PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK PAIR SHARE UNTUK PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKN SISWA KELAS V SD NEGERI 4 METRO PUSAT

(1)

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK PAIR SHARE UNTUK PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKN SISWA

KELAS V SD NEGERI 4 METRO PUSAT

Oleh MARDAYANI

Permasalahan penelitian ini adalah rendahnya aktivitas dan hasil belajar PKn siswa kelas V di SD Negeri 4 Metro Pusat. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas dengan tujuan untuk mendeskripsikan peningkatan aktivitas dan hasil belajar PKn pada siswa kelas V SD Negeri 4 Metro Pusat. Penelitian ini dilaksanakan dalam 3 siklus, yang masing-masing siklusnya terdiri dari dua kali pertemuan. Hasil penelitian menunjukkan Model Cooperative Learning tipe Think Pair Share dapat membantu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn. Dari serangkaian tindakan yang telah dilaksanakan tampak adanya perubahan yang berkelanjutan dalam aspek-aspek aktivitas siswa pada siklus I yaitu sebesar 58,1 pada siklus II terjadi peningkatan sebesar 15,6% menjadi 73,7 dan pada siklus III terjadi peningkatan sebesar 6,7 % menjadi 80,4 Hasil belajar PKn siswa pada siklus I sebesar 40,6 dan pada siklus II terjadi peningkatan sebesar 18,2 % menjadi 58,87% dan pada siklus III terjadi peningkatan sebesar 12,4% menjadi 71,2%.


(2)

PENERAPAN MODEL

COOPERATIVE LEARNING

TIPE

THINK PAIR SHARE

UNTUK PENINGKATAN HASIL

BELAJAR PKN SISWA

KELAS V SD NEGERI 4 METRO PUSAT

(Skripsi)

Oleh

MARDAYANI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2016


(3)

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK PAIR SHARE UNTUK PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKN SISWA

KELAS V SD NEGERI 4 METRO PUSAT

Oleh MARDAYANI

Permasalahan penelitian ini adalah rendahnya aktivitas dan hasil belajar PKn siswa kelas V di SD Negeri 4 Metro Pusat. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas dengan tujuan untuk mendeskripsikan peningkatan aktivitas dan hasil belajar PKn pada siswa kelas V SD Negeri 4 Metro Pusat. Penelitian ini dilaksanakan dalam 3 siklus, yang masing-masing siklusnya terdiri dari dua kali pertemuan. Hasil penelitian menunjukkan Model Cooperative Learning tipe Think Pair Share dapat membantu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn. Dari serangkaian tindakan yang telah dilaksanakan tampak adanya perubahan yang berkelanjutan dalam aspek-aspek aktivitas siswa pada siklus I yaitu sebesar 58,1 pada siklus II terjadi peningkatan sebesar 15,6% menjadi 73,7 dan pada siklus III terjadi peningkatan sebesar 6,7 % menjadi 80,4 Hasil belajar PKn siswa pada siklus I sebesar 40,6 dan pada siklus II terjadi peningkatan sebesar 18,2 % menjadi 58,87% dan pada siklus III terjadi peningkatan sebesar 12,4% menjadi 71,2%.


(4)

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK PAIR SHARE UNTUK PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKN SISWA

KELAS V SD NEGERI 4 METRO PUSAT

Oleh

Mardayani

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2016


(5)

(6)

(7)

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Metro pada tanggal 16 Maret 1980 Metro Pusat. Penulis adalah anak bungsu dari 10 (sepuluh) bersaudara, anak dari pasangan Ismail Umar dan Hj. Aliyah. Penulis saat ini sudah memiliki buah hati dua orang laki-laki kembar.

Riwayat Pendidikan Penulis:

1. Sekolah Dasar Negeri 4 Metro Pusat dan diselesaikan pada tahun 1993

2. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Swasta Metro Pusat dan selesai pada tahun 1996.

3. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Swasta selesai pada tahun 1999

4. Universitas Lampung Program Studi D-3 Bahasa dan Sastra Daerah Lampung wisuda pada tahun 2002

5. Saat ini Penulis masih terdaftar sebagai mahasiswi di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Ilmu Pendidikan Program Studi S1 PGSD Dalam Jabatan.


(9)

MOTTO

“Karakter itu

dibangun dari kebiasaan, yang mana kebiasaan


(10)

PERSEMBAHAN

Dengan rasa syukur dan kerendahan hati, karya ini kupersembahkan untuk: Anak-anakku tercinta Andra Hafidh Kurniawan dan Andri Rafiq Kurniawan

senantiasa memberikan dukungan, doa dan semangat yang tak pernah surut sehingga selesainya skripsi ini

Mbik, dan keluarga besarku yang selalu mendoakan kelancaran studiku

Indri Hapsari, Zirvita, Suryaningsih, atu Siti Masneli, dan Uncu Megawati terima kasih atas segala cinta dan dukungan kalian semoga

persahabatan kita makin manis ke depannya.

Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dan memotivasi dalam menyusun skripsi ini, semoga segala

sesuatu yang telah diberikan kepada penulis menjadi amal ibadah dan memperoleh surga-Nya kelak di hari akhir.


(11)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan taufik dan hidayah serta inayah-Nya kepada peneliti, sehingga peneliti pada akhirnya dapat menyelesaikan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) tugas akhir sesuai dengan waktu yang telah direncanakan.

PTK ini berjudul ―Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Think Pair Share Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Pkn Siswa Kelas V SD Negeri 4 Metro Pusat‖.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada sernua pihak yang telah membantu, memfasilitasi dan membimbing, sarnpai selesainya PTK ini

ini. yaitu kepada :

1. Allah SWT,atas segala rahmat dan hidayah-Nya

2. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung yang telah memfasilitasi serta memberikan kemudahan yang penulis perlukan selama menyelesaikan studi maupun penulisan skripsi ini. 3. Ibu Dr. Riswanti Rini,M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung yang telah memberikan arahan berbagai urusan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd., selaku Pembimbing Utama dan Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan kepada penulis.


(12)

5. Ibu Dr. Herpratiwi, M.Pd., selaku Penguji Utama pada skripsi ini, terima kasih untuk masukan dan saran-sarannya.

6. Bapak dan Ibu Dosen di lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi S-1 Guru dalam Jabatan FKIP Universitas Lampung yang telah mendidik dengan memberikan ilmu pengetahuan selama masa studi.

7. Ibu Hj. Rostiati Nasution, S.Pd.SD selaku Kepala SDN 4 Metro Pusat, yang telah bersedia memberi waktu serta izin dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Ibu Ernawati, S.Pd.SD yang telah bersedia meluangkan waktunya sebagai rekan sejawat yang membantu dalam kolaborasi untuk menyelesaikan penelitian ini.

9. Seluruh sahabat-sahabat Lisnawati Dwi Lestari, S.Pd., Nia Kurniati, S.Pd.I., dan semuanya atas kebersamaan dan keceriaan yang telah kalian berikan selama ini.

10.Seluruh dewan guru SDN 4 Metro Pusat yang telah memberikan bantuan dan fasilitas .

11.Teman-teman mahasiswa S 1 Guru dalam Jabatan FKIP Universitas Lampung yang saling membantu serta selalu tukar pendapat dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

12.Almamater Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, semoga tetap eksis.

Semoga Allah SWT memberikan balasan berupa hidayah dan rahmat-Nya. Dengan segala kerendahan hati, Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu saran dan kritik yang sifatnya membangun senantiasa penulis butuhkan.


(13)

Akhir kata, Penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi bagi kita semua, khususnya para guru sebagai salah satu acuaandalam pengembangan di kelas dalam usaha meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

Metro, Februari 2016 Penulis,

Mardayani


(14)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. Pengertian Belajar ... 8

B. Aktivitas Belajar ... 10

C. Hasil Belajar ... 12

D. Mata Pelajaran PKN Kelas V ... 13

E. Model Pembelajaran Cooperatif Learning tipe TPS ... 17

1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS ... 17

2. Manfaat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS ... 18

3. Teori Belajar yang Melandasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS ... 19

4. Komponen Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS ... 20

5. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS .. 21

6. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS ... 23

F. Kerangka Pikir ... 24

G. Hipotesis Tindakan ... 26

BAB III METODE PENELITIAN ... 27

A. Subyek Penelitian ... 27

B Seting Penelitian ... 27

C. Faktor yang Diteliti ... 28

D. Langkah- Langkah Penelitian ... 28

E. Instrumen Penelitian ... 32

1. validitas ... 32

2. Realibilitas ... 33


(15)

3. Pengujian instrumen ... 34

F. Data Dan Metode pengambilan data ... 35

G. Teknik Analisis Data ... 39

H. Indikator Keberhasilan ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43

A. Hasil Penelitian ... 43

1. Profil Sekolah Dasar Negeri 4 Metro Pusat ... 43

2.Siklus I ... 43

3.Siklus II... 50

4.Siklus III... 57

B.Pembahasan ... 63

1.Deskripsi Aktivitas Belajar Siswa ... 63

2.Deskripsi Hasil Belajar Siswa ... 69

3.Deskripsi Pengelolaan Pembelajaran ... 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN DAN SARAN ... 74

A. Kesimpulan ... 74

B. Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 76

LAMPIRAN-LAMPIRAN . ... 78


(16)

DAFTAR TABEL

TABEL Halaman

1.1 Rekaptulasi Nilai Ulangan Tengah Semester Ganjil... 2.1 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS... 3.1 Sintak Pembelajaran dengan Cooperative Learning Tipe TPS.... 3.2 Data Pengamatan Aktivitas Siswa... 3.3 Lembar Observasi Pengelolaan Pembelajaran... 3.4 Data Aktivitas Siswa... 3.5 Data Pengamatan Pembelajaran Guru... 3.6 Data Hasil Belajar Siswa... 4.1 Data Aktivitas Belajar Siswa Tiap Aspek Pada Siklus I... 4.2 Data Distribusi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I... 4.3 Penilaian Hasil Belajar Siswa Siklus I... 4.4 Data Hasil Observasi Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus I.... 4.5 Data Aktivitas Belajar Siswa Tiap Aspek Pada Siklus II... 4.6 Data Distribusi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II... 4.7 Penilaian Hasil Belajar Siswa Siklus II... 4.8 Data Hasil Observasi Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus II...

4 22 31 36 38 39 40 41 46 47 48 49 53 54 55 55 iii


(17)

4.9 Data Aktivitas Belajar Siswa Tiap Aspek Pada Siklus III... 4.10. Data Distribusi Aktivitas Belajar Siswa Siklus III... 4.11 Penilaian Hasil Belajar Siswa Siklus III... 4.12 Data Hasil Observasi Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus III... 4.13 Data Rata-rata Aktivitas Belajar Siswa Setiap Aspek Per

Siklus... 4.14 Data Nilai Rata-rata Aktivitas Belajar Siswa Dalam

Pembelajaran... 4.15 Data Distribusi Aktivitas Belajar Siswa Dalam Pembelajaran.... 4.16 Rata-rata Hasil Belajar Siswa...

60 60 61

62 64

67

68 70


(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.1 Spiral Tindakan Kelas Model Hopkins...

4.1 Grafik Distribusi Aktivitas Belajar Siswa...

4.2 Grafik Hasil Belajar Siswa Setiap Siklus...

Media Gambar yang di gunakan dalam pembelajaran Per Siklus..

28

68

70

185


(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1.Daftar Pustaka... 2.Surat Izin Penelitian ... 3.Surat Pernyataan Teman Sejawat... 4.Surat Keterangan Penelitian ... 5.Silabus Pembelajaran ... 6.Rencana Pelaksaan Pembelajaran Siklus I ... 7.Soal Tes Siklus I... 8.Reliabilitas Siklus I ... 9.Validitas Siklus I... 10. Rubrik Soal Tes Siklus I ... 11. Rubrik Lembar Kerja Siswa Siklus I ... 12. Lembar Pengamatan Guru Siklus I ... 13. Lembar Aktivitas Siswa Siklus I ... 14. Analisis Aktivitas Belajar Siswa Siklus I ... 15. Data Hasil Belajar Siswa Siklus I... 16. Rencana Pelaksaan pembelajaran siklus II... 17. Lembar Evaluasi Siklus II... 18. Reliabilitas Siklus II ...

76 79 80 81 82 85 92 94 96 101 104 106 108 111 115 117 123 125 vi


(20)

19. Validitas Siklus II ... 20. Pensekoran dan Penilaian Soal Tes... 21. Pensekoran dan Penilaian Lembar Kerja Siswa Siklus II... 22. Lembar Pengamatan Guru Siklus II ... 23. Lembar Aktivitas Siswa Siklus II ... 24. Analisis Aktivitas Belajar Siswa Siklus II... 25. Lembar Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 26. Data Hasil Belajar Siklus II... 27. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III ... 28. Lembar Evaluasi Siklus III ... 29. Reliabilitas Siklus III ... 30. Validitas Siklus III ... 31. Penskoran dan Penilaian Soal Tes Siklus III... 32. Penskoran dan Penilaian Lembar Kerja Siswa Siklus III... 33. Lembar Pengamatan Guru Siklus III ... 34. Lembar Aktivitas Siswa Siklus III... 35. Pedoman Penilaian Aktivitas ... 36. Analisis Aktivitas Belajar Siswa Siklus III... 37. Data Hasil Belajar Siswa Siklus III... 38. Data Pengelolaan Pembelajaran Guru Setiap Siklus ... 39. Data Aktivitas Siswa Belajar Siswa Setiap Siklus... 40. Data Hasil Belajar Siswa Kelas V Sd Negeri 4 Metro Pusat

Setiap Siklus ...

127 132 134 138 140 143 145 147 149 155 157 159 164 166 168 170 173 175 179 181 182 183 vii


(21)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk menyiapkan manusia agar mampu mandiri, mengembangkan potensi diri, dan dapat menjadi anggota masyarakat yang berdaya guna dalam pembanguna bangsa. Salah satu tuntutan mendasar yang dihadapi dunia pendidikan saat ini adalah peningkatan mutu pendidikan. Hal ini timbul karena semakin tingginya kesadaran masyarakat dalam pendidikan. Dengan demikian, sekolah sebagai lembaga pendidikan formal mempunyai tugas dalam memenuhi harapan masyarakat untuk selalu meningkatkan mutu pendidikan.

Pendidikan mempunyai peranan penting dalam membentuk generasi penerus bangsa yang cerdas dan handal dalam pelaksanaan pembangunan kehidupan bangsa. Sesuai dengan UU No.20 Tahun 2003 tentang sisitem pendidikan nasional pada pasal 3 menyatakan bahwa :

‖Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga


(22)

2

Memperhatikan isi UU No.20 Tahun 2003 tersebut, maka dapat dipastikan bahwa

kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh keberhasilan pendidikan bangsa itu sendiri. Pendidikan menuntut pada pihak-pihak yang terlibat di dalamnya untuk berperan serta dalam pencapaian hasil pendidikan yang optimal. Salah satu diantaranya adalah guru sebagai pihak yang berperan dalam terciptanya proses pembelajaran yang menarik dan bermutu baik.

Mutu pendidikan sangat ditentukan oleh berbagai faktor diantaranya faktor penggunaan model pembelajaran yang baik. Model pembelajaran yang baik dapat mengubah sistem pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher center) menjadi sistem pembelajaran yang berpusat pada siswa (student center). Proses pembelajaran dimana siswa sebagai pusatnya akan membuat suasana belajar semakin hidup sehingga siswa dapat berdiskusi dan bekerja sama dengan temannya.

Ketepatan penggunaan model pembelajaran oleh guru dapat memberikan suasana belajar yang nyaman dan menarik sehingga dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Siswa lebih mudah menerima materi yang diberikan oleh guru apabila model pembelajaran yang digunakan tepat dan sesuai. Keaktifan belajar siswa yang tinggi sanagat membantu tercapainya tujuan pembelajaran.

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan guru dan siswa kelas V di SD Negeri 4 Metro Pusat ditemukan beberapa kelemahan yang menyebabkan hasil belajar siswa dan aktivitas belajar terhadap pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) kurang optimal. Proses pembelajaran PKn di kelas masih sepenuhnya terpusat pada guru. Dalam hal ini, guru lebih aktif dalam


(23)

3

menerangkan materi pelajaran kepada siswanya. Proses pembelajaran seperti ini menimbulkan suasaana pembelajaran yang kurang kondusif sehingga hasil belajar siswa kurang maksimal. Keadaan ini membuat siswa menjadi pasif, siswa lebih banyak melakukan aktivitas yang tidak terkait dengan pelajaran, bercanda dengan temannya, cenderung ramai pada saat pelajaran berlangsung sehingga konsentrasi siswa tidak terfokus, siswa banyak melamun bahkan mengantuk, siswa kurang motivasi untuk belajar, siswa tidak mampu menjawab dengan sempurna pertanyaan guru, dan siswa tidak punya keberanian untuk mengemukakan pendapat, oleh karena itu, perlu dicari model pembelajaran yang tepat agar aktivitas belajar siswa dalam pelajaran PKn menjadi lebih baik. Guru harus dapat menciptakan situasi pembelajaran yang tidak membosankan sehingga materi pelajaran menjadi menarik. Guru harus punya sensitifitas yang tinggi untuk segera mengetahui apakah kegiatan pembelajaran sudah membosankan siswa. Jika hal ini terjadi, guru harus segera mencari model pembelajaran yang tepat guna (Mulyasa, 2007: 241).

Aktivitas belajar merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Aktivitas belajar dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti suasana rumah, orang tua, motivasi dari orang tua dan faktor internal seperti kesehatan, intelegensi, bakat, motivasi, minat dan kreatifitas. Aktivitas belajar yang kuat akan memberikan persaan senang, tidak membosankan dan bersungguh-sungguh dalam belajar.

Berdasarkan hasil pra survey dan wawancara dengan Ibu Ernawati selaku guru mata pelajaran PKn, diperoleh data tentang hasil belajar siswa mata pelajaran PKn


(24)

4

kelas V SD Negeri 4 Metro Pusat sebagai berikut :

Tabel 1.1 Rekapitulasi Nilai Ulangan Tengah Semester Ganjil Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Kelas V SD Negeri 4 Metro Pusat TP. 2015/2016

Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar & Indikator Pencapaian

Kompetensi

Nilai Kategori Jumlah Siswa

Hasil Belajar Standar Kompetensi :

Memahami peraturan

perundang-undangan tingkat pusat dan daerah.

Kompetensi Dasar :

Menjelaskan pengertian dan pentingnya peraturan perundang-undangan.

