Mata Pencaharian Setting Penelitian

ketiga babak Badhutan atau Bodhoran, dan yang terakhir adalah babak Baladewaan . pada babak L ́ngǵran sering terjadi adanya adegan banceran atau para penonton khususnya laki-laki ikut menari bersamaL ́ngǵrdengan memberi uang saw ́r. L ́ngǵr merupakan istilah Jarwo Dhosok atau gabungan kata yang mempunyai arti. L ́ngǵr “Darani Ĺng Ĵbuĺ J́ngǵr” yang dapat di artikan bahwa dikira wanita ternyata laki-laki. Maksud tersebut adalah berkaitan dengan sejarah masa pra kemerdekaan dimana penari L ́ngǵr adalah laki-laki yang berdandan layaknya seorang wanita yang di gunakan untuk mengelabuhi para lelaki hidung belang khususnya para antek-antek atau kompeni. Tindakan tersebut sebagai bentuk tipu muslihat yang di lakukan oleh para pejuang atau pemuka agama yang tidak suka melihat perilaku tidak sronoh yang di lakukan oleh para penjajah beserta antek-anteknya, seperti halnya melakukan saw ́ran atau member uang dengan cara memasukan uang tersebut ke dalam m ̂kak m̂kak atau kemben. Tindakan tersebut yang di anggap tabu. Pada saat ini kesenian L ́ngǵr Banyumasan umumnya ditampilkan oleh kaum wanita akan tetapi disebagian daerah masih memiliki L ́ngǵr lanang dengan penari laki-laki yang berdandan layaknya wanita. Dalam wawancara dengan Bapak Wirya Atmaja selaku dewan kebudayaan Banyumas dan Bapak Sukendar Hadi Soemarto selaku ketua paguyuban sekaligus pelaku seni dalam kesenian L ́ngǵr Banyumasan pada Hari Minggu, 06 Februari 2016, menyatakan bahwa L ́ngǵr berasal dari kata “ǵlang-ǵĺng gaẃ ǵǵr” yang artinya pada saat itu, tarian L ́ngǵr ini hanya ditarikan dengan gerakan kepala yang sangat sederhana yaitu gerakan g ́lang-ǵĺng dengan gerakan badan yang hanya sebatas anggang ́ngǵn atau ĺngang ĺngǵng. Walaupun gerakan tarian L ́ngǵr hanya sebatas gerakan ǵlang-ǵĺng , anggang ́ngǵn dan l ́ngang ĺngǵng, Tetapi pertunjukan ini bisa membuat masyarakat Banyumas g ́ǵr atau ramai. Ǵǵr dalam arti masyarakat sangat antusias akan hadirnya kesenian L ́ngǵr Banyumasan ini. Kesenian L ́ngǵr Banyumasan ini merupakan sebuah kesenian yang memliki nilai kesuburan dan religi. Masyarakat Banyumas mempercayai dalam kesenian L ́ngǵr Banyumasan ini mengandung nilai kesuburan. Masyarakat menganggap L ́ngǵr adalah “Ana Ćĺng Gaẃ Ǵǵr” yang artinya pada zaman dahulu ketika musim panen tiba, Babi hutan atau C ́ĺng dari hutan turun ke lahan pertanian mayarakat Banyumas untuk merusak lahan pertanian yang sedang panen tersebut sehingga masyarakat gagal panen. Masyarakat Banyumas berinisiatif untuk mengusir binatang tersebut supaya tidak merusak ladangnya dengan berbagai macam tetabuhan dan bunyi-bunyian yang dibunyikan secara bersamaan oleh kaum pria sedangkan kaum wanita melakukan gerakan secara spontan dengan melambai-lambaikna tangan ke kanan dan ke kiri untuk mengusir C ́ĺng dengan mengikuti alunan musik. Kegiatan ini dilakukan secara terus- menerus hingga menjadi sebuah tradisi yang menginspirasi lahirnya kesenian L ́ngǵr Banyumasan di masyarakat agraris sebagai mitos kesuburan. Selain dipercaya sebagai mitos kesuburan, kesenian L ́ngǵr Banyumasan ini juga dipercaya sebagai mitos religi. hal ini terbukti dengan adanya kegiatan tersebut yang bertujuan sebagai bentuk permohonan doa kepada Sang Maha