dan usul Apakah permohonan banding sudah memenuhi ketentuan formal sebagaimana dimaksud dengan pasal 17 UU No. 91994. Alasan-alasan yang dikemukakan WP apakah sudah didukung data- data yang kuat. Dalam usulan berdasarkan keputusan KPPBB mengusulkan tetap mempertahankan menolak atau BPSP mempunyai pertimbangan lain. Sebagai bahan pertimbangan untuk BPSP, maka KPPBB menyertakan dokumen pendukung yang menjadi dasar pertimbangan BPSP nantinya, berupa: laporan hasil verifikasi lapangan Verlap, surat keberatan WP, uraian penyelesaian keberatan, surat pernyataan WP tertanggal, surat permohonan banding WP tertanggal. Dan surat uraian ini ditandatangani oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan setempat. Dalam proses pemutusan oleh BPSP, WP perlu menggaris bawahi 2 ayat dalam UU No. 91994 pasal 27 pasal 27 ayat 4 dan 5, dimana ayat 4 berbunyi: ‘putusan badan peradilan pajak merupakan putusan akhir dan bersifat tetap”; sedangkan ayat 5 berbunyi: “pengajuan permohonan banding tidak menunda kewajiban membayar pajak dan pelaksanaan penagihan pajak”. Satu lagi yang mungkin penting bagi WP adalah pada pasal 27 A, dimana menyebutkan bahwa apabila pengajuan keberatan atau permohonan banding diterima sebagian atau Universitas Sumatera Utara seluruhnya, maka kelebihan pembayaran dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2 dua persen sebulan untuk selama-lamanya dua puluh empat bulan. 33 33 Purbapronoto, K. Beberapa Catatan Tentang Hukum Perpajakan, Bandung: Kilat Maju, 2003, hal. 68. Dari semua keterangan di atas, secara formalitas demi kepastian hukum, WP tidak akan ragu lagi dalam mengajukan permohonan keberatan ataupun banding. Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN