RELATED INTERESTWRITING, INTENSITY TRAINING, RESOURCES AVAILABILITY WITH THE ABILITY TO WRITE TEXT ARGUMENTATIVE STUDENT EDUCATION DEPARTMENT ENGLISH STAIN JURAI SIWO METRO HUBUNGAN MINAT MENULIS, INTENSITAS LATIHAN, KETERSEDIAAN SUMBER BELAJAR DENGAN KEM

(1)

ii

RELATED INTEREST WRITING, INTENSITY TRAINING, RESOURCES AVAILABILITY WITH THE ABILITY TO WRITE TEXT

ARGUMENTATIVE STUDENT EDUCATION DEPARTMENT ENGLISH STAIN JURAI SIWO METRO

By Yerni

The objective of this research are (1) the relationship with the interest in writing an argumentative writing skills English Education majors STAIN Jurai Siwo Metro, (2) the relationship of exercise intensity with the ability to write an argumentative student majoring in English Education STAIN Jurai Siwo Metro, (3) the relationship Learning Resource Availability with the ability to write argumentative English Education majors STAIN Jurai Siwo Metro, and (4) the relationship of interest in writing and Availability of Learning Resources with the ability to write argumentative English Education majors STAIN Jurai Siwo Metro.

The method used in this research is descriptive quantitative method with a correlation technique. The method used to determine the level of relationship between the independent variable and dependent variable. Data were collected using an instrument that has been established through each variable. Furthermore, the events observed and the sought relation between the elements of one with the other interrelated.

The result of this research shows that (1) there is a positive relationship and significant interest in writing to the student's ability to write an argumentative text STAIN Jurai Siwo Metro with a correlation coefficient of 0.728 or 53.0% (2) there is a positive and significant relationship with exercise intensity argumentative text writing skills of students with STAIN Jurai Siwo Metro correlation coefficient of 0.734 or 53.9%, (3) there is a significant positive relationship and availability of learning resources with the ability to write an argumentative text STAIN Jurai Siwo Metro student with a correlation coefficient of 0.663 or 44.0%, and (4) there is a relationship positive and significant interest in writing, exercise intensity, and the availability of learning resources with the ability to write an argumentative text STAIN Jurai Siwo Metro student with a correlation coefficient of 0.856 or 73.2%. Keywords : interest in writing, exercise intensity, availability of learning resources,


(2)

iii ABSTRAK

HUBUNGAN MINAT MENULIS, INTENSITAS LATIHAN,

KETERSEDIAAN SUMBER BELAJAR DENGAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS ARGUMENTATIF MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN

BAHASA INGGRIS STAIN JURAI SIWO METRO Oleh

Yerni

Penelitian ini bertujuan (1) hubungan minat menulis dengan kemampuan menulis argumentatif mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Inggris STAIN Jurai Siwo Metro, (2) hubungan intensitas latihan dengan kemampuan menulis argumentatif mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Inggris STAIN Jurai Siwo Metro, (3) hubungan Ketersediaan Sumber Belajar dengan kemampuan menulis argumentatif mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Inggris STAIN Jurai Siwo Metro, dan (4) hubungan minat menulis dan Ketersediaan Sumber Belajar dengan kemampuan menulis argumentatif mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Inggris STAIN Jurai Siwo Metro.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif dengan teknik korelasional. Metode tersebut digunakan untuk mengetahui tingkat keeratan hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Data dikumpulkan menggunakan instrumen yang telah ditetapkan melalui masing-masing variabel. Selanjutnya, kejadian-kejadian tersebut dicermati dan dicari hubungannya antara unsur satu dengan yang lainnya yang saling berkaitan.

