Klasifikasi Kenakalan Remaja UPAYA PENANGGULANGAN KENAKALAN REMAJA DALAM

BAB IV UPAYA PENANGGULANGAN KENAKALAN REMAJA DALAM

PERSPEKTIF KRIMINOLOGI

A. Klasifikasi Kenakalan Remaja

Pembagian klasik lainnya sangat populer pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 ialah mengikuti tiga kriteria, yaitu: kebetulan, kadang – kadang dan habitual sebagai kebiasaan, yang menampilkan tingkat penyesuaian dengan titik patah yang tinggi, medium dan rendah. Kenakalan dalam diri seorang anak merupakan perkara yang lazim terjadi. Tidak seorangpun yang tidak melewati tahapfase negatif ini atau sama sekali tidak melakukan perbuatan kenakalan. Masalah ini tidak hanya menimpa beberapa golongan anak remaja di suatu daerah tertentu saja. Keadaan ini terjadi di setiap tempat, lapisan dan kawasan masyarakat. Bentuk kenakalan anak remaja terbagi mengikuti tiga kriteria, yaitu: “Kebetulan, kadang – kadang dan sebagai kebiasaan, yang menampilkan tingkat penyesuaian dengan tingkat titik patahan yang tinggi, medium dan rendah. Klasifisikasi ilmiah lainnya menggunakan penggolongan Tripartite, yaitu: historis, instinktual dan mental. Semua ini dapat saling berkombinasi. Misalnya berkenaan dengan sebab – musabab terjadinya kenakalan instinktual bisa dilihat dari aspek keserakahan, agresivitas, seksualitas, kepecahan keluarga dan anomali – anomali dalam dorongan berkumpul”. 43 43 Kartini Kartono, op.cit, hal. 47 Klasifikasi ini dilengkapi dengan kondisi mental dan hasilnya menampilkan kondisi kenakalan remaja dengan tipe detektif, agresif dan kebetulan; tipe normal, serakah dan habitual dan seterusnya. Universitas Sumatera Utara Predikat normal menampilkan ciri: sempurna, ideal, rata – rata secara statistik, tanpa sindrom – sindrom medis, adekuat serasi, tepat, bisa diterima oleh masyarakat umum, sesuai dengan pola kelompok masyarakat setempat, cocok dengan norma sosial yang berlaku pada saat dan di tempat ini dan ada relasi personal dengan orang lain yang memuaskan. Pribadi normal mempunyai sifat: relatif dekat dengan integrasi jasmani – rohani yang ideal. Kehidupan psikisnya relatif stabil, tidak banyak memendam konflik batin dan tidak berkonflik dengan lingkungan. Batinnya tenang seimbang, badannya selalu merasa kuat serta sehat. Predikat abnormal diterjemahkan dalam pengertian sosio – sosiologis sebagai berikut: sosiopatik, menyimpang secara sosial, maladjusted tak mampu menyesuaikan diri, salah – suai, tingkah lakunya tidak adekuat, tidak dapat diterima oleh umum, tidak sesuai dengan norma – norma sosial yang berlaku. 44 44 Ibid, hal. 47 Pribadi abnormal atau sosiopatik mempunyai ciri: mengalami disintegrasi baik dalam diri sendiri maupun dengan lingkungannya, terisolasi dari hidup bermasyarakat yang normal, selalu didera oleh konflik batin dan selalu berbenturan dengan norma – norma sosial serta hukum formal. Adapun klasifikasi bentuk kenakalan yang dilakukan oleh anak remaja dibeakan beberapa macam, yaitu: 1. Kenakalan biasa 2. Kenakalan yang menjurus pada tingkat kriminal Universitas Sumatera Utara 3. Kenakalan khusus. 45 45 Akirom Syamsudin Meliala dan E. Sumarsono, cetakan pertama, Kenakalan Anak Suatu Tinjauan dari Psikologi dan Hukum, Liberti, Yogyakarta, 1985 Ad. 1 Kenakalan Biasa Kenakalan biasa adalah bentuk kenakalan yang berupa berbohong, pergi keluar rumah tanpa pamit kepada orang tuanya, keluyuran, berkelahi dengan teman, suka bolos, suka menipu, suka terlambat ke sekolah dan membuang sampah sembarangan dan sebagainya. Ad. 2 Kenakalan Yang Menjurus Tingkat Kriminal Adalah suatu bentuk kenakalan anak remaja yang merupakan perbuatan pidan, berupa kenakalan yang meliputi: mencuri, menodong, mencopet, menggugurkan kandungan, membunuh, memperkosa, berjudi, menonton dan mengedarkan film porno atau menggandakannya serta mengedarkan obat – obatan terlarang dan lain sebagainya. Ad. 3 Kenakalan Khusus Kenakalan khusus adalah kenakalan yang diatur dalam undang – ndang pidana khusus, seperti kenakalan di internet cyber crime, kenakalan terhadap HAM. Pembagian kenakalan remaja ialah berdasarkan ciri kepribadian yang defek, yang mendorong mereka menjadi nakal. Anak – anak muda ini pada umunya bersifat pendek pikir, sangat emosional, agresif, tidak mampu mengenal nilai – nilai etis dan cenderung suka menceburkan diri dalam perbuatan yang berbahaya. Hati nurani mereka hampir tidak dapat digugah, beku. Universitas Sumatera Utara Tipe kenakalan remaja menurut struktur kepribadian ini dibagi atas: 46 46 Kartini Kartono, op.cit, hal.49 1. Delinkuensi terisolir. 