Indikator Pencapaian Kompetensi :

- Menjelaskan pengertian peraturan

- Memahami pengertian

perundang-undangan

- Mengetahui peraturan

perundang-undangan

- Menjelaskan fungsi peraturan

perundang-undangan

≥ 60 Tuntas 7 26,92%

< 60 Belum

Tuntas 19 73,07 %

Jumlah 26 100 %

Sumber : Leger nilai PKn Kelas V SD Negeri 4 Metro Pusat

Dari hasil ulangan tersebut 73,07% atau 19 siswa dari 26 siswa dinyatakan belum tuntas dalam belajarnya dan hanya 7 siswa yang nilainya mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM). Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di SD Negeri 4 Metro Pusat adalah 60.

Berdasarkan tabel diatas nampak banyak siswa yang tidak tuntas hasil belajarnya. Rendahnya hasil belajar merupakan wujud dari berbagai masalah yang muncul dari kegiatan pembelajaran. Kendala yang menjadi penyebab utama yaitu minimnya penggunaan model pembelajaran yang bervariasi dan hanya didominasi oleh model pembelajaran yang monoton serta kurang efektifnya guru dalam


(25)

5

menggunakan model tersebut, hal ini terbukti dari banyaknya siswa yang tidak tuntas hasil belajarnya.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulis mencoba untuk meningkatkan hasil belajar PKn dengan menggunakan model cooperative learning tipe TPS.

cooperative learning merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memilki tingkat kemampuan yang berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok setiap anggota bekerja sama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Peneliti memilih model ini karena model ini dianggap susai dengan karakteristik siswa dan proses pembelajaran PKn. Pada dasarnya usaha guru dengan menggunakan model

cooperative learning tipe TPS ini dengan tujuan agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Dengan menggunakan model ini, memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri, serta bekerja sama dengan orang lain, optimalisasi siswa dalam proses pembelajaran, teknik atau metode ini memberikan kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi siswa kepada orang lain.

Penggunaan model cooperative learning tipe TPS diharapkan siswa akan lebih kreatif dan mandiri, serta dapat meningkatkan hasil belajar sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM).

Berdasarkan masalah di atas maka dilakukan penelitian tindakan kelas yang

berjudul ‖Penerapan Model Cooperative Tipe TPS Untuk Peningkatan Hasil


(26)

6

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain.

2. Kurangnya optimalisasi siswa dalam proses pembelajaran

3. Minimnya penggunaan model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar.

4. Rendahnya hasil Ujian Tengah Semester, dimana 73,07% dari 26 siswa belum tuntas dengan nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditentukan.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah maka peneliti merumuskan masalah dalam

penelitian ini adalah ―Bagaimana penerapan model cooperative learning tipeTPS dengan memperhatikan langkah-langkah secara tepat, dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran PKn Pada Siswa kelas V SDN 4 Metro Pusat?‖

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah

1. Untuk mendeskripsikan peningkatkan hasil belajar PKn pada siswa kelas V SD Negeri 4 Metro Pusat setelah diterapkan model cooperative learning tipe TPS.


(27)

7

2. Untuk mendeskripsikan peningkatkan aktivitas belajar PKn pada siswa kelas V SD Negeri 4 Metro Pusat setelah diterapkan model cooperative learning

tipe TPS.

E. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan di atas, maka peneliti mengharapkan penelitian ini bermanfaat sebagai berikut:

1. Bagi Siswa

Memberikan suasana baru dalam pembelajaran serta melatih siswa dalam mengembangkan diri untuk bertanya dan menyampaikan sebuah ide atau pendapat yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Bagi Guru

Menambah wawasan guru terutama dalam meningkatkan kualitas guru, juga dapat mengetahui strategi pembelajaran yang bervariasi dan menarik, serta dapat memperbaiki dan meningkatkan sistem belajar di kelas sehingga permasalahan atau kesulitan yang dihadapi oleh siswa/guru dipersiapkan minimum.

3. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat dalam rangka perbaikan pembelajaran.


(28)

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Belajar

Dunia pendidikan belajar tidak hanya terjadi di sekolah saja, tetapi juga dalam kehidupan di keluarga dan masyarakat. Belajar dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung. Banyak sekali pendapat yang membahas tentang teori-teori belajar, berikut ini akan diuraikan beberapa teori belajar menurut para ahli pendidikan.

Menurut Hakim (2005: 1), belajar adalah proses perubahan dalam kepribadian manusia. Perubahan tersebut tampak dalam bentuk peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir dan kemampuan. Menurut Sudjana (2006: 28), belajar bukan hanya menghafal atau mengingat tetapi suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukan dalam beberapa bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, ketrampilannya, kecakapannya dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimanya dan beberapa aspek yang ada pada individu.

Menurut Budianingsih (2004: 10), belajar adalah suatu proses dimana peserta didik yang harus aktif, guru hanya berperan sebagai fasilitator. Guru hanyalah merangsang keaktifan dengan jalan menyajikan bahan pelajaran ,sedangkan yang


(29)

9

mengolah dan mencerna adalah peserta didik itu sendiri sesuai dengan kemauan , kemampuan, bakat, dan latar belakang masing-masing individu.

Berdasarkan definisi belajar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar itu merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan melalalui pengalaman dan latihan manusia dalam hidupnya melalui kegiatan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya. Karena itu belajar berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan.

Salah satu teori yang terkenal berkaitan dengan teori belajar konstruktivisme adalah teori perkembangan mental Piaget. Teori ini biasa disebut teori perkembangan intelektual atau perkembangan kognitif. Teori tersebut berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa. Setiap tahap perkembangan intelektual yang dimaksud dilengkapi dengan ciri-ciri tertentu dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan.

Menurut Tasker dalam Pranita (2010: 56) bahwa ada tiga penekanan dalam teori belajar konstruktivisme. Pertama adalah peran aktif siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna. Kedua adalah pentingnya membuat kaitan antara gagasan dalam pengkonstruksian secara bermakna. Ketiga adalah mengkaitkan antara gagasan dengan informasi baru yang diterima.

Pembelajaran yang mengacu kepada teori konstruktivisme lebih memfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka dan bukan kepatuhan siswa dalam refleksi atas apa yag telah diperintahkan atau dilakukan


(30)

10

oleh guru.

Daylon (1997: 213), berpendapat bahwa perwujudan tingkah laku belajar biasanya lebih sering tampak dalam beberapa perubahan antara lain kecakapan, keterampilan, pengamatan, berfikir asosiatif dengan daya ingat, berfikir rasional, sikap, apresiasi dan tingkah laku efektif.

Hakim (2005: 2), beberapa prinsip belajar yang perlu diperhatikan adalah : (1) belajar harus berorientasi pada tujuan yang jelas, (2) proses belajar akan terjadi apabila seseorang dihadapkan pada situasi problematis, (3) belajar dengan pengertian akan lebih bermakna dari pada belajar dengan hafalan, (4) belajar merupakan proses kontinyu, (5) belajar memerlukan kemampuan yang kuat, (6) keberhasilan ditentukan oleh banyak faktor, (7) belajar memerlukan metode yang tepat, (8) belajar memerlukan kesesuaian antara guru dan murid, dan (9) belajar memerlukan kemampuan dalam menangkap intisari pelajaran itu sendiri.

B. Aktivitas Belajar

Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik menuntut guru untuk dapat menciptakan pembelajaran yang lebih banyak melibatkan peran serta siswa. Siswa tidak lagi menjadi objek namun berperan aktif untuk memperoleh pengetahuannya sendiri melalui aktivitasnya dalam pembelajaran.

Siddiq (2008: 1-7) menyatakan aktivitas yang disebut belajar adalah aktivitas mental dan emosional dalam upaya terbentuknya perubahan perilaku yang lebih maju. Sardiman (2004: 93) mengemukakan bahwa pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan tidak ada


(31)

11

belajar kalau tidak ada aktivitas. Aktivitas siswa tidak hanya cukup mendengarkan dan mencatat seperti lazimnya terdapat di sekolah-sekolah tradisional. Dalam proses pembelajaran, guru perlu membangkitkan aktivitas siswa dalam berpikir maupun berbuat.

Dierich dalam Hamalik (2001: 172) membagi aktivitas belajar dalam delapan kelompok, yaitu sebagai berikut:

1) Kegiatan-kegiatan visual, yaitu membaca, melihat gambar, mengamati, demonstrasi, mengamati orang bekerja atau bermain.

2) Kegiatan-kegiatan lisan (oral), yaitu mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan sesuatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, berwawancara, diskusi dan interupsi.

3) Kegiatan-kegiatan mendengarkan, yaitu mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan, atau mendengarkan radio.

4) Kegiatan-kegiatan menulis, yaitu menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, membuat out line atau rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisi angket.

5) Kegiatan-kegiatan menggambar, yaitu menggambar membuat grafik, chart, diagram, peta, dan pola.

6) Kegiatan-kegiatan metrik, yaitu melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelengarakan permainan, menari dan berkebun.

7) Kegiatan-kegiatan mental, yaitu merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, dan membuat keputusan.


(32)

12

lain-lain.

Dari pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan peran aktif siswa dalam pembelajaran untuk membentuk perilaku yang lebih baik. Aktivitas belajar siswa meliputi aktivitas visual, lisan, mendengarkan, menulis, membaca, menggambar, melakukan percobaan dan sebagainya.

C. Hasil Belajar

Setiap kegiatan tentunya mengharapkan hasil yang baik. Demikian juga dalam proses pembelajaran, segala upaya dilakukan guru agar hasil belajar siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Berikut ini akan diuraiakan beberapa pendapat dari para ahli tentang pengertian hasil belajar.