Hasil penelitian adalah (1) terdapat hubungan yang positif dan signifikan minat menulis dengan kemampuan menulis teks argumentatif mahasiswa STAIN Jurai Siwo Metro dengan koefisien korelasi sebesar 0,728 atau 53,0% (2) terdapat hubungan yang positif dan signifikan intensitas latihan dengan kemampuan menulis teks argumentatif mahasiswa STAIN Jurai Siwo Metro dengan koefisien korelasi sebesar 0,734 atau 53,9%, (3) terdapat hubungan yang positif dan signifikan ketersediaan sumber belajar dengan kemampuan menulis teks argumentatif mahasiswa STAIN Jurai Siwo Metro dengan koefisien korelasi sebesar 0,663 atau 44,0%, dan (4) terdapat hubungan yang positif dan signifikan minat menulis, intensitas latihan, dan ketersediaan sumber belajar dengan kemampuan menulis teks argumentatif mahasiswa STAIN Jurai Siwo Metro dengan koefisien korelasi sebesar 0,856 atau 73,2%.

Kata kunci : minat menulis, intensitas latihan, ketersediaan sumber belajar, dan menulis teks argumentatif


(3)

HUBUNGAN MINAT MENULIS, INTENSITAS LATIHAN,

DAN KETERSEDIAAN SUMBER BELAJAR DENGAN

KEMAMPUAN MENULIS TEKS ARGUMENTATIF

MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

STAIN JURAI SIWO METRO

Oleh

YERNI

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar MAGISTER TEKNOLOGI PENDIDIKAN

Pada

Program Pascasarjana Magister Teknologi Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lampung

PROGRAM PASCASARJANA TEKNOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2014


(4)

(5)

(6)

(7)

MOTO

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kemampuannya. (Al-Quran, 2:286)

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (Al-Quran, Alam Nasyarah: 6)


(8)

x

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan tesis ini kepada:

1. Kedua orang tuaku Amir Apin Sutan Bagindo (Alm.) dan ibunda Masnidar Rasyid yang selalu berdoa untuk keberhasilanku

2. Suamiku Harmon Bahar Rajo Sutan yang selalu mendampingi dan memberi semangat, baik dalam saat suka maupun duka.

3. Anak-anakku tersayang Muhammad Haris, Hanifah Hanum, Ahmad Zaki Hamdani, dan Hasanul Misbah, juga menantuku Dian dan cucuku Nabil yang selalu memberikan cinta dan dorongan agar bisa menyelesaikan pendidikan di S2 Teknologi Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

4. Saudara-saudaraku yang selalu memberi semangat untuk terus menyelesaikan kuliahku.

5. Teman satu angkatan yang tidak dapat disebutkan satu per satu.


(9)

xi

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

ABSTRAK ... ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN TESIS ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

LEMBAR PERNYATAAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

MOTTO ... ... ix

HALAMAN PERSEMBAHAN ... x

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xvi

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah... 7

1.3 Pembatasan Masalah ... 8

1.4 Rumusan Masalah... 9

1.5 Tujuan Penelitian ... 9

1.6 Kegunaan Penelitian ... 10

1.7 Ruang Lingkup ... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA,KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka ... 12

2.1.1 Belajar dan Pembelajaran ... 12

2.1.1.1 Hakikat Belajar dan Pembelajaran ... 12


(10)

xii

2.1.2 Kemampuan Menulis Teks Argumentatif ... 33

2.1.2.1 Pengertian Kemampuan ... 33

2.1.2.2 Hakikat Menulis ... 34

2.1.2.3 Menulis Paragraf ... 38

2.1.2.4 Unsur-unsur Paragraf ... 39

2.1.2.5 Aspek dalam Menulis... 39

2.1.2.6 Teks Argumentatif... 41

2.1.2.7 Ciri-ciri Teks Argumentatif... 44

2.1.3 Minat Menulis ... 46

2.1.4 Intensitas Latihan... 51

2.1.5 Ketersediaan Sumber Belajar ... 54

2.1.5.1 Hakikat Ketersediaan Sumber Belajar ... 55

2.1.5.2 Syarat-syarat dan Manfaat Sumber Belajar... 56

2.1.5.3 Pola Pemanfaatan Sumber Belajar . ... 58

2.1.5.4 Fungsi dan Jenis Sumber Belajar ... 59

2.1.5.5 Perlunya Pemanfaatan Sumber Belajar. ... 61

2.1.5.6 Perkembangan Sumber Belajar. ... 62

2.1.5.7 Peranan Sumber Belajar dan Proses Pembelajaran. ... 64

2.2 Penelitian yang relevan... 67

2.3 Kerangka Pikir ... 74

2.4 Hipotesis ... 79

III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 80

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 81

3.3 Variabel Penelitian ... 81

3.3.1 Kemampuan Menulis Teks Argumentatif ... 82

3.3.2 Minat Menulis... 85


(11)

