Derajat Kesehatan Hasil dan Pembahasan

36 Menyimak review terhadap hasil analisis di atas, maka keberadaan SDMketenagakerjaan di bidang kesehatan di Kabupaten Buleleng secara umum masih kurang, baik dilihat dari target yang dicanangkan tahun 2014, rata-rata Provinsi Bali maupun Standar Pelayanan Minimal SPM. Kondisi ini menjadi tantangan dalam pembangunan RS Kelas D Pratama khususnya penyediaan SDM bidang kesehatan sesuai standar yang ditetapkan. Tidak hanya untuk menunjang operasional RS Kelas D Pratama, penyediaan SDM bidang kesehatan secara kualitas dan kuantitas juga akan membantu kekurangan tenaga kesehatan di Kabupaten Buleleng secara umum.

g. Derajat Kesehatan

Dalam penyusunan Studi Kelayakan FS RS Kelas D Pratama, kajian ini sangat dibutuhkan untuk melihat kecenderungan derajat kesehatan masyarakat pada kawasan perencanaan, sehingga dalam menyiapkan fasilitas kesehatan sesuai dengan kecenderungan yang terjadi. Derajat kesehatan optimal akan dilihat dari unsur kualitas hidup serta unsur-unsur mortalitas dan yang mempengaruhinya seperti morbiditas dan status gizi. Untuk kualitas hidup yang digunakan sebagai indikator adalah angka kelahiran hidup, sedangkan untuk mortalitas yakni angka kematian bayi per-1.000 kelahiran hidup, angka kematian balita per-1.000 kelahiran hidup dan angka kematian ibu per-100.000 kelahiran hidup. Data dan analisis status kesehatan dalam Rencana Induk Pembangunan Kesehatan Kabupaten Buleleng Tahun 2013 menunjukkan perkembangan sebagai berikut : 1 Angka kematian bayi AKB di Kabupaten Buleleng pada tahun 2011 adalah 5,61.000 Kelahiran Hidup KH, lebih rendah dari target Standar Pelayanan Minimal SPM yaitu 171.000 KH maupun target MDGs yaitu 231.000 KH. 2 Angka kematian balita AKABA pada tahun 2011 adalah 7,2 1.000 KH, sudah lebih rendah dari target MDGs 321.000 KH. Angka kematian Balita yang rendah menggambarkan kondisi perinatal yang sudah sehat oleh para ibu dan atau merupakan akibat dari lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan balita seperti gizi, sanitasi dan penyakit menular. 3 Angka kematian ibu AKI merupakan jumlah ibu hamil yang meninggal karena hamil,melahirkan dan nifas disuatu wilayah tertentu per-100.000 KH pada tahun yang sama. Target MDGs untuk AKI pada tahun 2015 yaitu 102100.000 KH. Jumlah kematian ibu tahun 2007 sebanyak 13 orang dan mengalami peningkatan 37 pada tahun 2008 menjadi 18 orang. Kemudian menurun lagi menjadi 9 orang pada tahun 2009. Pada tahun 2010 jumlah kematian ibu kembali meningkat menjadi 12 orang dan pada tahun 2011 menurun menjadi 11 orang. Sehingga AKI di Kabupaten Buleleng berdasarkan data tahun 2011 sudah berada di angka 94,1 100.000 KH. 4 Umur Harapan Hidup UHH Kabupaten Buleleng pada tahun 2011 yaitu 69,34 tahun dan UHH ini terus meningkat sejak tahun 2007. UHH Kabupaten Buleleng masih lebih rendah dari target UHH Nasional tahun 2014 yaitu 72 tahun. Sedangkan angka kesakitan morbiditas dan penanganan penyakit menular dapat di lihat dari data kesakitan di bawah ini : 1 Angka AFP penduduk usia 15 tahun sebesar 3,24 per 100.000, sudah lebih dari target Standar Pelayanan Minimal SPM KabupatenKota yaitu1 per 100.000 penduduk usia 15 tahun. 2 Angka kesembuhan TB Paru BTA + baru mencapai 84,04 , lebih rendah dari SPM yang ditetapkan sebesar 85 . 3 Persentase balita pneumonia ditangani sudah mencapai target SPM yaitu 100 4 Persentase HIVAIDS ditangani sudah mencapai target SPM yaitu 100. 5 Persentase donor darah diskrining terhadap HIVAIDS sudah mencapai target SPM yaitu 100. 6 Persentase balita diare yang ditangani sudah mencapai target SPM yaitu 100 7 Angka kesakitan malaria sebesar 0,006 per 1.000 penduduk, belum mencapai target SPM yaitu 0 per 1.000 penduduk. Data angka dan analisis status kesehatan menunjukkan bahwa derajat kesehatan masyarakat di Kabupaten Buleleng berkembang ke arah positif secara signifikan. Namun demikian, masih terdapat indikator status kesehatan seperti angka kematian bayi AKB, Umur Harapan Hidup UHH, angka kesembuhan TB Paru BTA +, dan angka kesakitan malaria yang belum mencapai target SPM maupun lebih rendah dari target nasional dan Millennium Development Goals MDGs. Hal ini tentunya akan menjadi dasar pertimbangan dalam menentukan penyediaan fasilitas kesehatan pada RS Kelas D Pratama yang direncanakan, sehingga dapat membantu pencapaian standar dan target yang ditetapkan. 38 2 Aspek Internal Kajian aspek internal dibutuhkan guna melihat kekuatan bagi RS Kelas D Pratama yang direncanakan agar dapat survive dalam melaksanakan operasional. Mengurangi ancaman yang terjadi, serta melihat kelemahan yang perlu diantisipasi agar ke depan tidak menjadi suatu hambatan di dalam kegiatan operasional rumah sakit.

a. Sarana Kesehatan