Komponen-komponen Bahasa Isyarat Bahasa Isyarat
17
Anak tunarungu pada dasarnya juga ingin bersosialisasi dengan masyarakat umum. Penguasaan bahasa yang kurang dan
ketidakmampuan mendengar dengan baik merupakan salah satu hambatan proses komunikasi dengan masyarakat di sekelilingnya. Hal
ini tentu mempengaruhi perkembangan sosial anak tunarungu. Kondisi ini dapat diperparah apabila lingkungan kurang mampu memberikan
kesempatan, peluang, dan penghargaan kepada anak tunarungu untuk berinteraksi secara luas terhadap lingkungannya Sunardi dan
Sunaryo, 2007: 249. Berkaitan dengan perkembangan sosialnya, berikut adalah
beberapa ciri atau sifat yang sering ditemukan pada anak tunarungu. a.
Sifat egosentris yang lebih besar daripada anak mendengar. Sifatini membuat mereka sukar menempatkan diri pada cara
berpikirdan perasaan orang lain serta kurang menyadaripeduli tentang efekperilakunya terhadap orang lain. Dalam
tindakannya dikuasaiperasaan dan pikiran secara berlebihan. Sehingga mereka sulitmenyesuaikan diri. Kemampuan bahasa
yang terbatas akanmembatasi pula kemampuan untuk mengintegrasikan pengalamandan akan makin memperkuat
sifat egosentris ini.
b. Memiliki sifat implusif, yaitu tindakannya tidak didasarkan
padaperencanaan yang hati-hati dan jelas serta tanpa mengantisipasiakibat yang mungkin timbul akibat
perbuatannya. Apa yangmereka inginkan biasanya perlu segera dipenuhi. Adalah sulit bagimereka untuk merencanakan atau
menunda suatu pemuasankebutuhan dalam jangka panjang.
c. Sifat kaku rigidity, menunjuk pada sikap kurang luwes dalam
memandang dunia dan tugas-tugas dalam kesehariannya. d.
Sifat lekas marah atau tersinggung. e.
Perasaan ragu-ragu dan khawatir Uden dan Meadow dalam MurniWinarsih, 2007: 35.
Ciri-ciri atau sifat-sifat anak tunarungu di atas tentu mempengaruhi
perkembangan sosial anak tunarungu, ditambah lagi dengan kemampuan
18
komunikasinya yang kurang. Kemiskinan bahasa membuat anak tunarungutidak mampu terlibat secara baik dalam situasi sosialnya.
Sebaliknya, oranglain akan sulit memahami perasaan dan pikiran anak tunarungu Sunardi danSunaryo, 2007: 250. Oleh karena itu anak
tunarungu harus selalu dibiasakan untuk berinteraksi dengan lingkungannya, dimana hal ini sangat penting untuk meminimalisir ciri-
ciri pada sifat anak tunarungu yang telah disebutkan tersebut.