2. Delinkuensi neurotik. 3. Delinkuensi psikopatik. 4. Delinkuensi defek mental. Ad. 1 Delinkuensi terisolir Kelompok ini merupakan jumlah terbesar dari para kenakalan remaja; merupakan kelompok mayoritas. Pada umumnya mereka tidak menderita kerusakan psikologis. Perbuatan kejahatan mereka disebabkan atau didorong oleh faktor berikut: a. Kejahatan mereka tidak didorong oleh motivasi kecemasan dan konflik batin yang tidak dapat diselasaikan dan motif yang mendalam, akan tetapi lebih banyak dirangsang oleh keinginan meniru, ingin konform dengan gangnya. b. Mereka kebanyakan berasal dari daerah – daerah kota yang transisionalnya sifatnya yang memiliki subkultur – kriminal. Sejak kecil anak melihat adanya gang – gang kriminal, sampai pada suatu saat dia ikut menjadi anggota salah satu kelompok gang tersebut. Didalam gang ini anak merasa diterima, mendapatkan kedudukan terhormat, pengakuan, status sosial dan prestise tertentu. Semua nilai, norma dan kebiasaan kelompoknya dengan subkultur kriminal itu, di opernya dengan serta – merta. Jadi ada proses pengkondisian dan proses different association Universitas Sumatera Utara c. Pada umunya kenakalan remaja tipe ini berasal dari keluarga berantakan, tidak harmonis, tidak konsekuen dan mengalami banyak frustasi. Situasi keluarga dipenuhi dengan konflik hebat diantara sesama anggota keluarga dan ada suasana penolakan oleh orang tua, sehingga anak – anak merasa disiakan serta kesepian. Dalam situasi demikian anak tidak pernah merasakan iklim kehangatan emosional. Kebutuhan elementernya tidak terpenuhi misalnya; tidak pernah merasa aman, harga dirinya terasa diinjak, merasa dilupakan dan ditolak oleh orang tua dan lain – lain. Pendeknya, anak mengalami banyak frustasi dalam lingkungan keluarga sendiri dan mereaksi negatif terhadap tekanan lingkungannya. d. Sebagai jalan keluarnya, anak memuaskan semua kebutuhan dasarnya di tengah lingkungan anak – anak kriminal. Gang kenakalan remaja memberikannya alternatif hidup yang menyenangkan. Mereka akhirnya mengadopsi etik dan kebiasaan gangnya dan dipakai sebagai sarana untuk menyakinkan diri sendiri bahwa dirinya adalah penting, cuku menonjol dan berarti. e. Secara typis mereka dibesarkan dalam keluarga tanpa atau sedikit sekali mendapaykan supervisi dan latihan disiplin yang teratur. Sebagai akibatnya, anak tidak sanggup menginternalisasikan norma hidup normal. Bahkan banyak dari mereka menjadi kebal terhadap nilai kesusilaan, sebaliknya menjadi lebih peka terhadap pengaruh jahat. 47 47 Ibid, hal. 51 Universitas Sumatera Utara Ringkasnya, kenakalan terisisolasi itu mereaksi terhadap tekanan dari lingkungan sosial. Mereka mencari panutan dan sekuritas dari dan di dalam kelompok gangnya, namun pada usia dewasa, mayoritas kenakalan anak – anak remaja tipe terisolir tadi meninggalkan tingkah laku kriminalnya. Lompatan reformatif ini bersifat spontan, yaitu tidak dipengaruhi oleh usaha masyarakat untuk mengubah kebiasaan buruk mereka tampaknya, polah tingkah – laku kenakalan mereka itu merupakan bagian dari proses pendewasaan diri, untuk segera memasuki fase hidup baru dan menyandang perananan sosial baru, lewat proses menjadi lebih dewasa. 48 Pada usia menjelang dewasa tadi, anak delinkuen menyadari bahwa mereka harus meninggalkan menjelang dewasa tadi, anak remaja yang nakal menyadari bahwa mereka harus meninggalkan ayah – ibuh dan lingkungan sendiri. Mereka menginsafi adanya tanggung jawab baru sebagai calon suami, calon ayah dan pencari nafkah bagi keluarga yang akan di binanya. Mereka harus memainkan peranan sosial yang baru yang lebih terhormat dan jelas tidak cocok dengan pola kenakalan remaja seperti yang dianutnya saat sekarang. Karena itu mereka perlu mengubah pola hidup sehari – harinya, meninggalkan pola kriminal untuk menjadi manusia baik. Sampailah ia pada taraf individuasi, saat itu berlangsung kesadaran diri dan pandangan hidup yang lebihb sehat dan imbang. 