Audit report lag yang panjang mengindikasikan bahwa sedang terjadi sesuatu dalam perusahaan sehingga menjadi pertimbangan auditor dalam pemberian opini
audit going concern. Dalam standar umum ketiga menyatakan bahwa audit harus dilaksanakan dengan penuh kecermatan dan ketelitian. Demikian juga dalam
standar pekerjaan lapangan pertama dan ketiga menyatakan bahwa audit harus direncanakan dengan matang dan pengumpulan bukti-bukti yang cukup memadai.
Dengan adanya standar ini, proses pengauditan membutuhkan waktu yang relatif lama, akibatnya laporan keuangan terlambat untuk dipublikasikan.
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian terdahulu yang menjadi pertimbangan auditor dalam memberikan opini audit going concern diringkas dalam tabel 2.1 sebagai berikut :
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Peneliti
Judul Variabel
Alat Analisis
Hasil Penelitian
1. Sinaga
2009 Pengaruh audit
report lag, pertumbuhan
perusahaan dan DER terhadap
penerimaan opini going concern
pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI Independen :
Audit Report Lag,
Pertumbuhan Perusahaan,
DER, Dependen :
Opini Going Concern
Regresi Logistik
Variabel DER berpengaruh positif dan signifikan
terhadap opini going concern, sedangkan audit
report lag dan pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh
terhadap opini going concern.
2. Tamba
2009 Pengaruh debt
default, kualitas audit dan
opini audit terhadap
penerimaan opini going concern
Independen : Debt Default,
Kualitas Audit, Opini
audit, Dependen :
Opini going Regresi
Logistik Variabel Debt Default dan
Opini Audit berpengaruh positif dan signifikan
terhadap penerimaan opini going concern sedangkan
kualitas audit tidak berpengaruh signifikan
pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI concern
terhadap penerimaan opini going concern.
3. Solikah
2007 Pengaruh kondisi
keuangan perusahaan,
pertumbuhan perusahaan dan
opini audit tahun sebelumya
terhadap opini audit going
concern Independen :
Kondisi keuangan,
pertumbuhan perusahaan,
opini audit tahun
sebelumnya Dependen :
Opini audit going concern
Regresi logistik
Variabel kondisi keuangan dan opini audit tahun
sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap opini
going concern. Sedangkan pertumbuhan penjualan tidak
berpengaruh signifikan terhadap opini going
concern.
4. Praptitorini
dan Januarti 2007
Analisis pengaruh kualitas audit,
debt default dan opinion shopping
terhadap penerimaan opini
going concern Independen :
Kualitas audit, debt default,
opinion shopping
Dependen : opini going
concern Regresi
logistik Variabel debt default
berpengaruh signifikan terhadap opini going
concern. Sedangkan kualitas audit dan opinion shopping
tidak berpengaruh signifikan terhadap opini going
concern.
Sumber : Hasil Olahan Peneliti
Kepemilikan Institusional
X
2
Pertumbuhan perusahaan
X
1
DebtDefault X
3
Audit Report Lag X
4
Opini Audit Going Concern
Y
VI. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian A.
Kerangka Konseptual
Hubungan antara pertumbuhan perusahaan, kepemilikan institusional, debt default dan audit report lag terhadap pemberian opini audit going
concern adalah sebagai berikut :
H
2
H
3
H
4
H
5
H
1
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual
Pertumbuhan penjualan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk dapat bertahan dalam kondisi persaingan. Pertumbuhan penjualan yang
melebihi kenaikan biaya akan menyebabkan kenaikan laba perusahaan. Jumlah laba yang diperoleh secara teratur serta keuntungan yang meningkat
merupakan suatu faktor yang sangat menentukan perusahaan untuk tetap survive. Setyarno, et.al. 2006 menyatakan semakin tinggi rasio pertumbuhan
penjualan, maka akan semakin kecil kemungkinan auditor memberikan opini audit going concern. Rasio pertumbuhan yang tinggi mengindikasikan
semakin baik perusahaan dalam mempertahankan posisi ekonominya, yang berarti semakin mampu perusahaan menjaga kelangsungan usahanya.
Semakin besar kepemilikan institusional akan meningkatkan efisiensi pemakaian aktiva perusahaan. Dengan adanya kepemilikan institusional
diharapkan akan ada monitoring keputusan manajemen, sehingga kinerja perusahaan akan meningkat Ismiyanti, 2007. Peningkatan kinerja perusahaan
akan berdampak terhadap tidak diterimanya opini going concern. Ketika suatu perusahaan memiliki hutang dalam jumlah yang sangat
besar maka akan banyak dibutuhkan aliran kas untuk memenuhi kewajiban tersebut. Hal ini dapat mengganggu kelangsungan operasi perusahaan. Apabila
perusahaan tidak mampu melunasi hutang-hutangnya ini maka kreditor akan memberikan status default. Messier et. al. 2005 menyatakan bahwa indikasi
kebangkrutan dapat dilihat dari situasi dimana arus kas operasi perusahaan tidak mencukupi untuk memenuhi kewajiban lancarnya yang akan
mengakibatkan perusahaan mengalami arus kas negatif, gagal bayar default pada perjanjian hutang, dan akhirnya mengarah kepada kebangkrutan sehingga
going concern perusahaan tersebut diragukan. Status default dapat meningkatkan kemungkinan auditor mengeluarkan opini going concern.
Audit report lag yang panjang mengindikasikan bahwa sedang terjadi sesuatu dalam perusahaan. Utami 2006 menyatakan ketika opini auditor
selain unqualified maka manajemen akan berusaha melakukan konsultasi dan
negosiasi secara intensif dengan auditor sebelum opini tersebut diterbitkan sehingga memerlukan waktu yang relatif lama. Di sisi lain auditor juga
melakukan konsultasi dengan partner audit yang lebih senior atau melakukan perluasan audit sehingga diperoleh bukti yang menguatkan judgement auditor
untuk memberikan opini. Januarti dan Fitrianasari 2008 menyatakan auditor sering memberikan opini going concern ketika terjadi audit report lag yang
panjang. Berdasarkan hubungan masing-masing variabel independen terhadap
variabel independen di atas maka dapat pula dikatakan bahwa pertumbuhan perusahaan, kepemilikan institusional, debt default, dan audit report lag
berpengaruh secara bersama-sama simultan terhadap pemberian opini going concern.
B. Hipotesis Penelitian