Menurut Hamalik (2001: 30) bukti bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku. Tingkah laku terdiri dari sejumlah aspek. Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan pada aspek-aspek: pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, budi pekerti, dan sikap. Bloom dalam Poerwanti (2008 : 1-22) mengklasifikasikan hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu kognitif (cognitive), afektif (affective), dan psikomotor (psychomotor).

Djamarah (2000: 31) berpendapat bahwa hasil belajar adalah penilaian pendidikan tentang kemajuan siswa dalam segala hal yang dipelajari di sekolah yang menyangkut pengetahuan atau kecakapan yang dinyatakan sesudah penilaian.

Dari berbagai pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu penilaian pendidikan tentang kemajuan siswa sebagai hasil dari


(33)

13

perubahan tingkah laku yang meliputi kognitif, afektif, dan psikomotor pada siswa setelah mengikuti pembelajaran.

D. Mata Pelajaran PKN Kelas V

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

Pendidikan kewarganegaraan dapat diartikan sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan sehari-hari siswa sebagai individu, anggota masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Landasan PKn adalah Pancasila dan UUD 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia, tanggap pada perubahan zaman, serta pedoman khusus pengembangan silabus dan penilaian mata pelajaran Kewarganegaraan yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Menengah.

Mata pelajaran PPKn bertujuan untuk menjadikan siswa sebagai warga negara yang baik atau to be good citizenship, yakni warga negara yang memiliki kecerdasan intelektual, emosional, sosial maupun spiritual, memiliki rasa bangga dan tanggung jawab, dan mampu berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara agar tumbuh rasa kebangsaan dan cinta tanah air.


(34)

14

memuat bahasan tentang masalah kebangsaan, kewarganegaraan. Hakekat pendidikan kewarganegaraan adalah upaya sadar dan terencana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa bagi warga negara dengan menumbuhkan jati diri dan moral bangsa sebagai landasan pelaksanaan hak dan kewajiban dalam bela negara, demi kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa dan Negara.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan yang bertujuan untuk menciptakan peserta didik menjadi warga Negara yang baik. Materi pendidikan kewarganegaraan meliputi masalah kebangsaaan dan kewarganegaraan.

Selanjutnya ruang lingkup pembelajaran PKn untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) di SD diatur sesuai dengan Permendiknas No. 22 Tahun 2013 tentang Standar Isi. Standar Isi adalah ruang lingkup minimal dan tingkat kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang pendidikan tertentu. Termasuk dalam Standar Isi adalah kerangka dasar dan struktur kurikulum, Standar Kompetensi, serta Kompetensi Dasar setiap mata pelajaran pada setiap semester dari setiap jenis dan jenjang pendidikan dasar dan menengah, Maftuh dan Supiya (2005: 3).

Pelaksanaan pembelajaran di SD disusunlah kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) sebagai pedoman pelaksanaan pendidikan. KTSP memuat struktur kurikulum yang merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harusditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Kedalaman muatankurikulum pada setiap mata pelajaran pada setiap satuan pendidikan dituangkan dalam kompetensi yang harus dikuasai peserta didik sesuai dengan beban belajar yang


(35)

15

tercantum dalam struktur kurikulum. Struktur kurikulum SD/MI meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama enam tahun mulai kelas I sampai dengan kelas V. Struktur kurikulum SD/MI disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran.

Susunan mata pelajaran yang diajarkan di SD/MI sesuai lampiran Permendiknas No. 22 Tahun 2013 adalah kurikulum SD/MI memuat 8 mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri. Delapan mata pelajaran tersebut adalah :

1. Pendidikan Agama

2. Pendidikan Kewarganegaraan 3. Bahasa Indonesia

4. Matematika

5. Ilmu Pengetahuan Alam 6. Ilmu Pengetahuan Sosial 7. Seni Budaya dan Keterampilan

8. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (Departemen Pendidikan Nasional, 2006: 7).

Penelitian tindakan kelas ini memfokuskan pembelajaran PKn yang merupakan mata pelajaran yang wajib dilaksanakan di SD. Pembelajaran PKn yang menjadi subjek penelitian adalah pembelajaran PKn di kelas V SDN 4 Metro Pusat.

Menurut Mulyasa (2007) tujuan pembelajaran mata pelajaran PKn bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.


(36)

16

kewarganegaraan

2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak seca ra cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi

3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa bangsa lainnya

4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (Departemen Pendidikan Nasional, 2006: 271).

Ruang lingkup mata pelajaran PKn SD menurut Departemen Pendidikan Nasional, (2013: 271) meliputi aspek-aspek sebagai berikut.

1. Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan, Cinta lingkungan, Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda, Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Partisipasi dalam pembelaan negara, Sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan

2. Norma, hukum dan peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan keluarga, Tata tertib di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat, Peraturan-peraturan daerah, Norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Sistim hukum dan peradilan nasional, Hukum dan peradilan internasional . 3. Hak asasi manusia meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan kewajiban

anggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional HAM, Pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM.


(37)

17

4. Kebutuhan warga negara meliputi: Hidup gotong royong, Harga diri sebagai warga masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan mengeluarkan pendapat, Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri, Persamaan kedudukan warga Negara

5. Konstitusi Negara meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, Hubungan dasar negara dengan konstitusi

6. Kekuasan dan Politik, meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan, Pemerintahan daerah dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi dan sistem politik, Budaya politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat madani, Sistem pemerintahan, Pers dalam masyarakat demokrasi

7. Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideology negara, Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, Pengamalan nilai- nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka

8. Globalisasi meliputi: Globalisasi di lingkungannya, Politik luar negeri Indonesia di era globalisasi, Dampak globalisasi, Hubungan internasional dan organisasi internasional, dan mengevaluasi globalisasi.

E. Model Pembelajaran Cooperatif Learning tipe TPS

1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS

Pada tahun 1985 di Universitas Maryland Frank Lyman dkk mengembangkan model pembelajaran TPS. Model pembelajaran TPS merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif. Model ini mengedepankan siswa untuk berperan aktif


(38)

18

bersama dengan teman kelompoknya dengan cara berdiskusi untuk memecahkan suatu permasalahan.

Menurut Arends dalam Trianto (2010: 19), TPS merupakan suatu cara yang efektif untuk membentuk variasi suasana diskusi kelas. Pembelajaran kooperatif tipe TPS merupakan pembelajaran kelompok dimana siswa diberi kesempatan untuk berfikir mandiri dan saling membantu dengan teman yang lain. Pembelajaran Think Pair Share merupakan model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural. Pendekatan ini memberi penekanan pada penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa .

TPS merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Pembelajaran TPS membimbing siswa untuk memiliki tanggung jawab individu dan tanggung jawab dalam kelompok atau pasangannya. Prosedur tersebut telah disusun dan dibentuk sedemikian rupa sehingga dapat memberikan waktu yang lebih banyak kepada siswa untuk dapat berpikir dan merespon yang nantinya akan membangkitkan partisipasi siswa. Pelaksanaan TPS meliputi tiga tahap yaitu Think (berpikir), Pairing (berpasangan), dan Sharing (berbagi). TPS memiliki keistimewaan, yaitu siswa selain bisa mengembangkan kemampuan individunya sendiri, juga bisa mengembangkan kemampuan berkelompoknya serta keterampilan atau kecakapan Sosial.

2. Manfaat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS

Kagan dalam Lie (2007: 58 ) menyatakan manfaat TPS sebagai berikut : a) Para siswa menggunakan waktu yang lebih banyak untuk mengerjakan


(39)

19

tugasnya dan untuk mendengarkan satu sama lain, ketika mereka terlibat dalam kegiatan think pair share lebih banyak siswa yang mengangkat tangan mereka untuk menjawab setelah berlatih dalam pasangannya. Para siswa mungkin mengingat secara lebih seiring penambahan waktu tunggu dan kualitas jawaban mungkin menjadi lebih baik.

b) Para guru juga mempunyai waktu yang lebih banyak untuk berpikir ketika menggunakan Think Pair Share. Mereka dapat berkonsentrasi mendengarkan jawaban siswa, mengamati reaksi siswa, dan mengajukan pertanyaan tingkat tinggi.

Pembelajaran kooperatif tipe TPS akan menciptakan kondisi lingkungan di dalam kelas yang saling mendukung melalui belajar secara kooperatif dalam kelompok kecil, serta diskusi kelompok dalam kelas. Aktivitas pembelajaran kooperatif menekankan pada kesadaran siswa perlu belajar untuk mengaplikasikan pengetahuan, konsep, keterampilan tersebut kepada siswa yang membutuhkan dan setiap siswa merasa senang menyumbangkan pengetahuannya kepada anggota lain dalam kelompoknya. Pembelajaran kooperatif tipe TPS juga memberi siswa waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab, dan saling membantu, satu sama lain

3. Teori Belajar yang Melandasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS

Model pembelajaran kooperatif tipe TPS dilandasi oleh teori belajar

konstruktivisme. Teori konstruktivisme menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan


(40)

20

itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah dan menemukan segala sesuatu untuk dirinya.

Menurut teori konstruktivisme, siswa sebagai pemain dan guru sebagai fasilitator. Guru mendorong siswa untuk mengembangkan potensi secara optimal. Siswa belajar bukanlah menerima paket-paket konsep yang sudah dikemas oleh guru, melainkan siswa sendiri yang mengemasnya. Bagian terpenting dalam teori

konstruktivisme adalah bahwa dalam proses pembelajaran, siswalah yang harus aktif mengembangkan kemampuan mereka, bukan guru atau orang lain. Mereka harus bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya.

