Studi Kelayakan Teknis dan Ekonomi Rencana Pembangunan Rumah Sakit Tipe D Pratama di Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng.

(1)

LAPORAN AKHIR PENELITIAN

HIBAH PENELITIAN JURUSAN ARSITEKTUR TAHUN 2015

Studi Kelayakan Teknis dan Ekonomi

Rencana Pembangunan Rumah Sakit Tipe D Pratama

di Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng

Tim Pengusul :

1. Ir. Ida Bagus Ngurah Bupala, MT. NIP. 195312311986021004 2. I Ketut Mudra, ST., MT. NIP. 196811201995031001

JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA SEPTEMBER 2015

No. SPK : 2230.1/UN14.1.31/PN/2015 Tanggal 8 Juni 2015 No. SP.DIPA-042.04.2.400107/2015 Tanggal 15 April 2015


(2)

HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH PENELITIAN JURUSAN ARSITEKTUR TAHUN 2015

Judul Penelitian : Studi Kelayakan Teknis dan Ekonomi Rencana Pembangunan

Rumah Sakit Tipe D Pratama di Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng

.

Ketua Tim Peneliti :

a. Nama Lengkap : Ir. Ida Bagus Ngurah Bupala, MT. b. NIDN / NIP : 0031125330 / 195312311986021004 c. Jabatan Fungsional : Lektor

d. Nomor HP / e-mail : (+62) 89601304858 / bagus.bupala@gmail.com

Anggota Peneliti :

a. Nama Lengkap : I Ketut Mudra, ST., MT.

b. NIDN / NIP : 0020116801 / 196811201995031001 c. Jabatan Fungsional : Lektor

d. Nomor HP / e-mail : (+62) 818558516 / ikmudra@yahoo.com

Biaya Penelitian : - diusulkan ke Jurusan Rp.

10.000.000,-- dana institusi lain Rp. 0 - inkind sebutkan -

Bukit Jimbaran, 03 September 2015 Menyetujui,

Ketua Jurusan Arsitektur FT-UNUD Ketua Tim Peneliti

Ir. I Made Suarya, MT.

NIP. 195610151986011001

Ir. Ida Bagus Ngurah Bupala, MT.


(3)

Ringkasan

Kesehatan merupakan hak azasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Sebagai bagian integral dari pembangunan nasional, maka pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemauan untuk hidup sehat bagi setiap orang sehingga terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Pengaruh dari pertumbuhan penduduk dan peningkatan ekonomi tentunya akan meningkatkan kebutuhan pelayanan rumah sakit yang bermutu dan menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Permasalahan keterbatasan akses dan pemerataan sarana pelayanan rumah sakit saat ini tidak hanya didominasi daerah tertinggal, perbatasan dan kepulauan tetapi juga ditemui juga pada daerah perkotaan di mana daya tampung rawatan rumah sakit tidak sebanding dengan jumlah penduduk di sekitarnya. Kondisi ini sering membuat persaingan tidak sehat pengguna jasa rumah sakit dalam mendapatkan kesempatan prioritas pelayaann yang akhirnya masyarakat tidak mampu menjadi pihak yang sulit mendapatkan pelayanan kesehatan dengan segala keterbatasannya.

Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan rujukan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, memiliki peran yang sangat strategis dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Rumah Sakit Tipe D Pratama merupakan salah satu upaya Kementerian Kesehatan bekerjasama dengan Pemerintah Daerah untuk meningkatkan akses pelayanan kesehatan di daerah tersebut.

Sejalan dengan tuntutan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang sesuai dengan ketentuan, maka Pemerintah Kabupaten Buleleng merencanakan pembangunan sebuah Rumah Sakit Tipe D Pratama di Kecamatan Seririt. Oleh karena itu, usulan penelitian ini akan mencoba melakukan studi kelayakan teknis dan ekonomi terhadap rencana pembangunan rumah sakit di atas, sehingga dapat menyediakan pelayanan kesehatan yang bermutu dan menjangkau seluruh lapisan masyarakat.

Penelitian ini dirancang sebagai sebuah penelitian yang menggunakan metode kuantitatif. Pengumpulan data primer dilakukan melalui observasi ke lokasi rencana rumah sakit dengan pengukuran dan dokumentasi (foto). Data-data sekunder diperoleh melalui literatur/buku-buku kepustakaan, dokumen tata ruang terkait, dan internet. Kegiatan klasifikasi dan kompilasi data dilakukan untuk memudahkan dalam menyusun hasil penelitian. Keluaran penelitian ini adalah berupa kelayakan teknis dan ekonomi terhadap rencana pembangunan Rumah Sakit Tipe D Pratama di Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng, sehingga dapat dijadikan bahan rujukan dan pedoman bagi pemerintah dalam menyusun gambar/dokumen perencanaan.


(4)

Prakata

Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat karunia-Nyalah Laporan Akhir Penelitian yang berjudul “Studi Kelayakan Teknis dan Ekonomi Rencana Pembangunan Rumah Sakit Tipe D Pratama di Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng” dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.

Tujuan penelitian ini secara umum adalah melakukan studi kelayakan terhadap rencana pembangunan Rumah Sakit Tipe D Pratama di Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng. Secara khusus, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan dari rencana pembangunan rumah sakit tersebut di atas dari aspek teknis dan ekonomi, sehingga dapat dijadikan bahan rujukan dan pedoman bagi pemerintah dalam menyusun gambar/dokumen perencanaan. Kegiatan penelitian ini dibiayai dari dana PNBP Universitas Udayana Tahun 2015.

Terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu memberikan informasi dan kesempatan untuk melaksanakan kegiatan penelitian ini.

Sangat disadari, bahwa Laporan Akhir Penelitian ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, segala bentuk saran, kritik, dan masukan sangat diharapkan demi kesempurnaannya. Semoga Laporan Penelitian ini dapat memenuhi tujuan yang diharapkan dan bermanfaat bagi para pembaca.

Bukit Jimbaran, 03 September 2015 Ketua Tim Peneliti

Ir. Ida Bagus Ngurah Bupala, MT.


(5)

Daftar Isi

Halaman Judul ... i

Lembar Pengesahan ... ii

Ringkasan... iii

Prakata... iv

Daftar Isi ... v

Daftar Gambar... vi

Daftar Tabel... vii

BAB 1 Pendahuluan... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Permasalahan ... 2

1.3. Tujuan ... 4

1.4. Target dan Luaran ... 4

BAB 2 Tinjauan Pustaka... 6

2.1. Pengertian Kesehatan dan Sarana Kesehatan... 6

2.2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan... 7

2.3. Sistem Kesehatan Nasional (SKN)... 9

2.4. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit... 10

2.5. Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama... 14

2.6. Agenda Prioritas Bidang Kesehatan dalam RPJP Kabupaten Buleleng... 20

BAB 3 Metode Penelitian... 22

3.1. Pendekatan Penelitian... 22

3.2. Metode Kegiatan Penelitian... 22

3.3. Teknik Kegiatan Penelitian... 23

3.4. Tahapan Kegiatan Penelitian... 23

3.5. Kerangka Pikir Penelitian... 24

BAB 4 Hasil dan Pembahasan... 26

4.1. Kondisi Kesehatan di Kabupaten Buleleng... 26

4.2. Analisis Situasi... 28

4.3. Analisis Permintaan... 46

4.4. Analisis Kebutuhan... 50

4.5. Kelayakan Teknis... 62

4.6. Kelayakan Ekonomi... 69

BAB 5 Kesimpulan dan Saran... 82

5.1. Kesimpulan... 82

5.2. Saran... 83

Daftar Pustaka... 84


(6)

Daftar Gambar

Gambar 1 : Lokasi Rencana Pembangunan Rumah Sakit Tipe D Pratama di

Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng ... 3

Gambar 2 : Kerangka Pikir Penelitian... 25

Gambar 3 : Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Kelas D... 44

Gambar 4 : Kelayakan Lokasi Rencana RS Kelas D Pratama... 63

Gambar 5 : Rancangan Block Plan RS Kelas D Pratama... 64

Gambar 6 : Rancangan Lay Out Plan RS Kelas D Pratama... 69

Gambar 7 : Matrik Perhitungan Proyeksi Pendapatan dan Biaya RS Kelas D Pratama... 78


(7)

Daftar Tabel

Tabel 1 : Persyaratan Minimal Ketenagaan Rumah Sakit Kelas D Pratama... 16

Tabel 2 : Fasilitas Pelayanan Kesehatan di Kabupaten Buleleng... 26

Tabel 3 : Jumlah Tenaga Medis dan Paramedis di Kabupaten Buleleng... 27

Tabel 4 : Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat di Bidang Kesehatan Kabupaten Buleleng Tahun 2007-2011... 27

Tabel 5 : Proyeksi Penduduk Empat Kecamatan di Kabupaten Buleleng Tahun 2011 - 2031... 30

Tabel 6 : Penduduk Empat Kecamatan di Kabupaten Buleleng Menurut Agama Tahun 2007... 32

Tabel 7 : Proyeksi Jumlah Kebutuhan Sarana Kesehatan di Kabupaten Buleleng Tahun 2023... 39

Tabel 8 : Persentase Penduduk Kabupaten Buleleng Menurut Jenis Keluhan Kesehatan Tahun 2011... 40

Tabel 9 : Jumlah Penderita Penyakit Menular di Kabupaten Buleleng Tahun 2011... 40

Tabel 10 : 10 Besar Penyakit di Kabupaten Buleleng Tahun 2011... 41

Tabel 11 : Jumlah Kasus Baru HIV, AIDS, dan Infeksi Menular Seksual Lainnya Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas di Kabupaten Buleleng Tahun 2011... 41

Tabel 12 : Kebutuhan Jenis dan Luasan Ruang RS Kelas D Pratama... 51

Tabel 13 : Kebutuhan Peralatan Ruang Rawat Inap... 54

Tabel 14 : Kebutuhan Peralatan Unit Gawat Darurat (UGD)... 54

Tabel 15 : Kebutuhan Peralatan Poliklinik Vaksinasi... 55

Tabel 16 : Kebutuhan Peralatan Ruang Tindakan... 55

Tabel 17 : Kebutuhan Peralatan Poliklinik Penyakit Dalam... 56

Tabel 18 : Kebutuhan Peralatan Ruang Obgyn... 56

Tabel 19 : Kebutuhan Peralatan Poliklinik Anak... 57

Tabel 20 : Perhitungan Biaya Struktur dan Arsitektur... 71


(8)

Bab 1. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Kesehatan merupakan hak azasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Sebagai bagian integral dari pembangunan nasional, maka pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemauan untuk hidup sehat bagi setiap orang sehingga terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh pemerintah selama ini, telah berhasil meningkatkan derajat kesehatan secara bermakna, meskipun belum dapat dinikmati secara merata oleh seluruh penduduk di Indonesia, khususnya masyarakat yang bermukim di lokasi-lokasi terpencil, termasuk di daerah pesisir, pulau-pulau kecil dan daerah pemekaran. Padahal di dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, secara tegas mengamanatkan kepada pemerintah untuk bertanggung jawab merencanakan, mengatur, menyelenggarakan, membina, dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat. Penyelenggaraan upaya kesehataan saat ini lebih mengedepankan pemerataan dan keterjangkauan masyarakat mengakses pelayanan kesehatan khususnya pelayanan rujukan.

Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan rujukan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat strategis dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat.

Pengaruh dari pertumbuhan penduduk dan peningkatan ekonomi tentunya akan meningkatkan kebutuhan pelayanan rumah sakit yang bermutu dan menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Permasalahan keterbatasan akses dan pemerataan sarana pelayanan rumah sakit saat ini tidak hanya didominasi daerah tertinggal, perbatasan dan kepulauan tetapi juga ditemui juga pada daerah perkotaan di mana daya tampung rawatan rumah sakit tidak sebanding dengan jumlah penduduk di sekitarnya. Kondisi ini sering membuat persaingan tidak sehat pengguna jasa rumah sakit dalam mendapatkan kesempatan prioritas pelayaann yang akhirnya masyarakat tidak mampu menjadi pihak yang sulit mendapatkan pelayanan kesehatan dengan segala keterbatasannya.


(9)

Dalam rangka meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan rumah sakit di daerah tertinggal, perbatasan, kepulauan, daerah bermasalah kesehatan, daerah pemekaran baru dan daerah dengan tingkat kepadatan penduduk yang cukup tinggi, di mana belum tersedianya fasilitas kesehatan tersebut atau sarana pelayanan yang ada masih belum dapat memenuhi kebutuhan daerah tersebut, maka dilakukan kerjasama antara pemerintah dengan pemerintah daerah untuk menyediakan sarana pelayanan kesehatan rumah sakit yang bermutu dan melayani seluruh lapisan masyarakat.

Rumah Sakit Tipe D Pratama merupakan salah satu upaya Kementerian Kesehatan bekerjasama dengan Pemerintah Daerah untuk meningkatkan akses pelayanan kesehatan di daerah tersebut.

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota mengamanatkan bahwa urusan kesehatan merupakan salah satu urusan pemerintahan yang dibagi bersama antar tingkatan, yang penyelenggaraannya oleh Pemerintah dapat ditugaskan kepada Pemerintah Daerah berdasarkan asas tugas pembantuan, dan secara bertahap dapat diserahkan untuk menjadi urusan Pemerintah Daerah yang bersangkutan apabila Pemerintah Daerah telah menunjukkan kemampuan untuk memenuhi norma, standar, prosedur dan kriteria yang dipersyaratkan.

Sejalan dengan tuntutan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di atas, maka Pemerintah Kabupaten Buleleng merencanakan pembangunan sebuah Rumah Sakit Tipe D Pratama di Kecamatan Seririt. Oleh karena itu, penelitian ini akan melakukan studi kelayakan teknis dan ekonomi terhadap rencana pembangunan rumah sakit di atas, sehingga dapat menyediakan pelayanan kesehatan yang bermutu dan menjangkau seluruh lapisan masyarakat.

1.2. Permasalahan

Sehubungan dengan rencana Pemerintah Kabupaten Buleleng yang akan membangun Rumah Sakit Tipe D Pratama di Kecamatan Seririt dan memperhatikan ketentuan dan peraturan yang berlaku, maka terlebih dahulu sangat dibutuhkan adanya sebuah Studi Kelayanan (Feasibility Study). Studi kelayakan ini merupakan kajian atau analisis yang komprehensif dari berbagi komponen rencana kegiatan pembangunan sarana dan


(10)

prasarana, baik secara ekonomi, sosial budaya, teknis teknologis, lingkungan, dan lain-lain.

Salah satu unsur objek yang dirasakan masih menemui permasalahan adalah dalam hal standarisasi pelayanan yang tentu merujuk kepada ketersediaan fasilitas/sarana. Dilihat dari aspek sosial kependudukan bahwa kondisi masyarakat di lingkungan sekitar lokasi dan masyarakat Buleleng pada umumnya merupakan masyarakat dengan lingkungan yang agamais serta menjunjung tinggi nilai-nilai keagamaan. Hal tersebut merupakan salah satu dasar dan landasan dalam rangka perencanaan suatu wilayah agar pembangunan yang dihasilkan tidak mengurangi atau menyalahi nilai dan norma sosial di wilayah Buleleng. Jika dilihat dari keberadaan lokasi peruntukan rumah sakit sangat berpotensi dan strategis untuk dikembangkan, karena terletak di sisi jalan pusat Kota Seririt, Kabupaten Buleleng yang dapat meningkatkan kawasan tersebut menjadi lebih hidup dan memberikan fasilitas bagi masyarakat setempat dan masyarakat luas akan kebutuhan kesehatan. Dilihat dari kondisi eksisting di sekitar lokasi peruntukan rumah sakit bahwa penggunaan lahan di sisi jalan sudah terbangun beberapa macam aktivitas/kegiatan dalam bidang perdagangan dan jasa, serta diperuntukkan sebagai permukiman penduduk.

Lokasi peruntukan rumah sakit merupakan lahan potensial yang sangat baik jika dikembangkan, akan tetapi dalam pengembangan suatu kawasan tidak terlepas dari berbagai faktor sebagai bahan pertimbangan yang menunjang perkembangan tersebut.

Peta Orientasi Kabupaten Buleleng

Gambar 1 : Lokasi Rencana Pembangunan Rumah Sakit Tipe D Pratama di Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng


(11)

Adapun faktor-faktor tersebut antara lain adalah : 1) Faktor lingkungan; 2) Faktor sosial ekonomi; 3) Faktor kependudukan; 4) Faktor infrastruktur; 5) Faktor daya dukung dan daya tampung lahan; dan 5) Faktor kelembagaan dan pembiayaan.

Hal lain yang menjadi pertimbangan pengembangan suatu lahan adalah aspirasi masyarakat terhadap perencanaan pembangunan serta kemampuan lokasi tersebut terhadap daya serap dan daya tarik terhadap masyarakat, juga memperhatikan kemungkinan masalah-masalah yang akan muncul dan berdampak negatif terhadap perkembangan penduduk di masa yang akan datang, serta keberadaan lokasi objek tersebut khususnya. Akan tetapi yang perlu dicermati, bahwa perencanaan diciptakan untuk menjadikan suatu kawasan menjadi lebih baik, berdaya guna dan berhasil guna yang dapat dimanfaatkan bagi daerah setempat dan masyarakat luas pada umumnya.

Mengingat kompleksnya komponen yang harus di-studi dengan waktu yang relatif terbatas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini akan dibatasi pada aspek teknis dan ekonomi terhadap rencana pembangunan Rumah Sakit Tipe D Pratama di Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng. Hal ini diharapkan dapat menjawab pertanyaan, apakah secara teknis dan ekonomi rumah sakit tersebut memang layak atau tidak dibangun?

1.3. Tujuan

Tujuan umum penelitian ini adalah melakukan studi kelayakan terhadap rencana pembangunan Rumah Sakit Tipe D Pratama di Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng. Secara khusus, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan dari rencana pembangunan rumah sakit tersebut di atas dari aspek teknis dan ekonomi, sehingga dapat dijadikan bahan rujukan dan pedoman bagi pemerintah dalam menyusun gambar/dokumen perencanaan.

1.4. Target dan Luaran

Target yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah studi kelayakan teknis dan ekonomi rencana pembangunan Rumah Sakit Tipe D Pratama di Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng. Luaran sebagai hasil penelitian ini adalah :

a. Kelayakan teknis, terdiri atas : 1) Lokasi;


(12)

3) Block Plan;

4) Struktur dan bahan; 5) Prasarana dan utilitas; 6) Tampilan bangunan; 7) Ruang dalam;

8) Ruang luar (landscaping); dan 9) Schematic design.

b. Kelayakan ekonomi, terdiri atas :

1) Rencana investasi dan sumber dana; 2) Proyeksi pendapatan dan biaya; 3) Proyeksi Cash Flow;

4) Nilai Break Event Point (BEP);

5) Nilai Internal Rate of Return (IRR); dan 6) Nilai Net Present Value (NPV).


(13)

Bab 2. Tinjauan Pustaka

2.1. Pengertian Kesehatan dan Sarana Kesehatan

Pengertian kesehatan menurut wikipedia adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Sedangkan Pengertian Kesehatan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1948 menyebutkan bahwa pengertian kesehatan adalah sebagai suatu keadaan fisik, mental, dan sosial kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan. Pada tahun 1986, WHO, dalam Piagam Ottawa untuk Promosi Kesehatan, mengatakan bahwa pengertian kesehatan adalah sumber daya bagi kehidupan sehari-hari, bukan tujuan hidup Kesehatan adalah konsep positif menekankan sumber daya sosial dan pribadi, serta kemampuan fisik.

Untuk mendukung pengertian di atas, maka Haryanto (2012) menguraikan beberapa pemahaman, definisi, dan kondisi terkait dengan kesehatan yang dirangkum dari berbagai sumber, yaitu :

1) Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penanggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan termasuk kehamilan dan persalinan.

2) Pendidikan kesehatan adalah proses membantu sesorang, dengan bertindak secara sendiri-sendiri ataupun secara kolektif, untuk membuat keputusan berdasarkan pengetahuan mengenai hal-hal yang memengaruhi kesehatan pribadinya dan orang lain.

3) Definisi yang bahkan lebih sederhana diajukan oleh Larry Green dan para koleganya yang menulis bahwa pendidikan kesehatan adalah kombinasi pengalaman belajar yang dirancang untuk mempermudah adaptasi sukarela terhadap perilaku yang kondusif bagi kesehatan.

4) Data terakhir menunjukkan bahwa saat ini lebih dari 80 persen rakyat Indonesia tidak mampu mendapat jaminan kesehatan dari lembaga atau perusahaan di bidang pemeliharaan kesehatan, seperti Askes, Taspen, dan Jamsostek.

5) Golongan masyarakat yang dianggap 'teranaktirikan' dalam hal jaminan kesehatan adalah mereka dari golongan masyarakat kecil dan pedagang.


(14)

6) Dalam pelayanan kesehatan, masalah ini menjadi lebih pelik, berhubung dalam manajemen pelayanan kesehatan tidak saja terkait beberapa kelompok manusia, tetapi juga sifat yang khusus dari pelayanan kesehatan itu sendiri

Pasal 1 Angka 4 Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan menyebutkan, bahwa sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan.

2.2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Bab I, Pasal 1, angka 1). Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berasaskan perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat, pelindungan, penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan, gender dan nondiskriminatif dan norma-norma agama (Bab II, Pasal 2).

Pembangunan kesehatan harus memperhatikan berbagai asas yang memberikan arah pembangunan kesehatan dan dilaksanakan melalui upaya kesehatan sebagai berikut : a. Asas perikemanusiaan yang berarti bahwa pembangunan kesehatan harus dilandasi atas

perikemanusiaan yang berdasarkan pada Ketuhanan Yang Maha Esa dengan tidak membedakan golongan agama dan bangsa.

b. Asas keseimbangan berarti bahwa pembangunan kesehatan harus dilaksanakan antara kepentingan individu dan masyarakat, antara fisik dan mental, serta antara material dan sipiritual.

c. Asas manfaat berarti bahwa pembangunan kesehatan harus memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemanausiaan dan perikehidupan yang sehat bagi setiap warga negara.

d. Asas pelindungan berarti bahwa pembangunan kesehatan harus dapat memberikan pelindungan dan kepastian hukum kepada pemberi dan penerima pelayanan kesehatan. e. Asas penghormatan terhadap hak dan kewajiban berarti bahwa pembangunan kesehatan

dengan menghormati hak dan kewajiban masyarakat sebagai bentuk kesamaan kedudukan hukum.


