kematian neonatal. Nilai
Odd Ratio
OR 0,781artinya bahwa jenis kelamin bukan merupakan faktor risiko.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Siti 2014, yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin bayi dengan
kejadian kematian neonatal
p value
= 0,458. Pada penelitian yang dilakukan oleh Siti 2014, persentasi jenis kelamin laki-laki lebih banyak terjadi pada
kelompok kontrol 98,6 dari pada kelompok kasus 1,2. Sama halnya pada penelitian ini, persentasi jenis kelamin laki-laki lebih banyak terjadi pada
kelompok kontrol 57,1 dari pada kelompok kasus 51. Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian Pertiwi 2010 yang
mengatakan bahwa terdapat hubungan antara jenis kelamin bayi dengan kejadian kematian neonatal. Bayi berjenis kelamin laki-laki memiliki risiko 1,49 kali lebih
besar terhadap kematian neonatal dibandingkan bayi perempuan. Beda halnya dengan penelitian ini, karena pada saat peneliti melakukan penelitian
menemukan responden kontrol lebih banyak memiliki bayi laki-laki dibandingkan perempuan. Sedangkan perbandingan frekuensi bayi jenis kelamin laki-laki lebih
banyak pada kelompok kontrol dibandingkan kelompok kasus.
5.1.6 Hubungan BBLR dengan Kejadian Kematian Neonatal
Hasil analisis bivariat antara BBLR dengan kejadian kematian neonatal menggunakan uji
Chi-Square
didapatkan hasil
p-value
sebesar 0,000 OR=8,795; 95 CI=3,162- 24,464. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan
yang signifikan antara BBLR dengan kejadian kematian neonatal. Nilai
Odd Ratio
OR sebesar 8,795 yang artinya berat bayi lahir rendah 2500 g berisiko 8,795
kali terhadap kejadian kematian neonatal dibandingkan dengan berat bayi lahir normal ≥2500 g.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Priyadi 2008 dan Masni 2012, yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara BBLR
dengan kejadian kematian neonatal. Pada penelitian yang dilakukan oleh Priyadi 2008, persentasi BBLR lebih banyak terjadi pada kelompok kasus 41,38
dibandingkan dengan kelompok kontrol 10,34. Begitupula dengan penelitian Masni 2012, persentasi BBLR lebih banyak terjadi pada kelompok kasus
58,1 dibandingkan dengan kelompok kontrol 24. Sama halnya dengan penelitian ini, persentasi BBLR lebih banyak terjadi pada kelompok kasus
55,1 dibandingkan dengan kelompok kontrol 12,2. BBLR memberikan kontribusi terhadap terjadinya kematian neonatal. Bayi
yang lahir dengan BBLR akan mengalami gangguan mental dan fisik pada masa tumbuh kembangnya. Ibu dengan status kesehatan yang buruk selama
kehamilannya akan mempengaruhi perkembangan, pertumbuhan dan kesehatan janin yang ada dalam kandungannya, sehingga mempengaruhi berat lahir bayi
yang dikandungnya. Studi retrospektif analisis yang dilakukan di lima rumah sakit di Guyana
Amerika tahun 2007 menyatakan bahwa secara fakta 54 kejadian bayi lahir yang berat badan lahirnya kurang dari 2500 gram disebabkan karena anemia pada
ibu pada saat kehamilannya. Kondisi ini juga dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi, serta budaya. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Lawn
bahwa status kesehatan ibu merupakan salah satu bagian yang penting dan
mendasar dari
fundamental causes of death
. Karena status kesehatan ibu saat ini merupakan hasil dari suatu proses pertumbuhan yang panjang, yang dimulai sejak
bayi, balita, remaja, hamil hingga melahirkan. Apabila merujuk penyebab kejadian BBLR pada hasil studi retrospektif
yang dilakukan di Amerika, salah satu budayakebiasaan yang ada di daerah tempat penelitian adalah kebiasaan merokok. Karena merokok tidak memandang
status sosial ekonomi, semua kalangan baik tua, muda, menjadikan merokok sebagai bagian dari gaya hidup. Rasyid 2012 dalam penelitiannya mengatakan
bahwa keterpaparan asap rokok selama hamil memberikan risiko 4,2 kali secara signifikan p=0,002 terhadap kejadian BBLR.
5.1.7 Hubungan Asfiksia dengan Kejadian Kematian Neonatal