4. Komponen Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS

Pembelajaran TPSmempunyai beberapa komponen, antara lain:

a. Think (Berpikir)

Pelaksanaan pembelajaran TPS diawali dan berpikir sendiri mengenai pemecahan suatu masalah. T ahap berpikir menuntut siswa untuk lebih tekun dalam belajar dan aktif mencari referensi agar lebih mudah dalam memecahkan masalah atau soal yang diberikan guru.

b. Pair (berpasangan)

Setelah diawali dengan berpikir, siswa kemudian diminta untuk mendiskusikan hasil pemikirannya berpasangan. Tahap diskusi merupakan tahap menyatukan pendapat masing-masing siswa guna memperdalam pengetahuan mereka. Diskusi dapat mendorong siswa untuk aktif


(41)

21

menyampaikan pendapat dan mendengarkan pendapat orang lain dalam kelompok, serta mampu bekerja sama dengan orang lain.

c. Share (berbagi)

Setelah mendiskusikan hasil pemikirannya, pasangan-pasangan siswa yang ada diminta untuk berbagi hasil pemikiran yang telah dibicarakan bersama pasangannya masing-masing kepada seluruh kelas. Tahap berbagi menuntut siswa untuk mampu mengungkapkan pendapatnya secara bertanggung jawab, serta mampu mempertahankan pendapat yang 4 telah disampaikannya.

5. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS

Menurut Rusman (2011: 98) Langkah-langkah (syntaks) model pembelajaran kooperatif tipe TPS terdiri dan lima langkah, dengan tiga langkah utama sebagai ciri khas yaitu think, pair, dan share. Kegiatan-kegiatan pada tipe TPS digunakan untuk meningkatkan pembelajaran menegaskan manfaat dari sinergi bahwa dua kepala adalah lebih baik daripada satu. Dengan demikian berarti dalam pembelajaran dengan TPS siswa diberikan waktu untuk berfikir secara sendiri, saling membantu satu dengan yang lain dan saling merespon. Kelima tahapan pembelajaran dalam model pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat dilihat pada tabel 2.1. berikut :


(42)

22

Tabel 2.1 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Tahap 1

Pendahuluan

a. Guru menjelaskan aturan main dan batasan waktu untuk tiap kegiatan, memotivasi siswa terlibat pada ak tivitas pemecahan masalah

b. Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai oleh siswa

Tahap 2

Think

a. Guru menggali pengetahuan awal siswa melalui kegiatan demonstrasi

b. Guru memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) kepada seluruh siswa

c. Siswa mengerjakan LKS tersebut secara individu Tahap 3

Pair

a. Siswa dikelompokkan dengan teman sebangkunya b. Siswa berdiskusi dengan pasangannya mengenai

jawaban tugas yang telah dikerjakan Tahap 4

Share

Satu pasang siswa dipanggil secara acak untuk berbagi pendapat kepada seluruh siswa di kelas dengan dipandu oleh guru.

Tahap 5 Penghargaan

Siswa dinilai secara individu dan kelompok Rusman (2011: 98)

Penjelasan dan setiap langkah adalah sebagai berikut: a. Tahap pendahuluan

Awal pembelajaran dimulai dengan penggalian apersepsi sekaligus memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas pembelajaran. Pada tahap ini, guru juga menjelaskan aturan main serta menginformasikan batasan waktu untuk setiap tahap kegiatan.

b. Tahap think (berpikir secara individual)

Proses Think Pair Share dimulai pada saat guru melakukan demonstrasi untuk menggali konsepsi awal siswa. Pada tahap ini, siswa diberi batasan waktu

(―think time‖) oleh guru untuk memikirkan jawabannya secara individual


(43)

23

mempertimbangkan pengetahuan dasar siswa dalam menjawab pertanyaan yang diberikan.

c. Tahap pair (berpasangan dengan teman sebangku)

Pada tahap ini, guru mengelompokkan siswa secara berpasangan. Guru menentukan bahwa pasangan setiap siswa adalah teman sebangkunya. Hal ini dimaksudkan agar siswa tidak pindah mendekati siswa lain yang pintar dan meninggalkan teman sebangkunya. Kemudian, siswa mulai bekerja dengan pasangannya untuk mendiskusikan mengenai jawaban atas permasalahan yang telah diberikan oleh guru. Setiap siswa memiliki kesempatan untuk mendiskusikan berbagai kemungkinan jawaban secara bersama.

d. Tahap share (berbagi jawaban dengan pasangan lain atau seluruh kelas). Pada tahap ini, siswa dapat mempresentasikan jawaban secara perseorangan atau secara kooperatif kepada kelas sebagai keseluruhan kelompok. Setiap anggota dan kelompok dapat memperoleh nilai dan hasil pemikiran mereka.

e. Tahap penghargaan

Siswa mendapat penghargaan berupa nilai baik secara individu maupun kelompok. Nilai individu berdasarkan hasil jawaban pada tahap think,

sedangkan nilai kelompok berdasarkan jawaban pada tahap pair dan share, terutama pada saat presentasi memberikan penjelasan terhadap seluruh kelas.

6. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS

Kelebihan metode TPS adalah:


(44)

24

pertanyaan mengenai materi yang diajarkan karena secara tidak langsung memperoleh contoh pertanyaan yang diajukan oleh guru, serta memperoleh kesempatan untuk memikirkan materi yang diajarkan.

2. Siswa akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat dan pemikiran dengan temannya untuk mendapatkan kesepakatan dalam memecahkan masalah.

3. Siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya dalam kelompok, dimana tiap kelompok hanya terdiri dari 2 orang.

4. Siswa memperoleh kesempatan untuk mempersentasikan hasil diskusinya dengan seluruh siswa sehingga ide yang ada menyebar.

5. Memungkinkan guru untuk lebih banyak memantau siswa dalam proses pembelajaran.

Kelemahan metode TPS adalah:

1. Membutuhkan koordinasi secara bersamaan dari berbagai aktivitas. 2. Membutuhkan perhatian khusus dalam penggunaan ruangan kelas.

3. Peralihan dari seluruh kelas ke kelompok kecil dapat menyita waktu pengajaran yang berharga.

4. Menyusun bahan ajar setiap pertemuan dengan tingkat kesulitan yang sesuai dengan taraf berfikir anak.

F. Kerangka Pikir

Metode pembelajaran yang disarankan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa adalah metode cooperative learning tipe TPS. Dalam penerapan metode TPS menuntut siswa terbiasa menyelesaikan masalah yang diberikan oleh


(45)

25

guru secara mandiri. Dengan menggunakan teknik berpikir secara mandiri, siswa mengeluarkan pengetahuan yang mereka miliki. Hal ini akan membuat siswa belajar dan berupaya memahami pelajaran. Dengan adanya kerjasama dalam kelompok dan menyelesaikan tugas bersama menyebabkan siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran menggunakan model cooperative learning tipe TPS memungkinkan siswa untuk belajar secara kelompok kecil yakni siswa dikelompokkan secara berpasangan. Dalam pekerjaan kelompok, siswa tidak mengandalkan siswa yang memiliki kemampuan akademik tinggi. Hal tersebut dikarenakan siswa dituntut untuk bekerja sama dan menyelesaikan masalah dan bertanggung jawab dalam kelompok kecil.

Belajar menggunakan TPS tersebut memberikan kesempatan siswa untuk bekerja sendiri, kemudian berdiskusi dengan pasangannya. Setelah itu, perwakilan dari kelompok mempresentasikan jawaban hasil diskusi di depan kelas dan ditanggapi oleh siswa di kelas tersebut. Sehingga diharapkan terjadi diskusi yang dapat memperkaya pengalaman belajar siswa. Selain itu, siswa juga akan terbiasa untuk menyampaikan pendapat mereka di depan banyak orang.

Melalui langkah-langkah kegiatan pembelajaran menggunakan model cooperative learning tipe TPS, siswa terbiasa menggunakan pengetahuan awal yang dimilikinya dan memecahkan masalah secara mandiri dan berdiskusi. Dari hasil diskusi pasangan, siswa akan lebih memahami materi pelajaran sehingga dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dan akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode cooperative learning


(46)

26

tipe TPS dapat meningkatkan aktivitas dan berdampak pada hasil belajar yang akan meningkat

G. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:―Apabila

dalam pembelajaran PKn menerapkan model cooperative learning tipe TPS, dengan memperhatikan langkah-langkah secara tepat, maka dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 4 Metro Pusat‖.


(47)

27

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas V SD Negeri 4 Metro Pusat tahun pelajaran 2015/ 2016. Jumlah siswa 26 orang yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Siswa dikelompokkan menjadi 13 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 2 orang siswa.

B. Setting Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan pada siswa kelas V SD Negeri 4 Metro Pusat tahun pelajaran 2015/ 2016. Prosedur penelitian yang digunakan berbentuk siklus (cycle). Penelitian ini dilakukan sebanyak 3 siklus. Dalam setiap siklus terdiri dari empat kegiatan pokok, yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (action), pengamatan (observation) dan reflektif (reflect).

Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran cooperative learning tipe TPS. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini, mengikuti rancangan penelitian model Hopkins dalam Aqib (2009: 31), yang ditunjukkan dalam bagan berikut :


(48)

28

Gambar 3.1. Spiral Tindakan Kelas Model Hopkins dalam Aqib (2009 : 31)

C. Faktor yang Diteliti

Faktor yang diteliti dalam penelitian ini adalah aktivitas dan hasil belajar siswa berupa penguasaan materi (kognitif) belajar siswa, dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe TPS.

D. Langkah-langkah Penelitian

Siklus penelitian tindakan kelas menggunakan prosedur Hopkins dalam Aqib (2009 : 31) yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, evaluasi dan refleksi.

1. Perencanaan

a. Menyusun silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Identifikasi

masalah

Perencanaan

Refleksi Aksi

Observasi

Perencanaan ulang

Refleksi

Observasi


(49)

29

b. Membuat lembar observasi aktivitas siswa untuk melihat aktivitas siswa selama proses pembelajaran.

c. Membuat lembar observasi aktivitas guru untuk melihat tindakan guru peneliti pada saat proses pembelajaran berlangsung.

d. Membuat instrumen evaluasi untuk mengetahui nilai tes hasil belajar yang ingin dicapai pada setiap akhir siklus.

2. Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan yang dilakukan pada pembelajaran dengan model cooperative TPS adalah sebagai berikut :

a. Pendahuluan

Guru menyampaikan masalah tentang kehidupan sehari-hari kepada siswa yang berkaitan dengan materi pelajaran. Hal ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman awal siswa terhadap pelajaran yang akan disampaikan. Selanjutnya guru memberikan motivasi agar siswa bersemangat mengikuti proses pembelajaran. Sebelum memulai pembelajaran guru mengungkapkan tujuan dari pembelajaran yang akan dicapai kepada siswa.

b. Kegiatan Inti

Guru menyajikan masalah yang berhubungan dengan pembelajaran dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang menuntut siswa untuk memikirkan pemecahan masalah tersebut. Setiap siswa menyelesaikan masalah yang disajikan secara mandiri. Setelah itu siswa berdiskusi tentang pemecahan masalah yang disajikan dengan pasangannya dalam


(50)

30

kelompoknya. Jika siswa tidak menyelesaikan masalah secara mandiri maka siswa tersebut tidak dapat melanjutkan untuk berdiskusi dengan pasangannya dalam kelompoknya. Kemudian perwakilan kelompok mempresentasikan di depan kelas sehingga terjadi diskusi antar kelompok. Guru membimbing siswa dalam diskusi keas. Guru menilai setiap aktivitas yang dilakukan oleh siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

c. Penutup

Siswa dengan bimbingan guru membuat kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilakukan sehingga diperoleh suatu pemahaman yang tepat. Setelah itu guru memberikan suatu konsep-konsep penting sesuai dengan tujuan pembelajaran untuk melengkapi konsep awal siswa yang kurang relevan dengan teori yang ada. Kemudian guru memberikan tugas kepada siswa berupa soal-soal latihan agar siswa lebih memahami konsep.

d. Evaluasi

Guru melakukan evaluasi pada setiap siklus untuk mengetahui penguasaan materi yang dimiliki siswa. Adapun sintak pembelajarannya adalah sebagai berikut :


(51)

31

Tabel 3.1. Sintak Pembelajaran dengan cooperative learning Tipe TPS

No Kegiatan Tahapan

1. Persiapan Guru menyusun silabus dan membuat RPP

2. Pendahuluan memotivasi siswa dan menyampaikan indikator

pembelajaran

Guru memberikan motivasi kepada siswa

Guru menyampaikan indikator 3. Kegiatan inti

Tahap 1 Pendahuluan

- Guru menjelaskan aturan main dan batasan waktu untuk tiap kegiatan, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah

- Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai oleh siswa

Tahap 2

Think

- Guru menggali pengetahuan awal siswa melalui kegiatan demonstrasi - Guru memberikan Lembar Kerja

Siswa (LKS) kepada seluruh siswa - Siswa mengerjakan LKS tersebut

secara individu Tahap 3

Pair

- Siswa dikelompokkan dengan teman sebangkunya

- Siswa berdiskusi dengan pasangannya mengenai jawaban tugas yang telah dikerjakan

Tahap 4

Share

Satu pasang siswa dipanggil secara acak untuk berbagi pendapat kepada seluruh siswa di kelas dengan dipandu oleh guru.

Tahap 5 Penghargaan

Siswa dinilai secara individu dan kelompok

4. Kegiatan penutup

1. Memberikan informasi tentang masalah

Guru memberikan informasi yang benar tentang masalah yang disajikan 2. Memberikan tugas/PR Guru memberikan tugas kepada siswa Rusman (2011: 98)

3. Evaluasi

Pada tahap ini dilaksanakan proses evaluasi dari pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan berdasarkan lembar observasi aktivitas siswa, lembar observasi


(52)

32

pengelolaan pembelajaran guru dan penilaian hasil belajar siswa.

4. Refleksi

Hasil evaluasi kegiatan pembelajaran tiap siklus, dianalisis yang kemudian dimanfaatkan sebagai refleksi pembelajaran yang telah dilaksanakan. Refleksi digunakan untuk mengadakan revisi terhadap perencanaan yang telah dilaksanakan dan memperbaiki kinerja guru serta membuat perencanaan untuk siklus selanjutnya.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian adalah menggunakan tes hasil belajar. Agar data yang diperoleh lebih dapat menggambarkan apa yang seharusnya diukur maka instrumen berupa tes hasil belajar perlu digunakan uji validitas dan reliabilitas.

1. Validitas

Arikunto (2010: 211) Sebelum alat ukur yang digunakan perlu diketahui tingkat validitas terlebih dahulu.Sebuah tes dikatakan memiliki validitas bila hasilnya sesuai dengan kriteria, artinya alat ukur dikatakan valid apabila dapat

digunakan untuk mengukur secara tepat. ―Validitas adalah suatu ukuran yang

menunjukkan tingkatan-tingkatan kevalidan dan keshahihan suatu

instrument‖. Untuk mengukur validitas tes dalam penelitian ini digunakan rumus :


(53)

33

Keterangan :

= Validitas yang dicari

∑x = Jumlah skor tiap-tiap item soal

∑x2

= Jumlah kuadrat tiap-tiap item soal

∑y = Jumlah skor total semua item soal

∑y2

= Jumlah kuadrat skor total semua item soal n = Banyaknya jumlah data

Interprestasi koefisien korelasi untuk uji validitas (Arikunto,2012: 89) :

Besarnya r Interprestasi

Antara 0,80 sampai dengan 1,00 Sangat tinggi Antara 0,60 sampai dengan 0,80 Tinggi

Antara 0,40 sampai dengan 0,60 Cukup

Antara 0,20 sampai dengan 0,40 Rendah Antara 0,00 sampai dengan 0,20 Sangat rendah *indikator valid jika koefisien korelasi r ≥ 50

2. Reliabilitas

Arikunto (2010:223) Reliabilitas menyatakan keajegan atau kestabilan dari sebuah instrumen pengambilan data. Untuk mengukur reliabilitas tes dalam penelitian ini menggunakan rumus :

Keterangan:

= Reliabilitas yang dicari

= Jumlah varians skor tiap-tiap item = Varians total


(54)

34

Interprestasi koefisien korelaasi untuk uji reliabilitas (Ruseffendi, 2005:160):

Besarnya r Interprestasi

Antara 0,80 sampai 1,0 Antara 0,60 sampai 0,80 Antara 0,40 sampai 0,60 Antara 0,20 sampai 0,40 Antara 0,00 sampai 0,20

Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah *indikator reliabel pada r ≥ 50

3. Pengujian Instrumen

a) Reliabilitas siklus I, II dan III Siklus I

=

0,62

r = 0,62 ≥ 0,50 maka reliabel

Siklus II

=

0,75

r = 0,75 ≥ 0,50 maka reliabel

Siklus III

=

0,60


(55)

35

b) Validitas siklus I, II dan III No Item Siklus I Ket. Siklus II Ket. Siklus III Ket. Valid Tidak Valid Tidak Valid Tida

k

1 0,65 √ - 0,76 √ - 0,55 √ -

2 0,85 √ - 0,76 √ - 0,63 √ -

3 0,55 √ - 0,88 √ - 0,67 √ -

4 0,77 √ - 0,85 √ - 0,81 √ -

5 0,71 √ - 0,92 √ - 0,76 √ -

F. Data dan Metode Pengambilan Data

1. Data Penelitian

a. Data Kualitatif

1. Data hasil observasi aktivitas siswa selama proses pembelajaran berupa daftar cek list ().

2. Data hasil observasi aktivitas guru peneliti selama proses pembelajaran berupa daftar cek list ().

b. Data Kuantitatif

Data kuantitatif berupa hasil belajar siswa pada aspek kognitif yang diambil setiap akhir siklusnya.

2. Metode Pengambilan Data

a. Metode Pengambilan Data Aktivitas Siswa

Pengumpulan data aktivitas siswa dilakukan dengan memberi tanda

ceklist () pada setiap aspek aktivitas yang dilakukan siswa selama proses


(56)

36

Untuk melihat aktifitas siswa digunakan seperti Tabel 3.2. berikut.

Tabel 3. 2. Data Pengamatan Aktivitas Siswa

No Nama

Aspek Aktivitas yang Diamati

1 2 ………

A b C A b c a B c 1.

2. 3.