(15)

f. Asas keadilan berarti bahwa penyelenggaraan kesehatan harus dapat memberikan pelayanan yang adil dan merata kepada semua lapisan masyarakat dengan pembiayaan yang terjangkau.

g. Asas gender dan nondiskriminatif berarti bahwa pembangunan kesehatan tidak membedakan perlakuan terhadap perempuan dan laki-laki

h. Asas norma agama berarti pembangunan kesehatan harus memperhatikan dan menghormati serta tidak membedakan agama yang dianut masyarakat.

Sedangkan tujuan pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis (Bab II, Pasal 3).

Pengaturan Fasilitas Pelayanan Kesehatan diatur dalam Pasal 30, dimana menurut jenis pelayanan terdiri dari :

a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh fasilitas pelayanan kesehatan dasar.

b. Pelayanan kesehatan tingkat kedua adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh fasilitas pelayanan kesehatan spesialistik.

c. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh fasilitas pelayanan kesehatan sub spesialistik.

Penentuan jumlah dan jenis fasilitas pelayanan kesehatan dilakukan oleh pemerintah daerah dengan mempertimbangkan (Pasal 35 Ayat 2) :

a. luas wilayah;

b. kebutuhan kesehatan;

c. jumlah dan persebaran penduduk; d. pola penyakit;

e. pemanfaatannya; f. fungsi sosial;

g. kemampuan dalam memanfaatkan teknologi.

Ketentuan perizinan fasilitas pelayanan kesehatan ditetapkan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah, dimana fasilitas pelayanan kesehatan wajib :


(16)

b. Mengirimkan laporan hasil penelitian dan pengembangan kepada pemerintah daerah atau menteri.

Pada pasal 32 dinyatakan bahwa :

a. Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun swasta, wajib memberikan pelayanan kesehatan bagi penyelamatan nyawa pasien dan pencegahan kecacatan terlebih dahulu.

b. Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun swasta dilarang menolak pasien dan/atau meminta uang muka.

2.3. Sistem Kesehatan Nasional (SKN)

Sekalipun SKN 1982 secara nyata telah berhasil digunakan sebagai acuan dalam menetapkan berbagai kebijakan kesehatan di Indonesia, namun jika ditinjau dari pencapaian dan kinerjanya, SKN 1982 tersebut masih belum begitu menggembirakan. Sesuai dengan laporan WHO tahun 2000 (the World Health Report 2000) tentang “Health

Systems Improving Performance”, tercatat indikator pencapaian dan indikator kinerja Sistem Kesehatan Nasional (SKN) Indonesia masih terhitung rendah.

Indikator pencapaian SKN ditentukan oleh dua determinan. Pertama, status kesehatan yakni yang menunjuk pada tingkat kesehatan yang berhasil dicapai oleh SKN yang dihitung dengan menggunakan disability adjusted life expectancy (DALE). Kedua, tingkat ketanggapan (responsiveness) sistem kesehatan yakni yang menunjuk pada kemampuan SKN dalam memenuhi harapan masyarakat tentang bagaimana mereka ingin diperlakukan dalam memperoleh pelayanan kesehatan. Hasil yang diperoleh untuk indikator ini menempatkan Indonesia pada urutan ke 106 dari 191 negara anggota WHO yang dinilai. Indikator kinerja SKN ditentukan oleh tiga determinan. Pertama, distribusi tingkat kesehatan di suatu negara ditinjau dari kematian Balita. Kedua, distribusi ketanggapan (responsiveness) sistem kesehatan ditinjau dari harapan masyarakat. Ketiga, distribusi pembiayaan kesehatan ditinjau dari penghasilan keluarga. Hasil yang diperoleh untuk indikator ini menempatkan Indonesia pada urutan ke 92 dari 191 negara anggota WHO yang dinilai.

Karena indikator pencapaian SKN menunjuk pada tingkat kesehatan yang berhasil dicapai dan tingkat ketanggapan SKN, maka indikator ini terutama dipengaruhi oleh upaya kesehatan yang diselenggarakan di suatu negara. Jika upaya kesehatan tersebut tidak


(17)

tersedia dan tidak dapat dijangkau oleh masyarakat, maka sulit diharapkan meningkatnya taraf kesehatan masyarakat.

2.4. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit

Dalam rangka peningkatan mutu dan jangkauan pelayanan Rumah Sakit serta pengaturan hak dan kewajiban masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan, perlu mengatur Rumah Sakit dengan Undang-Undang. Untuk itu, guna memberikan pemahaman secara umum tentang rumah sakit sebagai dasar penyusunan Studi Kelayakan, maka akan diuraikan beberapa ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

1) Ketentuan Umum, Asas dan Tujuan Rumah Sakit

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

Rumah Sakit diselenggarakan berasaskan Pancasila dan didasarkan kepada nilai kemanusiaan, etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak dan anti diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi sosial.

Pengaturan penyelenggaraan Rumah Sakit bertujuan :

a. mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan;

b. memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat, lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit;

c. meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah sakit; dan

d. memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, sumber daya manusia rumah sakit, dan Rumah Sakit.

2) Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna.

Untuk menjalankan tugas di atas, Rumah Sakit mempunyai fungsi :


(18)

b. pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis;

c. penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan; dan

d. penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

3) Tanggung Jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah

Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab untuk : a. menyediakan Rumah Sakit berdasarkan kebutuhan masyarakat;

b. menjamin pembiayaan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit bagi fakir miskin, atau orang tidak mampu sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;

c. membina dan mengawasi penyelenggaraan Rumah Sakit;

d. memberikan perlindungan kepada Rumah Sakit agar dapat memberikan pelayanan kesehatan secara profesional dan bertanggung jawab;

e. memberikan perlindungan kepada masyarakat pengguna jasa pelayanan Rumah Sakit sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

f. menggerakkan peran serta masyarakat dalam pendirian Rumah Sakit sesuai dengan jenis pelayanan yang dibutuhkan masyarakat;

g. menyediakan informasi kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat;

h. menjamin pembiayaan pelayanan kegawatdaruratan di Rumah Sakit akibat bencana dan kejadian luar biasa;

i. menyediakan sumber daya manusia yang dibutuhkan; dan

j. mengatur pendistribusian dan penyebaran alat kesehatan berteknologi tinggi dan bernilai tinggi.

Tanggung jawab sebagaimana dimaksud di atas, dilaksanakan berdasarkan kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

4) Persyaratan Rumah Sakit

a. Ketentuan Umum :

(1) Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, sumber daya manusia, kefarmasian, dan peralatan.


(19)

(3) Rumah Sakit yang didirikan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah harus berbentuk Unit Pelaksana Teknis dari Instansi yang bertugas di bidang kesehatan, Instansi tertentu, atau Lembaga Teknis Daerah dengan pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan Layanan Umum Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(4) Rumah Sakit yang didirikan oleh swasta harus berbentuk badan hukum yang kegiatan usahanya hanya bergerak di bidang perumahsakitan.

b. Persyaratan Lokasi :

(1) Persyaratan lokasi harus memenuhi ketentuan mengenai kesehatan, keselamatan lingkungan, dan tata ruang, serta sesuai dengan hasil kajian kebutuhan dan kelayakan penyelenggaraan Rumah Sakit.

(2) Ketentuan mengenai kesehatan dan keselamatan lingkungan menyangkut Upaya Pemantauan Lingkungan, Upaya Pengelolaan Lingkungan dan/atau dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(3) Ketentuan mengenai tata ruang dilaksanakan sesuai dengan peruntukan lokasi yang diatur dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota, Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan dan/atau Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan.

(4) Hasil kajian kebutuhan penyelenggaraan Rumah Sakit harus didasarkan pada studi kelayakan dengan menggunakan prinsip pemerataan pelayanan, efisiensi dan efektivitas, serta demografi.

c. Persyaratan Bangunan :

Dalam Bab V Bagian Ketiga; Bangunan, Pasal 8, disebutkan bahwa :

(1) persyaratan administratif dan persyaratan teknis bangunan gedung pada umumnya, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

(2) persyaratan teknis bangunan Rumah Sakit, sesuai dengan fungsi, kenyamanan dan kemudahan dalam pemberian pelayanan serta perlindungan dan keselamatan bagi semua orang termasuk penyandang cacat, anak-anak, dan orang usia lanjut.

Selanjutnya, persyaratan bangunan Rumah Sakit juga mengatur tentang :

 Persyaratan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan yang paripurna, pendidikan dan pelatihan, serta penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan.


(20)

 Persyaratan teknis bangunan Rumah Sakit diatur dengan Peraturan Menteri. d. Persyaratan Prasarana, SDM, Kefarmasian dan Peralatan

Hal-hal yang terkait dengan Persyaratan Prasarana, SDM, Kefarmasian, dan Peralatan dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit diatur pada Bab V Pasal 11 sampai dengan Pasal 16.

5) Jenis dan Klasifikasi Rumah Sakit

Rumah Sakit dapat dibagi berdasarkan jenis pelayanan dan pengelolaannya.

(1) Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, Rumah Sakit dikategorikan dalam Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus.

(2) Rumah Sakit Umum memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit.

(3) Rumah Sakit Khusus memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya.

Berdasarkan pengelolaannya, Rumah Sakit dapat dibagi menjadi Rumah Sakit publik dan Rumah Sakit privat.

(1) Rumah Sakit Publik :

 Rumah Sakit publik dapat dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan badan hukum yang bersifat nirlaba.

 Rumah Sakit publik yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah diselenggarakan berdasarkan pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan Layanan Umum Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.  Rumah Sakit publik yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah tidak dapat

dialihkan menjadi Rumah Sakit privat.

(2) Rumah Sakit Privat dikelola oleh badan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk Perseroan Terbatas atau Persero.

Rumah Sakit dapat ditetapkan menjadi Rumah Sakit pendidikan setelah memenuhi persyaratan dan standar rumah sakit pendidikan, antara lain :

 Rumah Sakit pendidikan ditetapkan oleh Menteri setelah berkoordinasi dengan Menteri yang membidangi urusan pendidikan.

 Rumah Sakit pendidikan merupakan Rumah Sakit yang menyelenggarakan pendidikan dan penelitian secara terpadu dalam bidang pendidikan profesi


(21)

kedokteran, pendidikan kedokteran berkelanjutan, dan pendidikan tenaga kesehatan lainnya.

 Dalam penyelenggaraan Rumah Sakit Pendidikan dapat dibentuk Jejaring Rumah Sakit Pendidikan.

 Ketentuan lebih lanjut mengenai Rumah Sakit pendidikan diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Klasifikasi Rumah Sakit diatur dalam Bab V Pasal 24, yaitu :

(1) Dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara berjenjang dan fungsi rujukan, rumah sakit umum dan rumah sakit khusus diklasifikasikan berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan Rumah Sakit.

(2) Klasifikasi Rumah Sakit umum terdiri atas : a. Rumah Sakit umum kelas A;

b. Rumah Sakit umum kelas B c. Rumah Sakit umum kelas C; d. Rumah Sakit umum kelas D.

