Kendala yang dihadapi dalam implementasi pembelajaran peta konsep

cxl Rekapitulasi : Juara tingkat Kecamatan = 6 Juara tingkat Kabupaten = 3 Dari data – data prestasi sekolah diluar hasil Ujian Akhir Sekolah UAS yang diikuti SD Negeri Tanggan 3 cukup membanggakan, baik itu di tingkat Kecamatan maupun di tingkat Kabupaten atau Provinsi. Baik prestasi akademis maupun non akademis , semua itu dampak dari hasil proses pembelajaran yang dilaksanakan di SD Negeri Tanggan 3 melalui implementasi pembelajaran peta konsep . Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui implementasi pembelajaran peta konsep pada mata pelajaran IPA sains di SD Tanggan 3 , membawa pengaruh terhadap kualitas hasil pembelajaran baik bidang akademis maupun non akademis.

3. Kendala yang dihadapi dalam implementasi pembelajaran peta konsep

pada pelajaran IPA di SD Negeri Tanggan 3 . Sekolah merupakan lembaga formal yang terprogram secara sistematis dalam melaksanakan program bimbingan pembelajaran dan pelatihan dalam rangka membantu siswa agar dapat mengembangkan potensinya, baik potensi akademik, potensi non akademik, aspek moral, intelektual, spiritual, emosional dan sosial. Sekolah mempunyai peranan dan tanggung jawab yang sangat penting dalam membantu siswa mencapai kompetensi dan perkembangannya. Tetapi dalam pelaksanaan proses pembelajaran dilapangan banyak sekali kendala – kendala yang perlu diusahakan cara pemecahannya. cxli Kendala yang menghambat dalam implementasi pembelajaran peta konsep di SD Negeri Tanggan 3, sesuai dengan hasil wawancara dan pengamatan peneliti antara lain : a. Hambatan dari Akademik guru Sesuai dengan Undang Undang Guru dan Dosen UUGD BAB IV , tentang guru. Di dalam pasal 8 bagian ke satu tentang Kualifikasi, Kompetensi, dan Sertifikasi, menyebutkan : guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikasi pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Dari bunyi pasal tersebut diatas guru wajib memiliki kualifikasi akademik, ternyata di SD Negeri Tanggan 3 , berdasarkan hasil studi dokumentasi dan wawancara masih banyak guru yang kualifikasi akademiknya masih D-2, seperti dikatakan Kepala Sekolah : ” Ya ada, antara lain dari sudut akademik masih banyak guru – guru di sini yang baru lulus D – 2, juga kreatifitas guru, kemauan dan kemampuan guru masih perlu ditingkatkan, sarana dan prasarana misalnya media pembelajaran yang ada di SD , antara lain KIT IPA sudah tidak sesuai dengan perkembangan jaman, juga lingkungan ” CL, 01 : 18 . Jadi walaupun implementasi pembelajaran peta konsep di SD Negeri Tanggan 3 sudah berjalan, namun jika ditunjang kualitas para gurunya akan lebih berjalan dengan baik, hal ini karena kualitas akademik dari guru itu sendiri secara tidak langsung menghambat implementasi pembelajaran peta konsep di SD Negeri Tanggan 3. cxlii b.Hambatan sarana dan prasarana pembelajaran Sarana dan prasarana belajar dalam proses pembelajaran di sekolah memiliki peranan yang sangat penting dalam membantu siswa menguasai materi pembelajaran. Sarana dan prasarana yang dari fisik misalnya, adanya kondisi bangunan – bangunan kelas yang perlu direnovasi, meja kursi siswa yang perlu dirancang untuk memudahkan siswa membentuk kelompok belajar, buku – buku materi yang dikirim ke sekolah rata – rata masih berpedoman pada kurikulum 2004 , sehingga guru merasa enggan untuk mencari sumber – sumber yang sesuai dengan kurikulum KTSP yang dipakai sekarang . Juga media pembelajaran seperti alat peraga yang di drop dari pemerintah misalnya kit IPA, sudah tidak sesuai dengan materi pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum KTSP. Dalam keadaan seperti itu sarana dan prasarana sebagai salah satu komponen pendukung keberhasilan proses implementasi pembelajaran peta konsep di SD Negeri Tanggan 3 masih sangat terbatas . c. Hambatan waktu Dengan berlakunya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP , berarti disemua mata pelajaran dan berlaku semua jenjang kelas, maka setiap mata pelajaran akan berkurang 5 menit dari dulu kurikulum 2004 tiap satu jam pelajaran lamanya 40 menit menjadi 35 menit pada kurikulum KTSP. Sehingga guru perlu mempersiapkan strategi pembelajaran yang betul – betul memiliki keakuratan waktu, seperti di katakan guru PWT : ” Untuk KTSP sekarang ini jam yang digunakan per mata pelajaran adalah 35 menit untuk semua kelas, karena waktu yang sangat pendek itu untuk penerapan pembelajaran peta cxliii konsep pada mata pelajaran IPA Sains yang hanya 4 jam per minggu untuk kelas 4, 5 dan 6 perlu perencanaan yang matang. Jadi untuk keleluasaan waktu sebenarnya kurang, tetapi semua itu bisa diatasi dengan perencanaan waktu pada Rencana Proses Pembelajaran RPP yang teliti, sehingga kekurangan waktu tidak begitu mengganggu pelaksanaan proses pembelajaran peta konsep di SD Negeri Tanggan 3 saat ini”. Selain karena kurangnya waktu pada kurikulum KTSP, di SD Negeri Tanggan 3 sering digunakan kegiatan lomba – lomba tingkat kecamatan karena SD Negeri Tanggan 3 merupakan Pusat Kegiatan Guru PKG gugus kenanga di kecamatan Gesi , sehingga secara langsung maupun tidak langsung akan mengurangi jam – jam efektif untuk proses pembelajaran, dengan seringnya dipakai untuk tempat ajang lomba – lomba sedikit menjadi hambatan dalam implementasi pembelajaran peta konsep. d. Hambatan lingkungan Letak SD Negeri Tanggan 3 yang ada di jalur jalan raya Gesi – Sragen, dan berdekatan denga kantor kepala Desa Tanggan, suara lalu lintas kendaraan membuat kebisingansehingga mengganggu kegiatan guru dan siswa pada jam pelajaran berlangsung, belum lagi jika di Balai desa sedang ada kegiatan yang mendatangkan warga masyarakat misalnya pada waktu rapat atau pembagian raskin, ramainya para warga masyarakat sedikit mengganggu perhatian siswa dalam proses pembelajaran. Walaupun antara kantor Desa dengan sekolah ada batas pagarnya, tetapi karena terlalu dekat sehingga aktifitas di kantor Desa dapat sedikit mengganggu kegiatan proses pembelajaran. cxliv

C. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Implementasi pembelajaran peta konsep dalam rangka meningkatkan