xiii

3.4 Populasi dan Sampel... 90

3.4.1 Populasi ... 90

3.4.2 Sampel ... ... 90

3.5 Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 91

3.6 Teknik Analisa Data ... 93

VI. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Data Penelitian ... 96

4.1.1 Deskripsi Data Variabel Minat Menulis (X1) ... 96

4.1.2 Deskripsi Data Variabel Intensitas Latihan (X2) ... 98

4.1.3 Deskripsi Data Variabel Ketersediaan Sumber Belajar (X2) 101 4.1.4 Deskripsi Data Variabel Kemampuan Menulis Argumentasi (Y) ... 104

4.2 Pengujian Hipotesis Penelitian ... 118

4.3 Pembahasan ... 133

4.4 Keterbatasan Penelitian ... 152

V. KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN... 158

5.1 Kesimpulan... 158

5.2 Implikasi ... 160

5.3 Saran ... 166

DAFTAR PUSTAKA ... 168

LAMPIRAN... 171


(12)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1. Kemampuan Menulis Argumentasi Mahasiswa... 11

3.1 Kisi-kisi Kemampuan Menulis Argumentasi... 83

3.2 Kriteria Skor Kemampuan Menulis Teks Argumentatif ... 85

3.3 Kisi-kisi Minat Menulis ... 86

3.4 Kisi-kisi Intensitas Latihan ... 87

3.5 Kisi-kisi Ketersediaan Sumber ... 89

3.6 HasilOutput SPSS Versi 17.00untuk Uji Normalitas Variabel Minat Menulis………....….... 97

3.7 HasilOutput SPSS Versi 17.00untuk Uji Normalitas variabel Intensitas latihan………... 98

3.8 HasilOutput SPSS Versi 17.00untuk Uji Normalitas variabel Ketersediaan Sumber Belajar ...………... 99

3.9 HasilOutput SPSS Versi 17.00untuk Uji Normalitas Kemampuan menulis teks argumentatif…….……….…………... 100

3.10 HasilOutput SPSS Versi 17.00untuk Uji Homogenitas Variabel Minat Menulis………...……….. 101

3.11 HasilOutput SPSS Versi 17.00untuk Uji Homogenitas Variabel Intensitas Latihan……….……..…………... 102

3.12 HasilOutput SPSS Versi 17.00untuk Uji Homogenitas Variabel Ketersediaan Sumber Belajar……….……..…………... 103

3.13 HasilOutput SPSS Versi 17.00untuk Uji Homogenitas Kemampuan menulis teks argumentatif …….……….…………... 103


(13)

xv

4.2 Distribusi Frekuensi Skor Intensitas latihan (X2) ... 114 4.3 Distribusi Frekuensi Skor Ketersediaan Sumber Belajar (X3)... 117 4.4 Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan menulis teks argumentatif (Y).. 120 4.5 Uji Signifikansi Regresi Sederhana antara X1dengan Y ………... 123 4.6 Uji Signifikansi Koefisien Korelasi Sederhana antara X1 dengan Y... 124 4.7 Uji Signifikansi Regresi Sederhana antara X2dengan Y ………... 127 4.8 Uji Signifikansi Koefisien Korelasi Sederhana antara X2dengan Y…. 128 4.9 Uji Signifikansi Regresi Sederhana antara X3dengan Y ………... 130 4.10 Uji Signifikansi Koefisien Korelasi Sederhana antara X3dengan Y… 131 4.11 Uji Signifikansi RegresiGanda antara X1 ,X2 ,dan X3 dengan Y .……. 134 4.12 Uji Signifikansi Koefisien Korelasi Sederhana antara X1,X2 dan X3

dengan Y ………..…………..….……. 135 4.13 Urutan Keeratan Hubungan Variabel Penelitian ………... 154


