BAB III FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA KENAKALAN REMAJA DI KOTA
MEDAN
A. Perkembangan Kenakalan Remaja
Kenakalan anak remaja tidak dapat dipisahkan dari perkembangan zaman dari era ke era. Sebab setiap zaman memiliki ciri khas yang berbeda dan
memiliki tantangan yang berbeda khususnya kepada generasi mudanya, sehingga anak – anak muda ini bereaksi dengan cara yang khas pula terhadap situasi atau
zaman yang berbeda.
Pada tahun 50 sampai pada 60-an di Indonesia yang menjadi masalah rumit bagi orang muda ialah adaptasi terhadap situasi sosial politik yang baru,
yaitu setelah menjalin kemelut merebut kemerdekaan. Kenakalan anak remaja pada saat itu umumnya berupa penodong sekolah – sekoah untuk mendapatkan
izasah dan penonjolan diri yang berlebihan bak pahlawan kesiangan. Kenakalan remaja pada zaman ini juga berupa keberandalan dan
tindakan kriminal ala anak remaja, menirukan pola – pola perilaku anak – anak muda di luar negeri yang mereka hayati dengan hadirnya film –film impor dan
buku – buku bacaan sadisitis dan buku – buku porno. Adapun faktor – faktor kenakalan mereka adalah karena ketidak
mampuan si anak memanfaatkan waktu kosong dan kurangnya pengendalian terhadap dorongan meniru. Sayangnya yang mereka tiru justru perbuatan yang
tidak terpuji, misalnya: hidup bermalas – malasan dan hidup seperti hippis,
Universitas Sumatera Utara
melakukan tindak kriminal untuk memuaskan ambisi sosial yang semakin meningkat.
Pada tahun 70-an ke atas, kenakalan remaja di kota – kota besar di tanah air sudah menjurus pada kenaklan yang lebih serius, antara lain berupa
tindak kekerasan, penjambretan, penggarongan, perbuatan seksual dalam bentuk perkosaan sampai pada perbuatan pembunuhan dan perbuatan kriminal lain.
Kenakalan dan kenakalan tersebut erat kaitannya dengan makin derasnya arus urbanisasi dan semakin banyaknya jumlah remaja desa berimigrasi
ke daerah perkotaan tanpa jaminan sosial yang mantap, ditambah sulitnya, mencari pekerjaan yang cocok dengan keinginan mereka.
Proses sosial di kota – kota besar mengakibatkan adanya perubahan – perubahan sosial yang ditimbulkan karena berbagai masalah: antara lain masalah
urbanisasi, industrialisasi, kemajuan teknologi yang mengakibatkan adanya mobilitas horisontal dan mobilitas vertikal yang tinggi, sedangkan kesemuanya itu
akan mempertemukan manusia – manusia dari berbagai masyarakat, suku dan bangsa, di kota modern, masing – masing dengan membawa ikatan norma –
normanilai – nilai yang hidup yang saling berbeda ataupun yang bertentangan dengan satu sama lain.
Suasana ini selain menimbulkan culture conflict, juga bisa menimbulkan suasana samarpola dubicus patters of life di mana orang karena
banyaknya norma – normanilai – nilai hidup yang sekaligus berlaku di suatu
Universitas Sumatera Utara
tempat menjadi bingung, sehingga berpegangan pada normanilai – nilai hidup mana yang akhirnya pola hidup menjadi samar – samar.
33
33
Ninik Widiyanti dan Yulias Waskita, cetakan pertama, Kejahatan Dalam Masyarakat dan Pencegahannya, Bina Aksara, Jakarta, 1987, hal. 117
Pada tahun berikutnya kenakalan remaja semakin meluas baik dalam frekuensinya maupun dalam kualitas kenakalannya. Dapat dilihat dari semakin
banyaknya pengedaran dan penggunaan ganja dan narkotika di tengah masyarakat dan memasuki ruang sekolah. Seiring dengan berkembangnya zaman, tidak dapat
kita pungkiri kenakalan remaja pun semakin berkembang. Pada masa sekarang ini yang dikenal dengan masa atau era reformasi dan kebebasan sepertinya membawa
dampak yang nyata dalam perkembangan kenakalan remaja. Masa sekarang ini remaja juga cenderung lebih berani mengutarakan
keinginan hatinya, lebih berani mengutarakan pendapatnya, bahkan akan mempertahankan pendapatnya sekuat mungkin. Sering ditanggapi orang tua
sebagai pembangkangan, remaja tidak ingin diperlakukan seperti anak kecil lagi, mereka lebih senang bergaul dengan kelompok yang dianggapnya sesuai dengan
kesenangannya. Anak juga semakin berani menentang tradisi orang tua yang
dianggapnya kuno dan tidakkurang berguna, maupun peraturan – peraturan yang menurut anak kurang beralasan.Kenakalan remaja yang semula hanya merupakan
masalah lokal di kota – kota besar terutama di Jawa, sekarang berkembang di berbagai kota seluruh Indonesia dan kota – kota kecil di beberapa daerah tertentu.
