Kondisi Geografis dan letak Wilayah Kecamatan Banyumas Kabupaten

piker, daya cipta, dan kreatifitas seseorang dalam berkarya. Data terperinci tentang pendidikan di desa Papringan adalah sebagai berikut: Tabel 5: Jumlah Penduduk berdasarkan Pendidikan No. Pendidikan Laki-laki Perempuan Jumlah 1. TKPlay group 31 53 84 orang 2. Tidak sekolah 1 1 2 orang 3. Tamat SD 1203 1076 2279 orang 4. Tidak tamat SD 93 133 226 orang 5. Tamat SLTP 302 457 759 orang 6. Tidak tamat SMP 65 63 128 orang 7. Tamat SLTA 342 423 765 orang 8. D3 7 9 16 orang 9. S1 11 24 35 orang 10. S2 - 1 1 orang Sumber : Kantor Desa Papringan, 2016

6. Jenis kesenian yang berkembang

Di desa Papringan terdapat beberapa kesenian yang menjadi sarana ekspresi ekstetis maupun fungsi lain bagi masyarakat yang antara lain ́b́g, Ĺngǵr, Gobrag L ̂sung, R̂bana, Salawat, Sitter, dalam wawancara dengan Ibu Sri Purwati Februari 2016. Berbagai kesenian yang berada di desa Papringan ini dipentaskan dalam upacara perkawinan, bersih desa, penyambutan tamu agung, tasyakuran desa yang berfungsi sebagai media hiburan. Dari berbagai kegiatan tersebut telah mencerminkan kehidupan masyarakat desa Papringan yang masih peduli terhadap kesenian tradisi yang keberadaanya sudah turun-temurun dari nenek moyang. Di bawah ini adalah daftar tabel data kesenian yang masih berkembang di desa Papringan yang antara lain adalah sebagai berikut: Tebel 6 : Daftar nama kesenian di desa Papringan Jenis Kegiatan Pimpinan Jumlah anggota L ́ngǵr Langen Budaya Sukendar 8 Orang ́b́g “Wahyu Anom Kencono” Kasno 25 Orang Mugi Lestari “Gobrag L̂sung” Sukendar 12 Orang Sitter Raswanto 8 Orang R ̂bana “Sunan Muria” Sumini 10 Orang R ̂bana “Mumtazul Huda” Haryono 12 Orang R ̂bana “Qolbu Mali’ah” Napsiah 12 Orang Sholawat “Ngudi Swara” Raslam 8 Orang Sumber : Kantor desa Papringan, 2016

B. Sejarah Kesenian Ĺngǵr Banyumasan

Kesenian L ́ngǵr Banyumasan merupakan kesenian yang lahir, tumbuh, dan berkembang di wilayah sebaran budaya Banyumas yang merupakan daerah agraris dengan mayoritas masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani dan bercocok tanam. Hal tersebut yang menginspirasi lahirnya kesenian L ́ngǵr Banyumasan seperti halnya di daerah Jatilawang, Kalibagor, dan Nusawungu Kabupaten Banyumas pada tahun 1755. Kesenian L ́ngǵr Banyumasan itu sendiri sampai saat ini belum di ketahui pasti siapa penciptanya karena kesenian ini merupakan kesenian yang berasal dari rakyat, diciptakan oleh rakyat, dan di tujukan untuk rakyat. Wujud dari kesenian L ́ngǵr Banyumasan ini yaitu seni tari tradisional yang dalam pertunjukannya sang L ́ngǵr tidak hanya menari tetapi juga membawakan lagu tradisional Banyumasan dengan iringan musik gamelan atau lebih spesifik lagi seperangkat alat musik calung. Dalam pertunjukannya kesenian L ́ngǵr terbagi menjadi empat babak atau adegan. Babak pertama yaitu babak Gamyongan, babak kedua babak L ́ngǵran, babak