(3) Klasifikasi Rumah Sakit khusus terdiri atas : a. Rumah Sakit khusus kelas A;

b. Rumah Sakit khusus kelas B; c. Rumah Sakit khusus kelas C.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai klasifikasi diatur dengan Peraturan Menteri.

2.5. Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama

Rumah Sakit (RS) Kelas D Pratama adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan kesehatan tingkat pertama dan spesialis dasar yang hanya menyediakan pelayanan perawatan kelas 3 (tiga) yang memberikan pelayanan gawat darurat, pelayanan rawat jalan, dan rawat inap serta pelayanan penunjang lainnya untuk peningkatan akses bagi masyarakat dalam rangka menjamin upaya pelayanan kesehatan perorangan.

1) Persyaratan a. Lokasi

Dalam menentukan lokasi/lahan untuk mendirikan RS Kelas D Pratama perlu dilakukan kajian masalah kesehatan, kebutuhan pelayanan kesehatan, dan skala


(22)

prioritas daerah yang membutuhkan disesuaikan dengan rencana tata ruang wilayah, rencana tata bangunan dan lingkungan.

Lokasi RS Kelas D Pratama harus bebas dari pencemaran, banjir, rawan longsor, dan tidak berdekatan dengan tempat bongkar muat barang, fasilitas umum, fasilitas pendidikan, daerah industri, dan areal limbah pabrik. Diperlukan studi kelayakan dalam penentuan lokasi pembangunan RS Kelas D Pratama.

Di samping persyaratan umum di atas, terdapat persyaratan lain yaitu : (1) Kriteria Daerah :

 Rumah sakit sulit dijangkau atau belum tersedia.

 Daerah terpencil.

 Daerah tertinggal.

 Daerah perbatasan.

 Daerah pulau-pulau kecil terluar.

 Daerah perkotaan dengan kepadatan penduduk yang cukup tinggi. (2) Lahan, Akses, Keamanan dan Fasilitas Penunjang.

b. Sarana dan Prasarana

(1) Sarana :

 Massa bangunan dan block plan.

 Bentuk bangunan dan fasilitas bangunan.

 Zonasi.

 Program ruang dan persyaratan teknis ruang. (2) Prasarana :

 Sistem tata udara.

 Sistem kelistrikan.

 Sistem pencahayaan.

 Sistem proteksi kebakaran.

 Sistem komunikasi.

 Sistem gas medik dan vakum medik.

 Sistem sanitasi.

 Sistem pengendalian terhadap kebisingan.

 Jalur sirkulasi.


(23)

(3) Fasilitas :

RS Kelas D Pratama mempunyai kapasitas minimal 10 tempat tidur sesuai dengan kebutuhan pelayanan atau dapat mengacu pada standar WHO 1 TT/1.000 penduduk.

c. Sumber Daya Manusia

Penyediaan sumber daya manusia RS Kelas D Pratama diupayakan oleh penyelenggara pelayanan rumah sakit baik dari pemerintah, pemerintah daerah, maupun masyarakat. Kekurangan tenaga yang dibutuhkan dapat dikoordinasikan dengan kementerian kesehatan atau institusi pendidikan kesehatan.

Penyelenggara RS Kelas D Pratama dapat melakukan kerjasama dengan Rumah Sakit Umum Pusat maupun Rumah Sakit Umum Daerah untuk memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan yang dibutuhkan.

Keterangan RS Kelas D Pratama paling sedikit terdiri dari tenaga medis, keperawatan, penunjang kesehatan, dan tenaga non-kesehatan. Dokter gigi yang bekerja di RS kelas D Pratama di antaranya harus menjadi pimpinan rumah sakit.

Kebutuhan minimal ketenagaan baik tenaga kesehatan maupun tenaga non-kesehatan dalam rangka penyelenggaraan palayanan di RS Kelas D Pratama sebagai berikut :

Tabel 1 : Persyaratan Minimal Ketenagaan Rumah Sakit Kelas D Pratama

NO. JENIS TENAGA JUMLAH TENAGA

1 Tenaga Dokter/Dokter Kewenangan Tambahan* 4

2 Tenaga Dokter Gigi* 1

3 Tenaga Keperawatan

- Perawat anastesi* 1

- Perawat 8

- Bidan 2

4 Tenaga Kesehatan Non Keperawatan

- Asisten apoteker* 1

- Radiografer* 1

- Penata Labkes* 1

5 Tenaga penunjang 10

6 Manajerial/Administrasi

- Direktur 1

- Seksi 2

- Subbag TU 1

- Tenaga administrasi 2

Keterangan :

Apabila rumah sakit mepekerjakan tenaga kesehatan dengan kualifikasi lebih tinggi sesuai dengan kewenangan sebagaimana ditentukan peraturan perudang-undangan yang berlaku, tenaga kesehatan tersebut pada saat itu atau secara otomatis (yang tidak/belum sesuai dengan ketentuan) wajib menyerahkan kewenangannya kepada tenaga kesehatan yang tertinggi kewenangannya tanpa syarat.


(24)

Jumlah sumber daya manusia disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan dan ketersediaan sarana dan prasarana. Pelayanan medik spesialis dasar yang sekurang-kurangnya 2 (dua) dari 4 (empat) jenis pelayanan spesialis dasar meliputi pelayanan penyakit dalam, kesehatan anak, bedah, dan obstetri ginekologi. Pelayanan medik spesialis dasar dapat dilaksanakan oleh dokter dengan kewenangan tambahan sesuai dengan kompetensi yang dimiliki selama tidak ada dokter spesialis dengan bidang kompetensi yang sama.

d. Peralatan

Peralatan kesehatan dan non-kesehatan dibutuhkan untuk mendukung kegiatan pelayanan RS Kelas D Pratama dengan minimal 10 tempat tidur. Peralatan ini dikuasai atau dimiliki dan dapat dibuktikan keberdaannya di ruang/tempat masing-masing di dalam dan/atau di lingkungan rumah sakit.

e. Manajemen

(1) Perizinan :

 Izin mendirikan RS Kelas D Pratama diberian oleh pemerintah daerah kabupaten/kota setelah mendapat rekomendasi dari pejabat yang berwenang di bidang kesehatan pada pemerintah daerah kabupaten/kota.

 Izin operasional RS Kelas D Pratama diberian oleh pemerintah daerah kabupaten/kota atas rekomendasi dari dinas kesehatan kabupaten/kota.

(2) Administrasi :

Rumah sakit yang didirikan oleh pemerintah dan pemerintah daerah harus berbentuk unit pelaksana teknis dari instansi yang bertugas di bidang kesehatan, instansi tertentu, atau lembaga teknis daerah dengan pengelolaan badan layanan umum atau badan layanan umum daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Rumah sakit yang didirikan oleh masyarakat harus berbentuk badan hukum yang kegiatan usahanya hanya bergerak dibidang perumahsakitan.

(3) Organisasi :

Organisasi dan tata kerja RS Kelas D Pratama disusun berdasarkan prinsip hemat struktur dan kaya fungsi, menggambarkan kewenangan, tanggung jawab, dan tata hubungan kerja dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan dan administrasi manajemen sesuai kebutuhan.


(25)

Struktur organisasi paling sedikit terdiri atas kepala rumah sakit atau direktur rumah sakit, unsur pelayanan medis, unsur keperawatan medis serta administrasi umum dan keuangan. Penetapan organisasi dan tata kerja rumah sakit menjadi wewenang pemilik rumah sakit dengan mengacu pada peraturan yang berlaku.

2) Penyelenggaraan

Pelayanan RS Kelas D Pratama sebagaimana rumah sakit, yang mencakup pelayanan dasar dan pelayanan spesialistik. Pelayanan ditujukan untuk kepentingan terbaik pasien dilakukan oleh tenaga kesehatan yang berwenang sesuai SOP dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Lingkup Pelayanan

Lingkup pelayanan RS Kelas D Pratama terdiri atas : (1) Pelayanan Medik Umum.

(2) Pelayanan Medik Spesialistik Dasar. (3) Pelayanan Gawat Darurat.

(4) Pelayanan Pemulihan Pascatindakan. (5) Pelayanan Keperawatan.

(6) Pelayanan Laboratorium. (7) Pelayanan Radiologi. (8) Pelayanan Farmasi. (9) Pelayanan Gizi. (10)Pelayanan Sterilisasi.

(11)Pelayanan Kesehatan Tradisional Alternatif Komplementer. (12)Pelayanan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS).

b. Kerjasama Operasional

Untuk menjamin mutu dan ketersediaan pelayanan RS Kelas D Pratama, diperlukan kerjasama operasional dengan rumah sakit yang memiliki klasifikasi yang lebih tinggi. Kerjasama operasional yang dilaksanakan RS Kelas D Pratama diantaranya kerjasama dengan rumah sakit pemerintah atau swasta yang lokasinya terdekat sebagai rumah sakit pengampu.

Pelaksanaan kerjasama RS Kelas D Pratama dengan rumah sakit pengampu harus dituangkan dalam perjanjian kerjasama yang disetujui kepala dinas kesehatan kabupaten/kota di wilayah RS Kelas D Pratama berada.


(26)

Kerjasama operasional yang diberikan rumah sakit pengampu dapat berupa penyediaan dokter spesialis dasar konsulen, pelatihan tenaga kesehatan, pelatihan manajemen rumah sakit, dan kerjasama lainnya.

Kerjasama dapat dijalin dengan institusi lain seperti institusi pendidikan kedokteran, BKKBN, dan lembaga lainnya. Kerjasama pembiayaan pelayanan kesehatan dapat dilakukan dengan Jamkesmas, PT Askes dan lembaga pembiayaan kesehatan lainnya.

c. Klasifikasi

Pengelompokan kelas pelayanan RS Kelas D Pratama diklasifikasikan pada kelas D Pratama. Dalam proses pengembangan pelayanan rumah sakit, RS Kelas D Pratama dapat ditingkatkan menjadi rumah sakit umum kelas D atau kelas yang lebih tinggi.

d. Pembiayaan Operasional

Pembiayaan operasional RS Kelas D Pratama menjadi tanggung jawab pemilik rumah sakit.

e. Tarif

Pada tarif ditetapkan Menteri Kesehatan dan besaran tarif RS Kelas D Pratama ditetapkan oleh pemilik rumah sakit. Penentuan besaran tarif disesuaikan dengan tarif kelas III dan harus memperhitungkan kemampuan perekonomian daerah setempat.

f. Peraturan Internal Rumah Sakit

Peraturan internal rumah sakit atau “hospital bylaws” merupakan konstitusi rumah sakit yang mengatur secara administratif peran, tugas dan wewenang pemilik rumah sakit, direktur rumah sakit, dan staf medis. Peraturan internal rumah sakit ditetapkan oleh pemilik rumah sakit atau perwakilannya.

g. Komite Medik

Seluruh dokter merangkap sebagai anggota komite medik dan salah satunya menjadi ketua komite. Ketua komite medik tidak boleh dijabat oleh direktur rumah sakit.

h. Penelitian dan Pengembangan dalam Bidang Kedokteran Komunitas dan Humaniora Kesehatan

RS Kelas D Pratama dapat merupakan bagian dari institusi yang mengembangkan penelitian dan pengembangan dalam bidang kedokteran komunitas dan humaniora kesehatan yang bekerjasama dengan institusi pendidikan, institusi/lembaga kesehatan masyarakat lainnya. Diprioritaskan kegiatan penelitian dan pengembangan kesehatan di wilayah kerja setempat.