48 Ibid Universitas Sumatera Utara Ad. 2 Delinkuensi neurotik Pada umumnya anak – anak delinkuen tipe ini menderita gangguan kejiwaan yang cukup serius, antara lain berupa: kecemasan, merasa selalu tidak aman, merasa terancam, tersudut dan terpojok, merasa bersalah atau berdosa dan lain – lain. Ciri – ciri tingkah – laku mereka itu antara lain ialah: 49 49 Ibid, hal. 52 a. Tingkah laku delinkuennya bersumber pada sebab – sebab psikologis yang sangat dalam dan bukan hanya berupa adaptasi pasif menerima norma dan nilai subkultur gangnya yang kriminal itu saja, juga bukan berupa usaha untuk mendapatkan prestise sosial dan simpati dari luar. b. Tingkah – laku kriminal mereka merupakan ekpresi dari konflik batin yang belum terselasaikan. Karena itu tindak kejahatan mereka merupakan alat pelepas bagi seluruh rasa ketakutan, kecemasan dan kebingungan batinnya yang jelas tidak terpikulkan oleh egonya. c. Biasanya, anak remaja yang nakal tipe ini melakukan kejahatan seorang diri dan mempratekkan kjenis kejahatan tertentu; misalnya suka memperkosa lalu membunuh korbannya, kriminal dan sekaligus neurotik. d. Anak nakal neurotik ini banyak yang berasal dari kelas menengah, yaitu dari lingkungan konvensional yang cukup baik kondisi sosial – ekonominya. Namun pada umumnya keluarga mereka mengalami banyak ketegangan emosional yang parah dan orang tuanya biasanya juga neurotik atau psikotik. Universitas Sumatera Utara e. Anak nakal neurotik ini memiliki ego yang lemah dan ada kecenderungan untuk mengisolir diri dari lingkungan orang dewasa atau anak – anak remaja lainnya. f. Motivasi kejahatan mereka berbeda – beda. Misalnya para penyundut api pyromania, suka membakar didorong oleh nafsu ekshibisionistis, anak – anak yang suka membongkar melakukan pembongkaran didorong oleh keinginan melepaskan nafsu seks, dan lain – lain. Ad. 3 Delinkuensi psikopatik Delinkuensi psikopatik ini sedikit jumlanya, akan tetapi dilihat dari kepentingan umum dan segi keamanan, mereka merupakan oknum kriminal yang paling berbahaya. Ciri tingkah laku mereka ialah: a. Hampir seluruh anak nakal psikopatik ini berasal dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang ekstrim, brutal, diliputi banyak pertikaian keluarga, berdisiplin keras namun tidak konsisten dan selalu menyiakan anak – anaknya. Tak sedikit dari mereka berasal dari rumah yatim – piatu. Dalam lingkungan demikian mereka tidak pernah merasakan kehangatan, kasih sayang, dan relasi personal yang akrab dengan orang lain. Sebagai akibatnya, mereka tidak mempunyai kapasitas untuk menumbuhkan afeksi, sedang kehidupan perasaanya pada umumnya menjadi tumpul atau mati. Sebagai akibatnya, mereka tidak mampu menjalin relasi emosional yang akrab atau baik dengan orang lain. 50 50 Ibid, hal. 53 Universitas Sumatera Utara b. Mereka tidak mampu menyadari arti bersalah, berdosa atau melakukan pelanggaran. Karena sering meledak tidak terkendali. c. Bentuk kejahatannya majemuk, tergantung pada suasana hatinya yang kacau tidak dapat terduga – duga. Mereka pada umumnya sangat agresif dan impulsif. d. Mereka selalu gagal dalam menyadari dan menginternalisasikan norma – norma sosial yang umum berlaku. Juga tidak perduli terhadap norma subkultur gangnya sendiri. Ad. 4 Delinkuensi Defek Moral Defek defect, defectus artinya: rusak, tidak lengkap, salah cedera, cacat dan kurang. Delinkuensi defek moral mempunyai ciri: selalu melakukan tindakan sosial atau anti sosial, walaupun pada dirinya pada dirinya tidak terdapat penyimpangan dan gangguan kognitif, namun ada disfungsi pada intelegensinya. Kelemahan dan kegagalan para remaja nakal tipe ini ialah: mereka tidak mampu mengenal dan memahami tingkah laku yang jahat, juga tidak mampu mengendalikan dan mengaturnya. Selalu saja mereka ingin melakukan perbuatan kekerasan, penyerangan dan kejahatan. Relasi kemanusiaannya sangat tergganggu. Sikapnya sangat dingin dan beku, tanpa afeksi perasaan, jadi ada kemiskinan afektif dan sterilitas emosional. Mereka juga selalu berisikap bermusuhan terhadap siapun juga, karena itu mereka selalu melakukan perbuatan kejahatan.. Universitas Sumatera Utara

B. Upaya - Upaya Penanggulangan Kenakalan Remaja