BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Hiperglikemia sering terjadi pada keadaan setelah trauma ataupun pada keadaan kritis, dan terjadi akibat respon dari stres yang merefleksikan
beratnya suatu penyakit akut.
1,2
Beberapa penelitian sebelumnya menyebutkan hiperglikemia sebagai faktor risiko dari mortalitas dan
morbiditas serta faktor prediktor independen untuk hasil yang buruk pada pasien dengan keadaan kritis.
1,3,4
Berawal dari hal tersebut, hiperglikemia dianggap sebagai keadaan yang patut diperhatikan, dan berkembang
pemikiran mengenai tatalaksana hiperglikemia dalam keadaan kritis, serta hubungannya dengan lama rawatan dan mortalitas.
Suatu penelitian terhadap pasien Unit Perawatan Intensif UPI Anak, mendapatkan hiperglikemia dengan kadar gula darah KGD 200 mgdL
terjadi pada 35.2, dimana 68 diantaranya meninggal.
5
Penelitian lain mengemukakan prevalensi hiperglikemia pada pasien UPI Anak sebesar
16.7 sampai 75 dengan nilai batas gula darah sewaktu bervariasi antara 120 mgdL, 150 mgdL, dan 200 mgdL. Risiko kematian meningkat sebesar
2.5 kali pada pasien dengan KGD 150 mgdL dalam 24 jam, dan meningkat 5.68 kali pada kadar KGD120 mgdL dalam 10 hari.
6
Sampai saat ini, nilai glukosa yang dapat dijadikan nilai ambang batas dalam tatalaksana hiperglikemia pada pasien anak kritis masih
Universitas Sumatera Utara
merupakan hal yang diperdebatkan. Penelitian-penelitian yang ada dilakukan pada pasien anak kristis dengan setting yang spesifik, seperti trauma kepala
berat,
7,8
neonatal dengan enterokolitis nekrotikans,
9
post operasi jantung,
10
pasien anak dengan infus vasoaktif dan atau ventilasi mekanik,
3,11
serta pasien dengan syok septik.
. 12,13
Namun terdapat dua penelitian retrospektif dilakukan pada seluruh pasien anak kritis di UPI anak.
5,6
Studi yang ada kebanyakan retrospektif dan kesulitan dalam memperhitungkan faktor
perancu seperti penggunaan obat-obatan dan nutrisi. Nilai hiperglikemia yang dijadikan acuan masih memakai acuan pada dewasa dan belum
diketahui apakah dapat diterapkan pada anak-anak. Kesulitan dalam menentukan nilai pasti dari hiperglikemia yang
bermakna menyebabkan berkembangnya pendapat yang mengemukakan apakah waktu, intensitas, ataupun durasi terjadinya hiperglikemia lebih
relevan untuk dijadikan patokan dalam memulai suatu tatalaksana hiperglikemia.
1.2. Rumusan masalah