(27)

i. Pendidikan Tenaga Kesehatan dan SDM Kesehatan Lainnya

Pendidikan tenaga kesehatan dan SDM kesehatan lainnya diupayakan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan medik yang dibutuhkan RS Kelas D Pratama. Pendidikan tenaga kesehatan dan SDM kesehatan lainnya merupakan bagian dari kerjasama operasional yang dilakukan RS Kelas D Pratama.

3) Pembinaan dan Pengendalian

Kementerian Kesehatan melalui Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan melaksanakan pembinaan dan pengendalian penyelenggaraan RS Kelas D Pratama dalam bentuk penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria serta melakukan supervisi, konsultasi, evaluasi dan bimbingan teknis. Pembinaan dan pengendalian kegiatan pelayanan RS Kelas D Pratama dapat lakukan oleh pemerintah daerah dan organisasi profesi serta asosiasi perumahsakitan sesuai dengan fungsi masing-masing. RS Kelas D Pratama wajib melaporkan hasil penyelenggaraan pelayanan laporan kinerja setiap triwulan ditujukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Dinas Kesehatan Provinsi.

Laporan sebagaimana di maksud di atas mencakup antara lain kelahiran, morbiditas, dan kualitas hidup. Laporan mortalitas mencakup data tentang penyebab kematian.

2.6. Agenda Prioritas Bidang Kesehatan dalam RPJP Kabupaten Buleleng

Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kabupaten Buleleng tahun 2005-2025 secara umum menyebutkan bahwa visi pembangunan daerah Kabupaten Buleleng adalah

“Buleleng Kerta Raharja Mengantarkan Bali Dwipa Jaya Berlandaskan Tri Hita Karana”.

Di mana misi dari RPJP Kabupaten Buleleng adalah :

1. Mewujudkan masyarakat Buleleng yang unggul, kompetitif, dan bertaqwa kepada Tuhan, dengan jalan membangun sumberdaya manusia yang berkualitas, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, serta memiliki daya saing, melalui penyelengaraan pendidikan dan pelayanan kesehatan yang berkualitas untuk semua warga masyarakat; 2. Mewujudkan masyarakat yang mampu memenuhi kebutuhan hidup, dengan jalan

melaksanakan pembangunan bidang ekonomi untuk meningkatkan pendapatan dan pemerataan pendapatan masyarakat, mengurangi pengangguran dan kemiskinan;

3. Mewujudkan keamanan daerah dan masyarakat, dengan menyelenggarakan


(28)

masyarakat sipil, mendorong pengarusutamaan gender, menegakkan budaya hukum dan politik, dan memantapkan pelaksanaan otononomi daerah;

4. Mewujudkan kebudayaan yang responsif terhadap perkembangan zaman dan lingkungan global, melalui pelestarian, pewarisan dan pengembangan nilai-nilai budaya yang dijiwai oleh agama Hindu, pemantapan kelembagaan, dan aktivitas budaya; 5. Mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan, dengan jalan melaksanakan

pembangunan yang seimbang antar lapisan masyarakat, antar sektor, dan antar wilayah, mempertahankan dan meningkatkan kemampuan lingkungan untuk menopang pembangunan, sehingga pembangunan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat saat ini dengan tidak mengurangi hak generasi berikutnya akan sumberdaya alam.

Untuk mewujudkan visi dan misi tersebut, RPJP Kabupaten Buleleng memberikan arahan agenda prioritas setiap tahap pembangunan lima tahun. Arahan prioritas pembangunan bidang kesehatan lima tahun tahap I terdapat pada point 4), yaitu : Agenda peningkatan aksesibilitas dan kualitas kesehatan: meningkatkan kuantitas dan kualitas personil paramedis; meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana kesehatan; meningkatkan pelayanan gizi; meningkatkan kualitas kesehatan lingkungan; mencegah dan memberantas penyakit menular; meningkatkan kesehatan ibu dan anak; meningkatkan pembangunan kesehatan dan pembangunan manajemen kesehatan.


(29)

Bab 3. Metode Penelitian

3.1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini pada hakekatnya merupakan sebuah studi tentang kelayakan teknis dan ekonomi terhadap rencana pembangunan Rumah Sakit Tipe D Pratama di Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng. Berdasarkan permasalahan, tujuan serta target dan luaran yang telah diuraikan pada sub bab 1.2., 1.3., dan 1.4. di depan, maka penelitian ini dirancang sebagai sebuah penelitian menggunakan metode kuantitatif.

Penelitian kuantitatif didasari oleh filsafat positivisme yang menekankan fenomena-fenomena objektif dan dikaji secara kuantitatif. Maksimalisasi objektivitas desain penelitian ini dilakukan dengan menggunakan angka-angka, pengolahan statistik, struktur dan percobaan terkontrol. Ada beberapa metode penelitian yang dapat dimasukan ke dalam penelitian kuantitatif yang bersifat noneksperimental, yaitu metode : deskriptif, survai, ekspos facto, komparatif, korelasional dan penelitian tindakan (https://karobby.wordpress.com/ 2012/05/12/konsep-dan-macam-macam-metode-penelitian).

3.2. Metode Kegiatan Penelitian

Untuk mencapai tujuan serta target dan luaran yang diharapkan, maka dalam penelitian ini dilakukan langkah dan metode sebagai berikut :

1) Melakukan studi literatur terhadap pemahaman tentang kesehatan, sarana kesehatan, peraturan perundang-undangan tentang kesehatan, rumah sakit, dan Rumah Sakit Tipe D Pratama, kebijakan Pemerintah Provinsi Bali dan Pemerintah Kabupaten Buleleng terkait pembangunan bidang kesehatan, metode perhitungan kelayakan teknis dan ekonomi sebuah rumah sakit, dan hal-hal yang berkorelasi dengan rencana pembangunan Rumah Sakit Tipe D Pratama di Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng dari sumber/pustaka berupa buku-buku dan dokumen tata ruang, serta oleh peneliti terdahulu.

2) Melakukan survey (observasi) lapangan untuk mendapatkan kondisi terkini tentang sarana, prasarana, dan fasilitas kesehatan di Kabupaten Buleleng serta lokasi tapak dari rencana pembangunan Rumah Sakit Tipe D Pratama di Kecamatan Seririt yang selanjutnya dilakukan pengukuran dan dokumentasi untuk mendapatkan data fisik dan non fisik wilayah penelitian.


(30)

3) Melakukan interview (wawancara) dengan para stakeholder yaitu pejabat teknis terkait, pelaku kesehatan, dan masyrakat sekitar lokasi rencana pembangunan rumah sakit untuk mengetahui kecenderungan perkembangan kesehatan dan kebutuhan pelayanan kesehatan.

3.3. Teknik Kegiatan Penelitian

1) Penelitian lapangan (field research) merupakan teknik yang akan digunakan untuk melakukan identifikasi dan dokumentasi. Kunjungan lapangan secara langsung akan dilakukan sebanyak tiga kali dengan kegiatan pengukuran dan pemotretan.

2) Kegiatan diskusi dengan para stakeholder di wilayah penelitian untuk mengetahui segala hal yang terkait dengan pelayanan kesehatan di Kabupaten Buleleng khususnya di Kecamatan Seririt.

3.4. Tahapan Kegiatan Penelitian

1) Persiapan :

a Membuat program kerja, kerangka pikir dan jadwal kegiatan penelitian. b Menyusun program survey.

2) Pengumpulan Data :

a Data Primer, dengan melakukan survey ke lapangan dan wawancara untuk mengumpulkan data lapangan yang mencakup aspek situasi (eksternal dan internal), aspek permintaan (lahan dan lokasi, klasifikasi rumah sakit, kapasitas tempat tidur), dan aspek kebutuhan (kebutuhan ruang, kebutuhan lahan, peralatan medis dan non medis, sumber daya manusia, organisasi dan uraian tugas) dalam konteks pembangunan bidang kesehatan di Kabupaten Buleleng.

b Data Sekunder, melalui survey ke dinas/instansi terkait dan studi literatur ke perpustakaan dan ruang baca untuk mencari materi/bahan bacaan yang berkorelasi langsung maupun tidak langsung dengan judul penelitian.

3) Pengolahan Data :

a Mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif dari sumber data primer maupun sekunder sebagai bahan analisis.

b Melakukan strukturisasi, klasifikasi, kompilasi, dan tabulasi data merujuk kepada hasil studi literatur, survey lapangan maupun wawancara yang dilakukan.


(31)

4) Hasil dan Pembahasan :

a. Menguraikan keseluruhan hasil tabulasi data secara terstruktur dan sistematis, baik data kuantitatif maupun kualitatif yang mendukung penjelasan kondisi kekinian pembangunan bidang kesehatan di Kabupaten Buleleng.

b. Melakukan studi kelayakan terhadap rencana pembangunan Rumah Sakit Tipe D Pratama di Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng yang meliputi : 1) Studi kelayakan teknis yaitu tentang lokasi, situasi, block plan, struktur dan bahan, prasarana dan utilitas, tampilan bangunan, ruang dalam, ruang luar (landscaping), dan schematic design; dan 2) Studi kelayakan ekonomi meliputi rencana investasi dan sumber dana, proyeksi pendapatan dan biaya, proyeksi Cash Flow, nilai Break Event Point (BEP), nilai Internal Rate of Return (IRR), dan nilai Net Present Value

(NPV).

c. Merumuskan hasil studi berupa layak atau tidak secara teknis dan ekonomi rencana pembangunan Rumah Sakit Tipe D Pratama di Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng sebagai landasan dalam menentukan langkah selanjutnya.

5) Kesimpulan dan Saran :

a Menarik sebuah kesimpulan berdasarkan rumusan hasil dan pembahasan tentang kelayakan teknis dan ekonomi rencana pembangunan Rumah Sakit Tipe D Pratama di Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng sebagai bahan rujukan dan pedoman bagi pemerintah selaku pemangku kepentingan, guna melanjutkan pembuatan gambar desain/dokumen perencanaan rumah sakit.

b Mengajukan beberapa opsi sebagai saran dalam menyikapi hasil studi kelayakan yang telah dirumuskan agar rencana pembangunan Rumah Sakit Tipe D Pratama di Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng dapat diwujudkan dan mampu memberikan pelayanan kesehatan yang memadai kepada masyarakat secara berkelanjutan.

3.5. Kerangka Pikir Penelitian

Pemahaman terhadap aspek situasi, aspek permintaan, dan aspek kebutuhan dalam konteks pembangunan bidang kesehatan di Kabupaten Buleleng akan sangat menentukan tujuan serta target dan luaran dari penelitian ini.

Untuk itu, pada gambar 2 di bawah akan dijabarkan kerangka pikir penelitian tentang studi kelayakan teknis dan ekonomi rencana pembangunan Rumah Sakit Tipe D Pratama di Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng.


