sampai 20 menit dan berlangsung kurang dari 60 menit.
2,8,19,22-26
Migren klasik lebih jarang ditemukan pada anak dan remaja.
19
Muntah siklik sering dijumpai pada anak usia 4 sampai 8 tahun berupa serangan mual dan muntah secara terus menerus, selama 1 jam sampai 5
hari. Serangan akan mereda sendiri dan diantara serangan pasien dalam keadaan normal. Diagnosis ditegakkan bila tidak dijumpai kelainan
gastrointestinal yang berarti dan ada riwayat migren pada keluarga.
2,8,16
Migren abdominal timbul berupa serangan nyeri di daerah tengah abdomen secara episodik berulang, selama 1 sampai 72 jam diikuti mual dan muntah
dengan masa diantara serangan anak dalam keadaan normal.
2,8,27
2.3. Etiologi Migren
Penyebab nyeri kepala migren tidak diketahui. Faktor keturunan, stres, olahraga, makanan tertentu seperti coklat berperan sebagai faktor
predisposisi migren.
7,18
Perubahan hormonal, alergi makanan, paparan terhadap cahaya silau dan suara yang bising berpengaruh terhadap migren.
Peningkatan kadar serotonin di sirkulasi dan substansi P serta polipeptida vasodilator berperan langsung mempengaruhi pembuluh darah intrakranial
dan ekstrakranial.
18,28,29
Faktor genetik yang mempengaruhi migren ditandai dengan adanya suatu pola yang autosomal dominan yaitu suatu faktor intrinsik dari
otak.
2,8,18,19
Terdapat dua gen yang berperan dalam autosomal dominan pada
Universitas Sumatera Utara
migren yaitu FHM1 kode gen pada lengan pendek kromosom dan FHM2 gen pada lengan panjang kromosom.
8,30
Hormon sangat berpengaruh terhadap patofisiologi migren, terbukti dengan ditemukannya wanita yang lebih banyak menderita migren pada usia
pubertas. Rangsang nyeri dari struktur kranial lain, terutama struktur miofasial dapat terintegrasi dengan rangsang nyeri vaskuler dari pembuluh darah
kepala. Kedua rangsang nyeri ini berkumpul di inti spinal nervus trigeminus di batang otak, selanjutnya disalurkan ke talamus. Inti batang otak ini mendapat
pengaruh fasilitasi dan inhibisi dari supraspinal yang umumnya bergantung pada faktor emosi dan psikososial.
8,31,32
Pencetus migren berasal dari beberapa faktor seperti korteks serebri sebagai respon terhadap emosi atau stres, talamus akibat stimulasi aferen
yang berlebihan misalnya cahaya yang menyilaukan, suara bising dan makanan. Hipotalamus juga sebagai pencetus akibat perubahan hormonal
serta sirkulasi karotis interna dan karotis eksterna sebagai respon terhadap vasodilator. Pencetus yang paling umum pada anak adalah stres, termasuk
konflik keluarga, depresi, ansietas, gangguan tidur, masalah di sekolah serta gangguan emosional dan fisik.
22,32,33
2.4. Patofisiologi migren
Terdapat beberapa teori yang menjelaskan patofisiologi migren. Awalnya migren terjadi akibat dari disfungsi sistem persyarafan pusat yang kemudian
Universitas Sumatera Utara
disebut teori neuronal. Kemudian pada tahun 1938, Graham dan Wolff mengemukakan teori vaskular dari migren. Saat ini berkembang teori terbaru,
yaitu teori trigeminovaskular.
19
Menurut teori trigeminovaskular, terjadinya migren klasik berhubungan dengan terjadinya depolarisasi paroksismal dari neuron korteks. Depolarisasi
ini melibatkan batang otak sebagai generator migren. Selama fase inisial serangan, terjadi cortical spreading depression yang berawal dari bagian
oksipital dari otak. Istilah cortical spreading depression digunakan untuk menjelaskan terjadinya depresi aktivitas elektrik korteks otak yang tampak
dari gambaran EEG dengan adanya perangsangan nyeri. The cortical spreading depression bergerak ke anterior saat serangan dengan kecepatan
2 mm per menit. Keadaan ini menyebabkan gangguan distribusi ion-ion intra dan ekstraseluler, sehingga merangsang terjadinya aura dan penurunan
aliran darah sebanyak 20 sampai 35 di daerah posterior dari korteks serebri.
16,19
Penurunan aliran darah didaerah posterior korteks serebri ini menyebabkan terjadinya perubahan aktivitas pada cabang nervus trigeminus
yang mempersyarafi arteri kranial seperti pada duramater, basis kranii dan kulit kepala, sehingga timbul rangsangan nyeri kepala. Perangsangan nervus
trigeminus ini menyebabkan pelepasan beberapa zat vasoaktif serta perubahan konsentrasi beberapa neurotransmiter seperti serotonin 5-HT, 5-
Hydroxytryptamine, noradrenalin, asetilkolin, vasoactive intestinal peptide
Universitas Sumatera Utara
VIP, nitric oxid, substansi P, neurokinin A dan calcitonin gene-related peptide CGRP, sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh darah kranial,
ekstravasasi plasma protein, aktivasi pletelet dan merangsang inflamasi neurogenik. Vasodilatasi kranial menyebabkan peningkatan aliran darah otak
dan menimbulkan pulsasi pada setiap denyutan jantung, sehingga terjadi nyeri kepala berdenyut dan pulsasi ini akan merangsang reseptor regang di
pembuluh darah sehingga meningkatkan perangsangan nervus trigeminus yang berada di dinding pembuluh darah dan memprovokasi nyeri kepala dan
gejala lainnya. Cabang nervus trigeminus ini juga mempengaruhi hipotalamus dan chemoreceptor trigger zone sehingga terjadi fotofobia, fonofobia, mual
dan muntah pada migren.
16,19,25
Sebagai tambahan saat serangan migren, terjadi pelepasan serotonin dari platelet, selama serangan terjadi penurunan turnover serotonin dan
diantara 2 serangan migren terjadi peningkatan turnover serotonin. Dari beberapa reseptor serotonin, reseptor 5-HT
1
, 5-HT
2
dan 5-HT
3
yang berperan dalam patofisiologi migren. Reseptor 5-HT
1
sebagai inhibitor, dimana reseptor 5-HT
1B
berada di pembuluh darah intrakranial, sedangkan resptor 5-HT
1D
berada di ujung syaraf trigeminus.
19
Universitas Sumatera Utara
Hipereksitasi korteks serebri
Cortical spreading depression
Aktivasi sistem trigeminovaskular
Sterile neurogenic inflammation
Sensitisasi sentral dan perifer
Serangan migren
Nukleus batang otak
Gambar 2.1. Patofisiologi migren
16
2.5. Gejala klinik migren