Universitas Sumatera Utara
Malahan ada kekawatiran bahwa masalah itu sudah memasuki beberapa daerah – daerah pedesaan. Semula hanya dilakukan oleh anak – ank golongan
ekonomi lemah untuk bentuk kenakalan atau kejahatan berlatar belakang ekonomi, sekarang dilkukan oleh anak dari berbagai golongan ekonomi, baik
lemah, menengah dan kuat. Sementara untuk kenakalan atau kejahatan susila, kejahatan dengan
kekerasan dan penyalagunaan narkotika yang semula dilakukan oleh kebanyakan anak – anak golongan ekonomi kuat dan berkedudukan sosial yang tinggi dan
sedang, sekarang telah dilkukan oleh sebagian dari anak golongan ekonomi lemah dan berkedudukan sosial yang rendah.
Kelompok pelaku yang bergerak dalam wadah “gang” semula bersifat monogen, sedang proses perkembangannya menjadi kelompok gang yan g
heterogen. Bahkan perkelahian – perkelahian massal justru sering terjadi pada kelompok anak sekolah.
34
Ada kemungkinan pola – pola lama secara lambat menghilang dan pola baru muncul secara lambat proses desintegrasi lambat. Proses seperti itu tidak
begitu berbahaya karena masih ada kesempatan bernafas. Tetapi sangat dramatis bila pola – pola lama lenyap sebelum pola – pola baru muncul, sehingga
Dengan munculnya pola – pola baru dalam perubahan berarti lenyapnya pola – pola lama. Lenyapnya pola – pola kelakuan tradisional dan
munculnya pola – pola baru menimbulkan ketegangan – ketegangan.
34
Ibid, hal. 118
Universitas Sumatera Utara
masyarakat kehilangan pegangan. Masa transisi seperti itu menimbulkan ketegangan – ketegangan, problema sosial dan neurose.
Dalam masyarakat terdapat social different dan social differen ini membentuk differential organization kelompok yang berbeda, sedang
differential organization menimbulkan differential asscoation memiliki norma tersendiri yang berkemungkinan saling bertentangan. Individu anggota asscoation
yang berlainan merasa asing terhadap norma organisasi sosial yang lain.
35
Steven Box dalam bukunya yang berjudul Deviance, Reality dan Society mengemukakan bahwa ada anak – anak dan remaja yang mempunyai
kemauan untuk melakukan kenakalan tetapi tidak perna terwujud. Untuk mewujudkan keinginan tersebut, ada beberapa hal yang diperlukan yaitu:
Karena samarnya norma, maka sering individu bertindak trial dan error tubrukan. Samarnya norma membuat individu tak memiliki norma yang
seharusnya. Norma lama di buang, sedang norma baru belum ada. Nilai – nilai hidup bergeser tanpa diiringi nilai – nilai baru yang tetap, seakan – akan terjadi
kekosongan nilai – nilai. Kebudayaan sebagai sumber nilai – nilai yang tidak memberi
pegangan, keran norma lama tidak lagi mempunyai kekuatan, sedang norma baru belum ada maka tidak mengherankan timbulnya bentrokan satu sama lain,
bagaikan orang berjalan dalam gelap gulita tanpa lampu.
36
1. Keahlian skills
35
B. Simanjuntak, Latar Belakang Kenakalan Remaja Etiologi Juvenile Delinqency, Alumni, Bandung, 1979, hal. 21
36
Made Darma Weda, Kriminologi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1996, hal. 1
Universitas Sumatera Utara
a. Anak – anak remaja yang mempunyai keinginan untuk melakukan kenaklan, mungkin harus menunda keinginannya mengingat mereka tidak
mempunyai tingkat pengetahuan yang khusus atau keahlian skills. b. Keahlian dalam melakukan kenakalan merupakan proses belajar, yang
diperoleh dari teman – teman sekelompok. Cara – cara mengompas, mengancam, menggunakan senjata tajam merupakan keahliannya yang
harus dipelajari. 2.
Perlengkapan Suplay Seseorang yang mempunyai keinginan untuk melakukan kenakalan akan
mengabaikan keinginannya bila tidak mempunyai perlengkapan yang memadai. Perlengkapan ini tidak mudah diperoleh. Hanya mereka yang
dikenal dan termasuk dalam kelompok yang mudah memperoleh perlengkapan.
3. Adanya dukungan sosial
Anak yang mempunyai keinginan untuk melakukan penyimpangan kenakalan baru dapat melaksanakan keinginannya bila terdapat dukungan
kelompok. Dukungan sosial, yang berbentuk dukungan kelompok sangat penting bagi pelaksanaan kenakalan.
Dengan adanya dukungan kelompok ini segala perbuatan yang akan dilakukan dapat direncanakan dengan baik. Dan yang lebih penting lagi,
dengan dukungan sosial ini akan memperoleh pembenaran dari perbuatan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
4. Para remaja yang mempunyai kemauan dan kemampuan dalam
melaksanakan kenakalan, memerlukan dukungan simbolis sebagai dasar pembenaran dari perbuatan yang dilkukan.
B. Faktor Penyebab Terjadinya Kenakalan Anak Remaja