Aspek yang diamati yaitu perilaku yang relevan dengan kegiatan pembelajaran antara lain :

1. Interaksi siswa mengikuti Proses Belajar Mengajar (PBM). Indikator :

a. Siswa berdiskusi dengan pasagannya dalam menyelesaikan masalah yang diberikan guru pada fase Pair (berpasangan). b. Siswa berdiskusi dengan kelompok berpasangan lainnya dalam

fase Share (berbagi).

c. Siswa bekerjasama dalam menyelesaikan LKS.

2. Keberanian siswa dalam bertanya dan mengemukakan pendapat. Indikator :

a. Siswa mengemukakan pendapat pada fase Think (berpikir). b. Siswa mengemukakan pendapat pada fase Share (berbagi). c. Siswa bertanya mengenai materi pembelajaran yang belum

dipahami.


(57)

37

Indikator :

a. Siswa melakukan kegiatan demonstrasi/mengamati kegiatan demonstrasi.

b. Siswa mengikuti petunjuk yang diberikan guru.

c. Siswa memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guru.

4. Motivasi dan semangat siswa dalam mengikuti PBM Indikator :

a. Siswa menyelesaikan tugas secara mandiri. b. Siswa berada dalam ruang kelas selama PBM. c. Siswa berantusias dalam mengikuti PBM.

5. Hubungan siswa selama PBM

a. Hubungan siswa dengan siswa dalam satu kelompok berpasangan.

b. Hubungan siswa dengan siswa antar kelompok berpasangan. c. Hubungan siswa dengan guru.

Deskriptor :

4 : jika 3 indikator terlaksana 3 : jika 2 indikator terlaksana 2 : jika 1 indikator terlaksana

1 : jika tidak ada satupun indikator terlaksana

b. Metode Pengambilan Data Pengelolaan Pembelajaran


(58)

38

lembar observasi terfokus yang disesuaikan dengan tahap-tahap pembelajaran dengan model pembelajaran cooperative learning tipe TPS. Kegiatan yang sesuai dengan indikator diberi tanda ceklist (), seperti

pada Tabel 3.3. berikut :

Tabel 3.3 Lembar Observasi Pengelolaan Pembelajaran

No Aspek Yang Diamati Dilakukan Penilaian Ya Tidak 1 2 3 4 1. Persiapan

a. Silabus b. RPP

2. Kegiatan Pendahuluan a. Memotivasi siswa

b. Menyampaikan indikator pembelajaran 3. Kegiatan Inti

a. Membagi siswa dalam kelompok

b. Menyajikan masalah yang berkaitan dengan pembelajaran dalam bentuk LKS c. Fase Think (berpikir) menginstruksikan

siswa untuk menyelesaikan masalah yang disajikan secara individu

d. Fase Pair (berpasangan) menginstruksikan siswa untuk mendiskusikan jawaban dengan pasangan dalam kelompok

e. Fase Share (berbagi) meminta perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.

f. Guru memimpin diskusi pada saat siswa melakukan presentasi

g. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan. 4. Kegiatan Penutup

a. Guru memberikan informasi yang benar tentang masalah yang disajikan

b. Memberikan tugas kepada siswa (PR) c. Tes evaluasi

5. Pengelolaan Waktu Keterangan :

1. Kurang baik 2. Cukup baik 3. Baik


(59)

39

c. Metode Pengambilan Data Hasil Belajar

Data kognitif berupa data hasil belajar PKn siswa yang diambil dari hasil tes formatif siswa pada setiap akhir siklus.

G. Teknik Analisis Data

1. Data Aktivitas Siswa

Data ini diambil dari setiap pertemuan dengan menggunakan lembar observasi terhadap aktivitas siswa. Data aktivitas siswa yang dimunculkan adalah dari perilaku yang relevan dengan pembelajaran.

Tabel 3.4. Data Aktivitas Siswa

No Nama Siswa

Aspek yang Diamati

Skor % Aktivitas

Nilai

Aktivitas Kategori

1 2 …….

1. 2.

…… Jumlah Skor Skor maks Nilai rata-rata

Proses analisis untuk data aktivitas siswa :

a. Skor yang diperoleh dari masing-masing siswa adalah skor dari setiap aspek aktivitas.

b. Presentasi setiap siswa diperoleh dengan rumus :

c. Nilai aktivitas setiap siswa Nilai aktivitas siswa = aktivitas


(60)

40

d. Nilai rata-rata aktivitas siswa diperoleh dengan rumus :

Selanjutnya dalam menentukan kategori aktivitas siswa digunakan pedoman

menurut Memes (2001 : 36) : nilai aktivitas siswa ≥ 75,6 (aktif), jika 59,4 ≤ nilai

aktivitas siswa < 75,6 (cukup aktif), nilai aktivitas siswa < 59,4 (kurang aktif).

2. Data Pengelolaan Pembelajaran Guru

Data aktivitas guru diperoleh dari lembar observasi yang diamati oleh guru mitra terhadap guru peneliti. Pengamatan dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Data pengelolaan pembelajaran dari setiap siklus akan dianalisis seperti tabel 3.5. berikut ini :

Tabel 3.5. Data Pengamatan Pembelajaran Guru

No Aspek yang Diamati Penilaian

1 2 3 4

1. Persiapan

2. Kegiatan Pendahuluan 3. Kegiatan Inti

4. Kegiatan Penutup

5. Pengelolaan Waktu / Kelas Jumlah Keterangan :

1. Kurang baik 3. Baik

2. Cukup baik 4. Sangat Baik

Analisis data dilakukan dengan menghitung presentase ketercapaian dari masing-masing lembar instrument, dengan menggunakan rumus Sudijono(2003 : 13) :


(61)

41

3. Data Hasil Belajar Siswa

Data hasil belajar siswa dibatasi pada aspek kognitif. Data kognitif siswa diambil dengan memberikan tes kepada siswa setiap akhir siklus pembelajaran berupa soal konsep dan aplikasinya yang mewakili tiap-tiap indikator dan kemudian akan dianalisis seperti Tabel 3.6 berikut:

Tabel 3.6. Data Hasil Belajar Siswa

No Nama Nilai Kategori Tuntas/Belum Tuntas

Jumlah Rata-rata

Proses analisis untuk data hasil belajar siswa adalah sebagai berikut : 1. Nilai hasil belajar siswa adalah :

Nilai HB setiap siswa = HB

2. Nilai rata-rata hasil belajar siswa diperoleh dengan rumus :

Selanjutnya dalam menentukan kategori hasil belajar siswa digunakan pedoman

menurut Arikunto (2007: 245) : bila nilai siswa ≥ 66, maka dikategorikan baik. Bila 55 ≤ nilai siswa < 66, maka dikategorikan cukup baik. Bila nilai siswa < 55

maka dikategorikan kurang baik.

Ketuntasan hasil belajar berdasarkan pada Kriteria Ketuntasan Minimum yaitu :

Bila nilai siswa ≥ 60, maka dikategorikan tuntas (T), bila nilai siswa < 60, maka


(62)

42

H. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan penelitian ini adalah adanya peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa yang ditunjukkan dari hasil penguasaan materi dan aktivitas siswa dari siklus ke siklus. Jumlah siswa yang mendapat nilai 60 atau lebih mengalami peningkatan dari siklus ke siklus maka dapat dikatakan proses pembelajaran berhasil. Dengan meningkatnya hasil belajar siswa dari siklus ke siklus berikutnya diharapkan hasil belajar PKn siswa kelas V juga meningkat.


(63)

74

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil tindakan dan refeleksi dari tiap siklus, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Aktivitas siswa dalam pembelajaran cooperative learning menggunakan tipe TPS mengalami peningkatan pada siklus I nilai rata-rata aktivitas siswa sebesar 58,1 tergolong dalam kriteria kurang aktif, pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 15,6% menjadi 73,7tergolong dalam kriteria cukup aktif dan pada siklus III terjadi peningkatan sebesar 6,7% menjadi 80,4 dan tergolong dalam kriteria aktif. Hal ini disebabkan pada pembelajaran

cooperative learning tipe TPS ini banyak melibatkan aktivitas siswa.

2. Rata-rata nilai hasil belajar PKN pada pembelajaran cooperative learning tipe TPS, pada siklus I nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah sebesar 40,6, pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 18,2 % menjadi 58,8 dan pada siklus III mengalami peningkatan sebesar 12,4 % menjadi 71,2. Berdasarkan data hasil peningkatan mengenai hasil belajar siswa yang dinilai oleh guru peneliti, dapat dikatakan bahwa penerapan pembelajaran cooperative learning tipe TPS pada materi peraturan perundang-undangan tingkat pusat dan daerah dapat meningkatkan hasil belajar siswa, hal ini disebabkan pada pembelajaran


(64)

75

cooperative learning tipe TPS ini siswa dapat lebih memahami serta mengerti materi melalui penyelidikan baik itu dari buku pelajaran maupun praktikum yang dilakukan sehingga hasil belajarnya meningkat.

B. Saran

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti memberikan saran sebagai berikut :

1. Guru diharapkan mampu memberikan penjelasan sebelum melaksanakan pembelajaran kepada siswa sehingga siswa mengerti dan memahami maksud pembelajaran cooperative learning tipe TPS agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

2. Materi pembelajaran yang akan digunakan sebaiknya merupakan materi yang sesuai dengan pembelajaran cooperative learning tipe TPS sehingga akan lebih bermanfaat pada saat pembelajaran berlangsung.

3. Guru diharapkan dapat merinci setiap tahap kegiatan pembelajaran dengan pengaturan waktu yang tepat sehingga pembelajaran akan lebih teratur.