(32)

Gambar 2 : Kerangka Pikir Penelitian Judul penelitian :

Studi Kelayakan Teknis dan Ekonomi Rencana Pembangunan Rumah Sakit Tipe D Pratama di Kecamatan Seririt,

Kabupaten Buleleng

Memberi informasi tentang layak atau tidak

secara teknis dan ekonomi rencana pembangunan Rumah Sakit Tipe D Pratama di Kecamatan Seririt,

Kabupaten Buleleng

Kebijakan Nasional di Bidang

Kesehatan Pedoman Nasional tentang Rumah Sakit Gambaran Umum Kabupaten Buleleng RPJP Kabupaten Buleleng di Bidang

Kesehatan

Analisis permintaan : lahan dan lokasi, klasifikasi rumah

sakit, kapasitas tempat tidur

Analisis kebutuhan : kebutuhan ruang, kebutuhan

lahan, peralatan medis dan non medis, sumber daya manusia, organisasi dan

uraian tugas

Kelayakan teknis : lokasi, situasi, block plan, struktur

dan bahan, prasarana dan utilitas, tampilan bangunan,

ruang dalam, ruang luar (landscaping), schematic

design

Kelayakan ekonomi : rencana investasi dan sumber dana, proyeksi pendapatan dan biaya, proyeksi Cash Flow, nilai

Break Event Point (BEP), nilai Internal Rate of Return

(IRR), nilai Net Present Value (NPV)

Rencana pembangunan Rumah Sakit Tipe D Pratama di Kecamatan Seririt, Kabupaten

Buleleng secara teknis dan ekonomi layak atau tidak Analisis situasi : aspek


(33)

Bab 4. Hasil dan Pembahasan

4.1. Kondisi Kesehatan di Kabupaten Buleleng

Kesehatan merupakan salah satu tolok ukur dalam mendukun pencapaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM), sehingga untuk itu pembangunan sektor kesehatan mendapat perhatian yang serius dari Pemerintah.Dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat di Kabupaten Buleleng, pemerintah disamping secara berkesinambungan melaksanakan pembinaan kesehatan, juga membangun dan menyiapkan berbagai fasilitas pelayanan kesehatan, baik yang dibangun oleh pemerintah maupun dari pihak swasta serta menyiapkan tenaga medis maupun non medis.

Pembangunan sarana prasana kesehatan ini terus ditingkatkan, khusus dalam meningkatkan pelayanan RSUD Singaraja, telah dibangun Ruang Bedah Sentral dan ICU. Peningkatan kapasitas dan kualitas pelayanan RSUD Singaraja dimaksudkan untuk mampu memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat Buleleng yang selama ini sering berobat ke Denpasar, demikian juga untuk menampung pasien-pasien dari perbatasan kabupaten (Karangasem, Bangli dan Tabanan). Adapun data fasilitas kesehatan di Buleleng tersaji pada tabel berikut :

Tabel 2 : Fasilitas Pelayanan Kesehatan di Kabupaten Buleleng

No Kecamatan

Fasilitas Kesehatan

Rumah Sakit Puskesmas Puskesmas

Pembantu Poliklinik

1. Gerokgak - 2 5 -

2. Seririt 1 3 7 -

3. Busungbiu - 2 9 -

4. Banjar - 2 9 -

5. Sukasada - 2 12 -

6. Buleleng 5 3 6 2

7. Sawan - 2 7 -

8. Kubutambahan - 2 12 -

9. Tejakula - 2 8 -

Kabupaten Buleleng 6 20 75 2

Sumber : Buleleng Dalam Angka Tahun 2012

Tenaga Medis dan Para Medis merupakan sumber daya manusia bidang kesehatan yang sangat dibutuhkan dalam memberikan pelayanan kesehatan.Sebaran tenaga kesehatan sangat mempengaruhi tingkat pelayanan kesehatan. Adapun jumlah dan sebaran tenaga kesehatan secara rinci tersaji pada tabel berikut :


(34)

Tabel 3 : Jumlah Tenaga Medis dan Paramedis di Kabupaten Buleleng

Kecamatan Dokter Umum Dokter

Gigi

Paramedis

Bidan Perawat

Gerokgak 3 2 13 23

Seririt 3 3 23 21

Busungbiu 2 1 17 22

Banjar 4 1 22 15

Sukasada 3 2 19 12

Buleleng 5 3 35 35

Sawan 2 2 17 15

Kubutambahan 3 1 13 17

Tejakula 3 2 22 16

Jumlah 28 17 186 173

Sumber :Buleleng Dalam AngkaTahun 2012

Pelaksanaan program kegiatan pembangunan kesehatan ini telah mampu meningkatkan drajat/kualitas kesehatan masyarakat, tercermin dari indikator kesehatan masyarakat seperti :

1. Angka kematian bayi mencapai 7,9 per 1.000 kelahiran hidup, jauh dibawah angka Provinsi Bali yang sebesar 17 per 1.000 kelahiran hidup.

2. Angka kematian ibu melahirkan hanya 9 orang dari 9.422 kelahiran, sedangkan angka rata-rata nasional sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup.

3. Jumlah kasus Demam Berdarah rata-rata 200 penderita pertahun secara signifikan belum dapat ditekan, namun Angka Kematian oleh karena Demam Berdarah (CFR) dapat ditekan dari tahun ketahun.

4. Tingkat kesembuhan penyakit TB Paru 89,1% di atas target Nasional 85,71%.

5. Kasus Kurang Energi Protein (KEP) pada balita dari tahun ketahun dapat ditekan dari 9,17% menjadi 8,32% meskipun masih jauh dari target yang ditetapkan sebesar 9,34% Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan selain diukur dari nilai Angka Usia Harapan Hidup, juga dapat dilihat dari Angka Kelangsungan Bayi Hidup dan Persentase Balita Gizi Buruk. Nilai indikator-indikator tersebut tersaji pada Tabel 4.

Tabel 4 : Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat di Bidang Kesehatan Kabupaten Buleleng Tahun 2007-2011

No. Indikator Kesehatan Tahun

2007 2008 2009 2010 2011

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Angka kelangsungan hidup Bayi : - - - - - 1.1 Angka kematian bayi/Infant Mortality Rate

(IMR) /1000 KH

7,1 5,36 4,96 2,81 5,6 1.2 Jumlah kematian bayi pada tahun tertentu 76 77 68 99 66 1.3 Jumlah kelahiran bayi pada tahun tertentu 3 83 62 51 84 2. Angka usia harapan hidup (thn) 68,65 68,78 68,96 69,15 69,34


(35)

3. Persentase balita gizi buruk (%) 0,4 0,01 0,01 0,02 0,03 3.1 Jumlah balita gizi buruk (balita) 11 3 7 12 7

Sumber : Dinkes Kab. Buleleng, Tahun 2011

Pada tabel di atas tampak bahwa Angka Kematian Bayi per 1000 Kelahiran Hidup berfluktuasi selama lima tahun terakhir, dengan kisaran antara 2,81-7,1. Nilai angka kematian bayi tersebut cukup memprihatinkan.Selain menghadapai pesoalan masih cukup tingginya Angka Kematian Bayi, Kabupaten Buleleng juga masih menghadapi permasalahan berupa adanya balita menderita gizi buruk. Oleh karena itu dalam lima tahun kedepan, Angka Kematian Bayi dan indikator-indikator kesehatan lainnya akan diupayakan diperbaiki secara signifikan melalui perbagai upaya promotif, preventif maupun kuratif, dengan mendekatkan pelayanan kesehatan paripurna kepada seluruh masyarakat dan memaksimalkan upaya kesehatan lingkungan.

4.2. Analisis Situasi

Analisis situasi dilakukan terhadap aspek eksternal sebagai peluang ataupun ancaman serta aspek internal yang dapat menjadi kekuatan ataupun kelemahan, sehingga dapat diketahui kecenderungan yang harus dilakukan dalam pembangunan rumah sakit.

1) Aspek Eksternal a. Kebijakan

Salah satu penjabaran isu pokok pembangunan kesehatan nasional yang tertuang dalam RENSTRA Kementerian Kesehatan Tahun 2005 adalah terbatasnya aksesibilitas terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas, terutama pada kelompok rentan seperti penduduk miskin, daerah tertinggal, terpencil, perbatasan, dan kepulauan terdepan. Untuk mengatasi isu pokok tersebut, maka ditetapkan visi, misi, dan tujuan berupa terselenggaranya pembangunan kesehatan secara berhasil guna dan berdaya guna dalam rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Tujuan di atas kemudian didukung dengan Prioritas Nasional Bidang Kesehatan yang dijabarkan dalam bentuk program dan kegiatan Kementerian Kesehatan 2010-2014, yaitu untuk meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau, bermutu dan berkeadilan, serta berbasis bukti, dengan pengutamaan pada upaya promotif–preventif. Tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah dalam pembangunan kesehatan dan meningkatkan pelayanan kesehatan adalah menyediakan Rumah Sakit berdasarkan


(36)

kebutuhan masyarakat serta menjamin pembiayaan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit bagi fakir miskin, atau orang tidak mampu sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Secara lokal, Pemerintah Provinsi Bali menempatkan bidang kesehatan sebagai program prioritas pembangunan. Bahkan dalam RPJMD Provinsi Bali, urusan kesehatan dikelompokkan ke dalam urusan wajib program prioritas pembangunan, di samping urusan wajib lainnya.

Hal yang sama juga dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Buleleng. Beberapa kebijakan bidang kesehatan yang telah ditetapkan antara lain :

1) RPJPD Kabupaten Buleleng Tahun 2005-2025; agenda peningkatan aksesibilitas dan kualitas kesehatan: meningkatkan kuantitas dan kualitas personil paramedis; meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana kesehatan; meningkatkan pelayanan gizi; meningkatkan kualitas kesehatan lingkungan; mencegah dan memberantas penyakit menular; meningkatkan kesehatan ibu dan anak; meningkatkan pembangunan kesehatan dan pembangunan manajemen kesehatan. 2) RPJM Kabupaten Buleleng Tahun 2012-2017 :

 Tujuan; meningkatkan pelayanan pendidikan dan kesehatan yang berkualitas serta terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.

 Sasaran; meningkatnya derajat kesehatan masyarakat.

 Agenda Prioritas; peningkatan aksesibilitas dan kualitas kesehatan.

Jika dikaji berdasarkan kebijakan pembangunan bidang kesehatan di atas, baik secara nasional maupun di lingkup daerah (Provinsi Bali dan Kabupaten Buleleng) kiranya sangat dibutuhkan pembangunan fasilitas kesehatan (rumah sakit) non kelas agar dapat melayani seluruh lapisan masyarakat. Untuk itu, pembangunan sebuah RS Kelas D Pratama di Kabupaten Buleleng menjadi hal yang sangat mendesak.

Dalam operasionalnya, RS Kelas D Pratama adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan kesehatan tingkat pertama dan spesialis dasar yang hanya menyediakan pelayanan perawatan kelas 3 (tiga). Tujuan pembangunannya diarahkan untuk memberikan pelayanan gawat darurat, pelayanan rawat jalan, dan rawat inap serta pelayanan penunjang lainnya untuk peningkatan akses bagi masyarakat dalam rangka menjamin upaya pelayanan kesehatan perorangan.


(37)

b. Demografi

Lokasi rencana pembangunan RS Kelas D Pratama termasuk ke dalam wilayah Desa Tangguwisia, Kecamatan Seririt. Analisis pertumbuhan demografi sebagai segmen pasar dari layanan rumah sakit yang direncanakan tentunya juga harus melihat kecenderungan pertumbuhan penduduk di kecamatan sekitar (tetangga) yaitu Kecamatan Gerokgak di sebelah barat, Kecamatan Banjar di sebelah timur, dan Kecamatan Busungbiu di sebelah selatan.

