Interaksi Sosial Anak Tunarungu Dengan Lingkungan Sekitarnya

84 menerima setiap instruksi dan arahan. Sedangkan interaksi sosial NPS dan TRA ditunjukkan dengan menjalin percakapan dengan bahasa verbal dan isyarat pula, serta sangat tergantung suasana hati untuk menerima setiap instruksi dan arahan, dikarenakan mereka adalah siswa yang pemalu. 4. Interaksi sosial anak tunarungu dengan lingkungan sekitar sudah dapat terjalin. MU dan ASS menunjukkan interaksi sosialnya dengan menjalin percakapan menggunakan bahasa verbal dan isyarat serta menggunakan tulisan apabila memang diperlukan. Sedangkan interaksi sosial NPS dan TRA dengan guru lingkungannya dapat ditunjukkan dengan menjalin percakapan menggunakan bahasa verbal, isyarat maupun tulis, namun terkadang hanya diam dan menunduk malu ketika diajak berkomunikasi, karena sifat mereka yang pemalu namun tetap bisa diajak berinteraksi oleh lingkungan. 5. Interaksi sosial siswa MU dengan wali berlangsung baik dengan adanya keberanian dari MU untuk melakukan hubungan timbal balik, lalu ASS yang juga mau mengkomunikasikan segala sesuatunya kepada ibu IW namun agak lebih baik dibandingkan dengan MU yaitu menggunakan komtal, lalu ada subjek NPS yang mengkomunikasikan apasaja dengan ibu IW menggunakan bahasa isyarat dan tidak malu- malu seperti di sekolah, dan terakhir adalah subyek TRA yang ketika di sekolah cenderung tertutup dan tidak mau memberikan hubungan 85 timbal balik pada guru di asrama dengan ibu IW ia mampu memulai interaksi terlebih dahulu dan lebih terbuka. 6. Dapat disimpulkan upaya guru kelas III SLB Wiyata Dharma 1 Tempel utuk menigkatkan kemampuan interaksis sosial anak tunarungu yaitu dengan mengurangi rasa minder anak, melibatkan anak dalam setiap KBM, serta senantiasa memberikan pujian kepada anak, dan bekerja sama dengan wali untuk membangun lingkungan yang baik di asrama serta dapat memahami kondisi anak tunarungu.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran dalam penelitian ini sebagai berikut. 1. Guru kelas hendaknya lebih mengoptimalkan lingkungan kelas yang dapat membaurkan semua anak. Hal ini bertujuan agar semua anak dan guru dapatsaling berinteraksi agar tidak ada lagi anak yang pemalu, dan saling bekerja sama. Misalnya: posisi tempat duduk anak disatukan dan diberi tugas yang harus mereka kerjakan berempat, dengan tetap dipantau oleh guru. 2. Guru kelas hendaknya dapat lebih memahami hambatan yang dialami olehsetiap anak tunarungu dalam melakukan interaksi sosial di sekolah.Misalnya dengan lebih menjalin kedekatan hubungan dan komunikasidengan anak tunarungu. Hal ini bertujuan agar guru dapat