Hubungan Paritas dengan Kejadian Kematian Neonatal

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Masni 2012 yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara umur ibu dengan kejadian kematian neonatal. Penelitian Masni meyebutkan bahwa karakteristik responden kelompok kasus lebih banyak ibu yang berusia kisaran 20- 35 tahun dibandingkan yang berusia 20 tahun dan 35 tahun. Selain itu besaran sampel pada penelitian Masni 2012 antara kasus dan kontrol memiliki perbandingan 1:2 dikarenakan adanya keterbatasan sampel kasus, beda halnya dengan penelitian ini yaitu besaran sampel kasus dan kontrol 1:1 dengan cakupan wilayah penelitian yang lebih luas. Hal ini disebabkan karena ibu yang melahirkan dibawah umur 20 tahun perkembangan alat reproduksinya belum optimal, dari segi medis sering mendapatkan gangguan kesehatan yaitu adanya komplikasi atau penyulit kehamilan diantaranya persalinan belum cukup umur premature dan pertumbuhan janin dalam rahim yang kurang sempurna. Sedangkan kehamilan pada umur lebih dari 35 tahun berhubungan dengan perubahan alat-alat reproduksi akibat ketuaan seperti makin berkurangnya elastisitas otot-otot panggul sehingga keadaan ini dapat mempengaruhi proses persalianan. Selain itu juga disebabkan karena proses faal tubuh yang telah mengalami kemunduran fungsi sehingga mempengaruhi sirkulasi darah ke janin yang akhirnya akan berpotensi lahirnya bayi dengan berat lahir rendah yang berisiko untuk mengalami kematian neonatal.

5.1.2 Hubungan Paritas dengan Kejadian Kematian Neonatal

Dari pencatatan statistik diperoleh hubungan antara jumlah paritas dengan derajat kesehatan bayi yang dilahirkan. Dinyatakan bahwa semakin besar angka gravida semakin besar kemungkinannya melahirkan anak yang lemah. Berbagai penyakit pada janin atau bayi dapat dipengaruhi oleh paritas, antara lain inkompatibilitas golongan darah ibu dan bapak, baik itu golongan darah sistem ABO maupun sistem Rhesus. Pada inkompatibilitas golongan darah ABO, biasanya anak yang pertama akan lahir mati, sedangkan pada kasus Rhesus, anak yang menderita adalah anak yang kedua, ketiga, dan seterusnya Manuaba, 2008. Analisis bivariat antara paritas dengan kejadian kematian neonatal menggunakan uji Chi-Square didapatkan hasil p-value sebesar 0,685. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara paritas dengan kejadian kematian neonatal. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Masni 2012, yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara paritas dengan kejadian kematian neonatal p value = 0,950. Pada penelitian yang dilakukan oleh Masni 2012, persentase responden kelompok kasus dengan paritas berisiko 34,9 lebih sedikit dibandingkan pada kelompok kontrol 36. Sama halnya dalam penelitian ini persentase responden kelompok kasus dengan paritas berisiko 26,5 lebih sedikit dibandingkan pada kelompok kontrol 28,6. Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh para ahli mengatakan apabila sering melahirkan, rahim semakin lemah karena jaringan parut. Jaringan parut menyebabkan tidak adekuatnya persediaan darah ke plasenta sehingga menganggu distribusi nutrisi dari ibu ke janin yang berakibat terganggunya pertumbuhan janin. semakin tinggi paritas maka resiko untuk terjadi kematian neonatal Depkes RI, 2004.

5.1.3 Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Kejadian Kematian Neonatal