Dalam RTRW Kabupaten Buleleng Tahun 2013-2033, disebutkan bahwa rata-rata pertambahan jumlah penduduk Kabupaten Buleleng adalah 1,77% per tahun, sedangkan pertumbuhan penduduk per tahun untuk masing-masing kecamatan berkisar antara 0 – 3%. Rata-rata pertumbuhan penduduk di wilayah empat kecamatan di atas secara berturut-turut dari yang paling tinggi adalah Kecamatan Gerokgak 2,36%, Kecamatan Seririt 1,82%, Kecamatan Busungbiu 1,29% dan Kecamatan Banjar 0,07%.

Berdasarkan angka rata-rata pertumbuhan tersebut, maka proyeksi penduduk empat kecamatan hingga Tahun 2031 dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Tabel 5 : Proyeksi Penduduk Empat Kecamatan di Kabupaten Buleleng Tahun 2011 – 2031

Sumber : RTRW Kabupaten Buleleng Tahun 2013-2033 (diolah)

No. Tahun Gerokgak Seririt Busungbiu Banjar Sukasada Buleleng Saw

1 2007 77.524 74.091 45.014 67.650 69.415 119.446 6

Rata-rata 0,02355 0,01815 0,01292 0,000740 0,022180 0,01322 0,0

e 2,718282 2,718282 2,718282 2,718282 2,718282 2,718282 2,71

2 2008 79.371 75.448 45.599 67.700 70.972 121.036 6

3 2009 81.263 76.830 46.192 67.750 72.564 122.646 6

4 2010 83.199 78.237 46.793 67.800 74.191 124.278 7

5 2011 85.182 79.670 47.401 67.851 75.855 125.932 7

6 2012 87.212 81.129 48.018 67.901 77.556 127.608 7

7 2013 89.290 82.615 48.642 67.951 79.296 129.306 7

8 2014 91.418 84.128 49.275 68.001 81.074 131.027 7

9 2015 93.596 85.669 49.916 68.052 82.892 132.771 7

10 2016 95.826 87.238 50.565 68.102 84.751 134.538 8

11 2017 98.110 88.836 51.222 68.152 86.652 136.328 8

12 2018 100.448 90.463 51.888 68.203 88.596 138.142 8

13 2019 102.841 92.120 52.563 68.253 90.583 139.981 8

14 2020 105.292 93.807 53.247 68.304 92.614 141.844 8

15 2021 107.801 95.526 53.939 68.354 94.691 143.731 8

16 2022 110.370 97.275 54.640 68.405 96.815 145.644 9

17 2023 113.000 99.057 55.351 68.456 98.986 147.582 9

18 2024 115.693 100.871 56.071 68.506 101.207 149.546 9

19 2025 118.450 102.719 56.800 68.557 103.476 151.536 9

20 2026 121.272 104.600 57.538 68.608 105.797 153.553 9

21 2027 124.162 106.516 58.287 68.659 108.170 155.596 10

22 2028 127.121 108.467 59.045 68.709 110.596 157.667 10

23 2029 130.150 110.453 59.812 68.760 113.076 159.765 10

24 2030 133.251 112.476 60.590 68.811 115.612 161.891 10


(38)

Di samping pertambahan penduduk akibat faktor kelahiran dan kematian, analisis demografi juga mempertimbangkan faktor migrasi yaitu jumlah penduduk yang datang dan pindah dari wilayah perencanaan. Secara umum, migrasi penduduk di Kabupaten Buleleng berfluktuasi dengan penduduk yang datang lebih banyak dibandingkan penduduk yang pergi.

c. Geografi

Letak secara geografis akan sangat berpengaruh tehadap posisioning rumah sakit yang direncanakan. Karena posisi lahan rumah sakit terhadap kondisi lingkungan sekitar beserta kondisi sarana, prasarana, dan aksesibilitas akan sangat menentukan posisioning rumah sakit yang akan dibangun maupun dalam melakukan pengembangan peningkatan layanan kesehatan.

Jika dikaji dari dari aspek di atas, maka lokasi lahan rencana RS Kelas D Pratama secara geografis sangat menguntungkan dan akan sangat mendukung dalam pengembangan layanan kesehatan. Dengan kontur lahan yang relatif datar dan aksesibilitas yang mudah dari jalan utama, memberi keleluasaan dalam penataan areal rumah sakit. Demikian juga dengan kondisi lingkungan sekitar serta sarana dan prasarana yang ada akan sangat mendukung operasional rumah sakit.

d. Sosial Ekonomi

Kajian sosial ekonomi sangat dibutuhkan untuk mengetahui kondisi perekonomian penduduk dan perekonomian daerah pada lokasi rencana RS Pratama, karena akan menjadi salah satu dasar pertimbangan dalam menentukan kelayakan pembangunan secara ekonomis. Salah satu indikator yang dapat dipakai untuk mengukur keberhasilan perkembangan ekonomi pada suatu daerah adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Pertumbuhan ekonomi suatu daerah dikatakan semakin baik jika dari waktu ke waktu nilai PDRB daerah yang bersangkutan semakin bertambah. Agar kesejahteraan ekonomi penduduk semakin meningkat, dalam periode yang sama tingkat pertumbuhan PDRB harus lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan penduduknya. Secara lebih nyata peningkatan taraf ekonomi masyarakat dapat dilihat dari pendapatan perkapitanya. Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi, pendapatan perkapita penduduk Kabupaten Buleleng juga semakin tinggi. Berdasarkan data yang diperoleh dari materi RTRW Kabupaten Buleleng Tahun 2013-2033, diketahui bahwa pendapatan


(39)

perkapita penduduk atas dasar harga konstan pada tahun 2006 sebesar Rp 4.505.719,76 dan meningkat sebanyak Rp 194.600,99 menjadi Rp 4.700.320,75 di tahun 2007. Merujuk pada kenyataan di atas, maka secara umum pertumbuhan ekonomi (PDRB) dan pendapatan perkapita penduduk Kabupaten Buleleng dari tahun ke tahun semakin meningkat. Peningkatan ini kiranya akan sangat mendukung rencana pembangunan RS Kelas D Pratama dan memberi peluang dalam pengembangan pelayanan kesehatan rumah sakit.

e. Sosial Budaya

Kajian sosal budaya akan melihat kondisi dan kecenderungan jumlah penduduk Kabupaten Buleleng secara umum dan khususnya wilayah pelayanan RS Kelas D Pratama yang direncanakan berdasarkan agama, serta pengaruhnya terhadap kebiasaan, budaya, dan pola hidup masyarakat sekitar.

Materi RTRW Kabupaten Buleleng Tahun 2013-2033, menyebutkan bahwa di Kabupaten Buleleng jumlah pemeluk agama terbesar/mayoritas adalah pemeluk agama Hindu yaitu sebanyak 586.920 jiwa atau 91,24% pada Tahun 2007, sedangkan agama-agama lain seperti Islam sebanyak 49.702 jiwa (7,73%), Budha 3.258 jiwa (0,51%), Protestan sebanyak 2.208 jiwa (0,34%) dan Katholik 1186 jiwa (0,18%).

Untuk wilayah empat kecamatan (Gerokgak, Seririt, Busungbiu, dan Banjar) yang diprediksi akan terdampak langsung dari rencana pembangunan RS Kelas D Pratama, komposisi penduduk menurut agama disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 : Penduduk Empat Kecamatan di Kabupaten Buleleng Menurut Agama Tahun 2007

No Kecamatan Islam Katholik Protestan Hindu Budha

1 Gerokgak 17.474 71 185 59.738 56

2 Seririt 4.443 33 147 69.307 161

3 Busungbiu 150 - 28 44.836 -

4 Banjar 1.497 9 125 65.769 250

Jumlah 23.564 113 485 239.650 467

Sumber : RTRW Kabupaten Buleleng Tahun 2013-2033 (diolah)

Jika dilihat dari data di atas, mayoritas penduduk di wilayah empat kecamatan ini adalah pemeluk agama Hindu. Seperti halnya di Provinsi Bali dan Kabupaten Buleleng, maka pengaruh agama Hindu dalam kehidupan masyarakat sangat besar. Ajaran pokok agama Hindu yang terkandung dalam tiga kerangka dasar, yaitu Tatwa (filsafat keagamaan),


(40)

Susila (moral keagamaan), dan Upacara (upacara keagamaan), menjadi landasan utama dan memberikan corak khas bagi identitas masyarakat.

Dalam keseharian, implementasi ajaran agama ini akan tercermin dalam kehidupan sosial budaya masyarakat dan berpengaruh penting terhadap integrasi dan pengendalian masyarakat. Kehidupan sosial budaya masyarakat yang bersifat komunal dan guyub

sangat mendukung khususnya penyebaran informasi tentang budaya bersih, kebiasaan hidup sehat, dan akan berimplikasi positif terhadap rencana pembangunan RS Kelas D Pratama.

f. SDM Kesehatan

Kajian ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM)/Ketenagakerjaan di bidang kesehatan sangat dibutuhkan sebagai pertimbangan dalam menentukan jenis layanan kesehatan RS Kelas D Pratama terutama dikaitkan dengan layanan unggulan. Karena keberadaan SDM yang padat karya dan berkualitas tinggi, disertai kesadaran akan pengabdian kepada kepentingan masyarakat merupakan salah satu unsur utama pendukung terciptanya iklim kesehatan yang baik.

Untuk maksud tersebut, di bawah ini ditampilkan review terhadap hasil analisis sumber daya kesehatan dalam Rencana Induk Pembangunan Kesehatan Kabupaten Buleleng Tahun 2013 yang secara ringkas dapat disimpulkan sebagai berikut :

1) Persebaran Tenaga Kesehatan Menurut Unit Kerja

Tenaga kesehatan di Kabupaten Buleleng tersebar pada beberapa unit kerja. Dari 180 tenaga medis, sebagian besar bertugas di Rumah Sakit yaitu 96 (53%). Dari 969 perawat/bidan sebagian besar bertugas pada Rumah Sakit Umum yaitu 548 orang (56,55%). Dari 46 tenaga farmasi sebagian besar bertugas di RSU yaitu 32 orang (69,57%). Dari 62 tenaga Gizi, sebagian besar bertugas di RSU yaitu 28 orang (45,16 %), Dari 50 tenaga teknisi medis sebagian besar bertugas di RSU yaitu 40 orang (80%). Dari 67 tenaga sanitasi sebagian besar bertugas di Puskesmas yaitu 43 orang (64,18%).

2) Rasio Dokter Spesialis per 100.000 Penduduk

Jumlah dokter spesialis di Kabupaten Buleleng pada tahun 2012 berjumlah 41 orang yang terdiri dari dokter spesialis laki-laki berjumlah 37 dan dokter spesialis perempuan sebanyak 4 orang. Rasio dokter spesialis di Kabupaten Buleleng pada


(41)

tahun 2012 adalah 6,2 per 100.000 penduduk, masih di bawah target tahun 2014 yaitu 12 per-100.000 penduduk.

