5. Pertumbuhan Perusahaan
Pertumbuhan perusahaan dapat menjadi suatu indikasi bagi auditor dalam pemberian opini audit going concern. David 2006 menyatakan bahwa dalam
periode dimana pendapatan berkurang, terlalu banyak pinjaman dalam struktur permodalan dari suatu organisasi dapat membahayakan tingkat pengembalian
pemegang saham dan membahayakan kelangsungan hidup perusahaan. Pertumbuhan tersebut dapat dinyatakan melalui pertumbuhan penjualan.
Penjualan merupakan kegiatan operasi utama perusahaan. Pertumbuhan penjualan yang di atas rata-rata bagi perusahaan pada umumnya didasarkan pada
pertumbuhan yang cepat yang diharapkan dari industri dimana perusahaan itu beroperasi. Perusahaan dapat mencapai tingkat pertumbuhan di atas rata-rata
dengan jalan meningkatkan pangsa pasar Fabozzi : 2000. Peningkatan pangsa pasar harus sejalan dengan strategi pemasaran yang tepat dan perusahaan selalu
melakukan inovasi. Strategi yang tepat dapat meningkatkan pertumbuhan penjualan adalah melalui pengembangan produk yang diminati konsumen
Situmorang : 2009. Pertumbuhan penjualan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk dapat
bertahan dalam kondisi persaingan. Pertumbuhan penjualan yang melebihi kenaikan biaya akan menyebabkan kenaikan laba perusahaan. Jumlah laba yang
diperoleh secara teratur serta keuntungan yang meningkat merupakan suatu faktor yang sangat menentukan perusahaan untuk tetap survive.
Pertumbuhan penjualan merupakan perubahan penjualan pada laporan keuangan dari tahun ke tahun Solikah : 2007. Setyarno, et.al. 2006 menyatakan
semakin tinggi rasio pertumbuhan penjualan, maka akan semakin kecil kemungkinan auditor memberikan opini audit going concern. Sementara
perusahaan dengan rasio pertumbuhan penjualan negatif berpotensi besar mengalami penurunan laba sehingga apabila manajemen tidak segera mengambil
tindakan perbaikan, perusahaan dimungkinkan tidak akan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya.
6. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional merupakan struktur kepemilikan yang paling sering muncul dalam pasar modal Indonesia. Hal ini dikarenakan perusahaan-perusahaan
di Indonesia memiliki komposisi struktur kepemilikan yang unik Mahadwartha, 2004. Sebagian besar pemegang saham dalam institusi bisnis sering kali
merupakan representasi dari pendiri perusahaan yang disebut juga dengan kepemilikan institusional Melinda dan Sutejo : 2008. Kepemilikan institusional
dapat digunakan untuk mencapai tujuan perusahaan. Kepemilikan institusional diharapkan dapat menyebabkan pengawasan secara lebih efektif sehingga kinerja
perusahaan dapat meningkat Ismiyanti, 2007. Meningkatnya kinerja perusahaan akan mengurangi kebangkrutan. Pencegahan dalam kebangkrutan akan
berdampak terhadap tidak diterimanya opini audit going concern. Kepemilikan institusional akan memungkinkan perusahaan diawasi lebih baik
oleh institusi yang menanamkan dananya pada perusahaan tersebut. Pengawasan yang aktif tersebut akan menyebabkan manajemen bertindak sesuai dengan
kepentingan pemegang saham Ismiyanti, 2007. Teori keagenan berpendapat
bahwa kepemilikan institusional akan mengurangi masalah keagenan karena pemegang saham akan membantu mengawasi perusahaan sehingga manajemen
tidak akan bertindak merugikan pemegang saham. Kepemilikan yang terjadi di Indonesia terbagi menjadi kepemilikan
institusional eksternal dan kepemilikan institusional internal Mahadwarta, 2004. Kepemilikan institusional eksternal adalah kepemilikan oleh lembaga investasi
seperti dana pensiun, asuransi, reksa dana dan perusahaan investasi lainnya. Kepemilikan institusional menjadi bagian dari kepemilikan saham oleh publik.
Kepemilikan institusional internal merupakan kepemilikan oleh institusi bisnis seperti perseroan terbatas PT yang kepemilikannya terpisah dengan kepemilikan
publik.
7. Debt Default