(65)

76

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan. Edisi.Revisi IV. Rineka Cipta. Yogyakarta

_________________. 2012 Penelitian Tindakan Kelas. PT Bumi Aksara. Jakarta. Aqib, Zainal. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. untuk : Guru. CV. Yrama Widya.

Bandung.

Budianingsih, A. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta DepDikNas. 2013. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan . BSNP. Jakarta __________. 2013. Pendidikan Kewarganegaraan, Kurikulum dun Silabus

Pendidikan Kewarganegaraan. DepDikNas. Jakarta.

__________. 2013. Pendidikan Kewarganegaraan, Strategi dan Metode Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. DepDikNas. Jakarta

__________. 2013. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pusat Data dan Informasi Pendidikan, Balitbang-Depdiknas. Jakarta

Daylon,M. 1997. Psikologi Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta

Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Psikologi Belajar. PT. Rineka Cipta. Jakarta

Hakim, T. 2005. Belajar Secara Efektif. Rineka Cipta. Jakarta

Hamalik, Oemar. 2001. Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta Lie, Anita. 2007. Cooperative Learning (Mempraktikkan Cooperative Learning di

Ruang-ruang Kelas. Grasindo. Jakarta

Maftuh dan Supiya. 2005. Jurnal Civicus: Implementasi KBK Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Berbagai Konteks. Bandung.

Memes,W.2001. Perbaikan Pembelajaran Topik Kalor di SLTP. Jurnal pendidikan dan pengajaran FKIP Negeri Singaraja. Departemen pendidikan Nasional RI


(66)

77

Mulyasa, E. 2007. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik dan Implementasi. P.T. Remaja Rosdakarya. Bandung

Poerwanti, Endang., Estu Widodo, Masduki, Yuni Pantiwati, Ainur Rofieq dan Dwi Priyo Utomo. 2008. Asesmen Pembelajaran SD. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta

Pranita,T. 2010. Teori Belajar Konstruktivisme. Rineka Cipta. Jakarta

Ruseffendi E T. 2005. Statistika Dasar Untuk Penelitian Pendidikan. Tarsito. Bandung.

Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. PT. Grafindo Persada. Jakarta

Sardiman, A.M, 2004, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Siddiq, M Djauhar., Isniatun Munawaroh dan Sungkono. 2008. Pengembangan Bahan Pengajaran. Depdiknas,Ditjen Dikti. Jakarta

Sudjana, Nana. 2006. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosda Karya.Bandung

Trianto. 2010. Mendesain Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana. Jakarta


(1)

3. Data Hasil Belajar Siswa

Data hasil belajar siswa dibatasi pada aspek kognitif. Data kognitif siswa diambil dengan memberikan tes kepada siswa setiap akhir siklus pembelajaran berupa soal konsep dan aplikasinya yang mewakili tiap-tiap indikator dan kemudian akan dianalisis seperti Tabel 3.6 berikut:

Tabel 3.6. Data Hasil Belajar Siswa

No Nama Nilai Kategori Tuntas/Belum Tuntas

Jumlah Rata-rata

Proses analisis untuk data hasil belajar siswa adalah sebagai berikut : 1. Nilai hasil belajar siswa adalah :

Nilai HB setiap siswa = HB

2. Nilai rata-rata hasil belajar siswa diperoleh dengan rumus :

Selanjutnya dalam menentukan kategori hasil belajar siswa digunakan pedoman

menurut Arikunto (2007: 245) : bila nilai siswa ≥ 66, maka dikategorikan baik. Bila 55 ≤ nilai siswa < 66, maka dikategorikan cukup baik. Bila nilai siswa < 55

maka dikategorikan kurang baik.

Ketuntasan hasil belajar berdasarkan pada Kriteria Ketuntasan Minimum yaitu :

Bila nilai siswa ≥ 60, maka dikategorikan tuntas (T), bila nilai siswa < 60, maka


(2)

dari siklus ke siklus. Jumlah siswa yang mendapat nilai 60 atau lebih mengalami peningkatan dari siklus ke siklus maka dapat dikatakan proses pembelajaran berhasil. Dengan meningkatnya hasil belajar siswa dari siklus ke siklus berikutnya diharapkan hasil belajar PKn siswa kelas V juga meningkat.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil tindakan dan refeleksi dari tiap siklus, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Aktivitas siswa dalam pembelajaran cooperative learning menggunakan tipe TPS mengalami peningkatan pada siklus I nilai rata-rata aktivitas siswa sebesar 58,1 tergolong dalam kriteria kurang aktif, pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 15,6% menjadi 73,7tergolong dalam kriteria cukup aktif dan pada siklus III terjadi peningkatan sebesar 6,7% menjadi 80,4 dan tergolong dalam kriteria aktif. Hal ini disebabkan pada pembelajaran cooperative learning tipe TPS ini banyak melibatkan aktivitas siswa.

2. Rata-rata nilai hasil belajar PKN pada pembelajaran cooperative learning tipe TPS, pada siklus I nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah sebesar 40,6, pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 18,2 % menjadi 58,8 dan pada siklus III mengalami peningkatan sebesar 12,4 % menjadi 71,2. Berdasarkan data hasil peningkatan mengenai hasil belajar siswa yang dinilai oleh guru peneliti, dapat dikatakan bahwa penerapan pembelajaran cooperative learning tipe TPS pada materi peraturan perundang-undangan tingkat pusat dan daerah dapat meningkatkan hasil belajar siswa, hal ini disebabkan pada pembelajaran


(4)

B. Saran

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti memberikan saran sebagai berikut :

1. Guru diharapkan mampu memberikan penjelasan sebelum melaksanakan pembelajaran kepada siswa sehingga siswa mengerti dan memahami maksud pembelajaran cooperative learning tipe TPS agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

2. Materi pembelajaran yang akan digunakan sebaiknya merupakan materi yang sesuai dengan pembelajaran cooperative learning tipe TPS sehingga akan lebih bermanfaat pada saat pembelajaran berlangsung.

3. Guru diharapkan dapat merinci setiap tahap kegiatan pembelajaran dengan pengaturan waktu yang tepat sehingga pembelajaran akan lebih teratur.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan. Edisi.Revisi IV. Rineka Cipta. Yogyakarta

_________________. 2012 Penelitian Tindakan Kelas. PT Bumi Aksara. Jakarta. Aqib, Zainal. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. untuk : Guru. CV. Yrama Widya.

Bandung.

Budianingsih, A. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta DepDikNas. 2013. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan . BSNP. Jakarta __________. 2013. Pendidikan Kewarganegaraan, Kurikulum dun Silabus

Pendidikan Kewarganegaraan. DepDikNas. Jakarta.

__________. 2013. Pendidikan Kewarganegaraan, Strategi dan Metode Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. DepDikNas. Jakarta

__________. 2013. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pusat Data dan Informasi Pendidikan, Balitbang-Depdiknas. Jakarta

Daylon,M. 1997. Psikologi Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta

Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Psikologi Belajar. PT. Rineka Cipta. Jakarta

Hakim, T. 2005. Belajar Secara Efektif. Rineka Cipta. Jakarta

Hamalik, Oemar. 2001. Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta Lie, Anita. 2007. Cooperative Learning (Mempraktikkan Cooperative Learning di

Ruang-ruang Kelas. Grasindo. Jakarta

Maftuh dan Supiya. 2005. Jurnal Civicus: Implementasi KBK Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Berbagai Konteks. Bandung.

Memes,W.2001. Perbaikan Pembelajaran Topik Kalor di SLTP. Jurnal pendidikan dan pengajaran FKIP Negeri Singaraja. Departemen pendidikan Nasional RI


(6)

Dwi Priyo Utomo. 2008. Asesmen Pembelajaran SD. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta

Pranita,T. 2010. Teori Belajar Konstruktivisme. Rineka Cipta. Jakarta

Ruseffendi E T. 2005. Statistika Dasar Untuk Penelitian Pendidikan. Tarsito. Bandung.

Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. PT. Grafindo Persada. Jakarta

Sardiman, A.M, 2004, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Siddiq, M Djauhar., Isniatun Munawaroh dan Sungkono. 2008. Pengembangan Bahan Pengajaran. Depdiknas,Ditjen Dikti. Jakarta

Sudjana, Nana. 2006. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosda Karya.Bandung

Trianto. 2010. Mendesain Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana. Jakarta


Dokumen yang terkait

Perbandingan hasil belajar biologi dengan menggunakan metode pembelajaran cooperative learning tipe group investigation (GI) dan think pair share (TPS)

1 5 152

Peningkatan hasil belajar PKn melalui pendekatan Think-Pair-Share

0 9 153

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 4 METRO UTARA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 7 64

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn PADA SISWA KELAS VA SD NEGERI 7 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2012/ 2013

0 3 61

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) SISWA KELAS VB SD NEGERI 3 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 3 47

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE COURSE REVIEW HORAY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS V B SD NEGERI 10 METRO PUSAT

0 7 78

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn PADA MATERI GLOBALISASI DI KELAS IV SD NEGERI 04 PEGUNDAN PEMALANG

0 2 232

Peningkatan Hasil Belajar Ips Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Thinks Pair Share Pada Siswa Kelas V Mi Manba’ul Falah Kabupaten Bogor

0 8 129

Penerapan Cooperative Learning Tipe Think Pair Share Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV SD Negeri Kalibanteng Kidul 01 Semarang.

0 0 1

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS KELAS V SD MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

0 0 14