3) Rasio Dokter umum per 100.000 penduduk

Jumlah dokter umum di Kabupaten Buleleng pada tahun 2012 yang tersebar di puskesmas, RSU Pemerintah dan RSU Swasta berjumlah 102 orang yang terdiri dari dokter laki-laki sebanyak 60 dan dokter perempuan 42 orang. Sehingga rasio dokter umum di Kabupaten Buleleng pada tahun 2012 adalah 15,4 per 100.000 penduduk. Rasio dokter umum di Kabupaten Buleleng masih dibawah rata-rata rasio dokter umum provinsi Bali sebesar 24,2 per 100.000. Rasio dokter umum ini juga masih di bawah standar yang ditetapkan SPM yaitu sebesar 30 per 100.000.

4) Rasio Dokter Gigi per 100.000 Penduduk

Jumlah dokter gigi di Kabupaten Buleleng pada tahun 2012 berjumlah 33 orang yang tersebar di puskesmas, Rumah Sakit pemerintah dan Rumah Sakit swasta. Dari 33 orang dokter gigi diketahui dokter gigi laki-laki sebanyak 15 orang dan perempuan 18 orang. Rasio dokter laki-laki terhadap penduduk sebesar Sehingga rasio dokter gigi di Kabupaten Buleleng pada tahun 2012 adalah 5 per 100.000 penduduk. Angka ini masih jauh di bawah rata-rata provinsi Bali dimana 7 per 100.000 penduduk dan di bawah standar SPM yaitu 20 per 100.000 penduduk.

5) Rasio Tenaga Kefarmasian per 100.000 Penduduk

Tenaga kefarmasian yang ada di Kab. Buleleng terdiri dari tenaga apoteker, sarjana farmasi, D3 farmasi dan asisten apoteker. Jumlah tenaga kefarmasian di Kabupaten Buleleng pada tahun 2011 berjumlah 46 orang yang tersebar di puskesmas 11 orang, rumah sakit 32 orang, dan dinas kesehatan 3 orang. Sehingga rasio tenaga kefarmasian di Kabupaten Buleleng pada tahun 2012 adalah 6,49 per 100.000 penduduk. Dari 46 orang tenaga kefarmasian yang ada dapat diketahui bahwa sebagian besar berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 38 orang dan sisanya 8 orang laki-laki. Juga masih di bawah target tahun 2014 yaitu untuk apoteker 12 per-100.000 penduduk dan asisten apoteker 24 per-per-100.000 penduduk.

6) Rasio Ahli Gizi per 100.000 Penduiduk

Jumlah tenaga Gizi di Kabupaten Buleleng tahun 2012 berjumlah 62 orang yang tersebar di Puskesmas dan Rumah sakit masing-masing sebanyak 28 orang, dan di dinas kesehatan sebanyak 6 orang. Sehingga rasio Tenaga Gizi di Kabupaten Buleleng pada tahun 2012 adalah 8,45 per 100.000 penduduk, di bawah target tahun


(1)

f. Nilai Internal Rate of Return (IRR)

Besarnya nilai Internal Rate of Return (IRR) yang secara umum dibuat dengan rumus : IRR =

i

1 + NPV

NPV1- NPV2

Pada analisis discounted cash flow yang dibuat, dengan aspek-aspek dan nilai yang disebutkan di atas, dapat memperlihatkan besarnya nilai Internal Rate of Return (IRR) dalam kondisi normal adalah sebesar 25,898%, yang jauh lebih besar dari DR/DRC yang besarnya hanya 12,56%, sehingga proyek RS Kelas D Pratama ini dinyatakan sangat "layak" untuk dibangun.

g. Nilai Net Present Value (NPV)

Besarnya merupakan jumlah pendapatan setiap tahun yang dibagi dengan 1 ditambah besarnya DR/DRC secara simultan selama tahun proyeksi dikurangi modal (investasi) awal.

NPV = n t-1

Bt - Ct (1+i)n-1

Dari perhitungan dengan memakai metode matrik discounted cash flow, diperoleh besarnya Net Present Value (NPV) adalah sebesar Rp. 31.047.585.660,-. Dengan demikan, besarnya Benefit Cost Ratio (BCR) adalah 2,0662, sehingga proyek RS Kelas D Pratama ini juga dapat dinyatakan "layak" untuk dibangun.


(2)

Bab 5. Kesimpulan dan Saran

5.1. Kesimpulan

Hasil analisis situasi dari aspek eksternal (kebijakan, demografi, geografi, sosial ekonomi, sosial budaya) menunjukkan bahwa kondisinya sangat mendukung rencana pembangunan RS Kelas D Pratama di Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng. Demikian juga dari aspek internal (sarana kesehatan, pola penyakit dan epidemologi, teknologi, SDM/ketenagakerjaan rumah sakit, organisasi, kinerja dan keuangan) menyatakan bahwa rencana pembangunan RS Kelas D Pratama ini sangat dibutuhkan.

Analisis permintaan dari aspek lahan dan lokasi, menyatakan cukup strategis untuk pembangunan RS Kelas D Pratama yang direncanakan menyediakan 60 Tempat Tidur (TT) atau sebesar + 75% dari kebutuhan minimal 84 TT di Kecamatan Seririt tahun 2014. Dari aspek teknis, lahan rencana lokasi pembangunan rumah sakit tidak dijumpai adanya kendala, sehingga secara teknis pembangunan RS Kelas D Pratama ini layak untuk dilanjutkan dengan mengikuti konsep dan rancangan rencana penataan site dan bangunan yang telah dirumuskan. Untuk kebutuhan peralatan medis, SDM, serta organisasi dan uraian tugas dijabarkan melalui pendekatan jenis pelayanan kesehatan dan jumlah TT yang disediakan.

Berdasarkan metode matrik yang dipakai, diperoleh nilai Break Event Point (BEP) pada jumlah pendapatan sebesar 52,12% dari pendapatan normal atau sama dengan Rp. 4.002.255.553,- ditambah pendapatan lain-lain sebesar Rp. 153.300.000,- atau sama dengan Rp. 4.155.555.553,- setahun. Dengan nilai BEP pada 52,12% ini diperoleh besarnya Net Present Value (NPV) = 0; nilai Internal Rate of Return (IRR) = 12,56% sama dengan DR/DRC (Discount Rate of Capital); dan Benefit Cost Ratio (BCR) = 1, yaitu jumlah pendapatan dibagi 1+i atau DRC secara simultan.


(3)

dikurangi modal (investasi) awal. Dari perhitungan dengan memakai metode matrik

discounted cash flow, diperoleh besarnya Net Present Value (NPV) adalah sebesar Rp. 31.047.585.660,-. Dengan demikan, besarnya Benefit Cost Ratio (BCR) adalah 2,0662, sehingga proyek RS Kelas D Pratama ini juga dapat dinyatakan layak untuk dibangun.

5.2. Saran

Untuk saat ini, RS Kelas D Pratama direncanakan menyediakan fasilitas dan kemampuan pelayanan kesehatan tingkat pertama dan spesialis dasar yang hanya menyediakan pelayanan perawatan kelas 3 (tiga). Sejalan dengan perkembangan penduduk, ke depan pelayanan rumah sakit ini perlu dikembangkan jangkauan pelayanannya untuk penduduk di tiga wilayah kecamatan sekitar Seririt yaitu Kecamatan Gerokgak, Kecamatan Busungbiu, dan Kecamatan Banjar. Pelayanan kesehatan yang diberikan juga harus ditingkatkan kuantitas dan kualitasnya, sehingga dapat menjalankan fungsi sosial dan menghasilkan pendapatan (profit), agar mampu membiayai operasional rumah sakit secara berkesinambungan. Untuk itu, beberapa saran yang dapat diajukan antara lain adalah :  Pengembangan rumah sakit secara vertikal, yaitu penambahan jumlah lantai/lapis

(Koefisien Lantai Bangunan) bangunan secara maksimal sesuai ketentuan yang berlaku. Konsekuensinya adalah desain RS Kelas D Pratama ini harus dirancang agar secara teknis dapat dilakukan penambahan/ pembangunan ruang ke atas secara bertahap.  Pengembangan rumah sakit secara horizontal, yaitu dengan menambah luas areal lahan

(site) RS Kelas D Pratama, mengingat lahan di sekitar rencana pembangunan rumah sakit ini merupakan tanah milik Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali. Hal ini tentunya membutuhkan komunikasi dan koordinasi yang baik antara Pemkab Buleleng dengan Pemprov Bali, guna mendukung pembangunan bidang kesehatan di Kabupaten Buleleng.


(4)

Daftar Pustaka

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Buleleng, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Buleleng Tahun 2013-2033.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Buleleng, Rencana Induk Pembangunan Kesehatan Kabupaten Buleleng Tahun 2013.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Buleleng (2012), Buleleng Dalam Angka.

Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng, Profil Kesehatan Kabupaten Buleleng Tahun 2011. Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Tahun 2012, Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas D Pratama. Haryanto (2012), Pengertian Kesehatan.

Ka Robby https://karobby.wordpress.com/2012/05/12/konsep-dan-macam-macam-metode-penelitian.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 228/MENKES/SK/III/2002, tentang Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit yang Wajib Dilaksanakan Daerah.

Pemerintah Kabupaten Buleleng, Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kabupaten Buleleng Tahun 2005-2025.

Pemerintah Kabupaten Buleleng, Draft Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kabupaten Buleleng Tahun 2012-2017.

Peraturan Daerah Kabupaten Buleleng Nomor 9 Tahun 2013, tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Buleleng Tahun 2013-2033.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1045/MENKES/PER/XI/ 2006, tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di Lingkungan Departemen Kesehatan. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 741/MENKES/PER/VII/ 2008,

tentang Standard Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 147/MENKES/PER/I/ 2010, tentang Perijinan Rumah Sakit.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 340/MENKES/PER/III/ 2010, tentang Klasifikasi Rumah Sakit.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2013, tentang Kriteria Fasilitas Pelayanan Kesehatan Terpencil, Sangat Terpencil, dan Fasilitas Pelayanan


(5)

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2013, tentang Jaminan Kesehatan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.


(6)

Lampiran

Lampiran 1. Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas 1. Ketua Peneliti

a. Nama Lengkap : Ir. Ida Bagus Ngurah Bupala, MT.

b. Jenis Kelamin : L

c. NIP : 195312311986021004

d. Disiplin Ilmu : Arsitektur-Manajemen Konstruksi e. Pangkat/Golongan : Penata / IIIc

f. Jabatan fungsional/struktural : Lektor

g. Fakultas/Jurusan : Fakultas Teknik /Jurusan Arsitektur h. Waktu penelitian : 16 jam/minggu

2. Anggota Peneliti :

a. Nama Lengkap : I Ketut Mudra, ST., MT.

b. Jenis Kelamin : L

c. NIP : 196811201995031001

d. Disiplin Ilmu : Arsitektur-Perancangan Kota e. Pangkat/Golongan : Penata Tk. I / IIId

f. Jabatan fungsional/struktural : Lektor

g. Fakultas/Jurusan : Fakultas Teknik /Jurusan Arsitektur h. Waktu penelitian : 14 jam/minggu

3. Tenaga Laboran/Teknisi :

a. Nama Lengkap : Desak Made Sukma Widiyani, ST., MT.

b. Keahlian : Arsitek/Auto-Cad

4. Pekerja Lapangan/Pencacah : Made Ratna Witari, ST. 5. Tenaga Administrasi : Putu Yudhi Indra Nugraha