Hubungan Jenis Kelamin Bayi dengan Kejadian Kematian Neonatal

menumbung. Kondisi ini tentunya akan meningkatkan terjadinya komplikasi pada janin, berupa infeksi intra uterine, perdarahan intrakranial, yang apabila tidak ditangani dengan baik, akan semakin meningkatkan terjadinya kematian neonatal dini. Serotinus atau kehamilan lewat bulan didiagnosis apabila persalinan tidak terjadi dalam dua minggu setelah tafsiran persalinan yang ditetapkan. Bayi yang mengalami kehamilan lewat bulan memiliki risiko 10,5 kali untuk meningkatkan kematian neonatal dini. Peningkatan risiko terkait dengan kehamilan lewat bulan diperkirakan berhubungan dengan insufisiensi uteroplacental, sehingga mengakibatkan jumlah cairan amnion menurun drastis yang pada akhirnya menyebabkan hipoksia janin. Dengan terjadinya hipoksia pada janin, akan menyebabkan janin lahir dalam kondisi asfiksia.

5.1.5 Hubungan Jenis Kelamin Bayi dengan Kejadian Kematian Neonatal

Jenis kelamin merupakan karakteristik fifik seseorang sebagai laki-laki atau perempuan. Bayi laki-laki cenderung lebih rentan terhadap penyakit jika dibandingkan dengan bayi perempuan. Secara biologis, bayi perempuan mempunyai fungsi fisiologis tubuh lebih baik jika dibandingkan dengan bayi laki- laki ummah, 2014 Hasil analisis bivariat antara jenis kelamin bayi dengan kejadian kematian neonatal menggunakan uji Chi-Square didapatkan hasil p-value sebesar 0,543 OR=0,781; 95 CI=0,352-1,732. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin bayi dengan kejadian kematian neonatal. Nilai Odd Ratio OR 0,781artinya bahwa jenis kelamin bukan merupakan faktor risiko. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Siti 2014, yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin bayi dengan kejadian kematian neonatal p value = 0,458. Pada penelitian yang dilakukan oleh Siti 2014, persentasi jenis kelamin laki-laki lebih banyak terjadi pada kelompok kontrol 98,6 dari pada kelompok kasus 1,2. Sama halnya pada penelitian ini, persentasi jenis kelamin laki-laki lebih banyak terjadi pada kelompok kontrol 57,1 dari pada kelompok kasus 51. Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian Pertiwi 2010 yang mengatakan bahwa terdapat hubungan antara jenis kelamin bayi dengan kejadian kematian neonatal. Bayi berjenis kelamin laki-laki memiliki risiko 1,49 kali lebih besar terhadap kematian neonatal dibandingkan bayi perempuan. Beda halnya dengan penelitian ini, karena pada saat peneliti melakukan penelitian menemukan responden kontrol lebih banyak memiliki bayi laki-laki dibandingkan perempuan. Sedangkan perbandingan frekuensi bayi jenis kelamin laki-laki lebih banyak pada kelompok kontrol dibandingkan kelompok kasus.

5.1.6 Hubungan BBLR dengan Kejadian Kematian Neonatal