(14)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Instrumen Minat Menulis ... 171

2. Instrumen Intensitas Latihan ... 175

3. Instrumen Ketersediaan Sumber Belajar ... 177

4. Instrumen Menulis Argumentasi ... 180

5. Hasil Uji Validitas Minat Menulis ... 183

6. Hasil Uji Validiata Intensitas Latihan ... 189

7. Hasil Uji Valid Ketersediaan Sumber Belajar ... 192

8. Hasil Uji Reliabel ... 197

9. Data Penelitiyan ... 201

10. Olah Data Persyaratan Uji Hipotesis ... 210


(15)

1.1 Latar Belakang Masalah

Secara umum, pembelajaran mata kuliah bahasa Inggris diarahkan untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa untuk berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulisan. Pembelajaran bahasa dipandang sebagai pembelajaran berkomunikasi dengan orang lain.

Bahasa yang digunakan oleh manusia ditinjau dari segi media pengungkapannya terdiri atas bahasa lisan dan bahasa tulis. Bahasa tulis dilakukan secara tidak langsung antara komunikator dan komunikan karena antara penulis dan pembaca tidak bertemu langsung. Bahasa lisan dilakukan secara langsung dan bisa secara tatap-muka (face to face) dan bisa secara tidak tatap-muka, misalnya komunikasi melalui telepon.

Berbahasa merupakan keterampilan khusus yang kompleks, berkembang dalam diri seseorang secara spontan, tanpa usaha sadar atau instruksi formal, dipakai tanpa memahami asal-usul yang mendasarinya, secara kualitatif sama dalam diri setiap orang, dan berbeda dari kecakapan-kecakapan lain yang sifatnya lebih umum dalam hal memproses informasi atau berperilaku secara cerdas.

Bentuk komunikasi itu ada dua yaitu komunikasi langsung dan komunikasi tidak langsung. Komunikasi langsung meliputi berdiskusi, berpidato dan masih banyak


(16)

2 lagi yang lain. Komunikasi tidak langsung meliputi menulis surat, menulis teks tertentu, dan lain-lain. Semua kegiatan komunikasi tersebut memerlukan bahasa sebagai media yang utama dan terpenting. Oleh karena itu, agar dapat melakukan semuanya itu, kemampuan berbahasa Inggrsi mahasiswa harus terus ditingkatkan. Ada empat aspek keterampilan berbahasa yang harus dikuasai oleh mahasiswa dalam pembelajaran berbahasa. Keempat aspek itu adalah mendengarkan

(listening), berbicara (speaking), membaca (reading), dan menulis (writing).

Keempat keterampulan ini harus diajarkan dengan seimbang agar tujuan pembelajaran bahasa Ingris di perguruan tinggi, Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris dapat tercapai dengan baik.

Kemampuan menulis merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang dalam membuat tulisan. Untuk dapat menulis, seseorang terlebih dahulu harus mengetahui kaidah-kaidah bahasa yang akan ditulisnya sehinga hasil tulisan dapat dipahami orang lain. Selain itu tentunya minat menulis mahasiswa dan ketersediaan sumber belajar juga mempengaruhi kemampuan seseorang untuk dapat menulis. Kemampuan menulis bukanlah semata-mata milik seseorang yang memiliki bakat menulis saja, tetapi dengan latihan yang terus-menerus dan sungguh-sungguh seseorang dapat memilikinya. Demikian pula dalam pembelajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing terutama di perguruan tinggi. Menurut kurikulum Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Jurai Sewo Metro disebutkan bahwa tujuan pembelajaran bahasa Inggris secara umum adalah (1) Mengembangkan kompetensi berkomunikasi dalam bentuk lisan dan tulis untuk mencapai tingkat literasi informational, (2) Memiliki kesadaran tentang


(17)

hakikat dan pentingnya bahasa Inggris untuk meningkatkan daya saing bangsa dalam masyarakat global, dan (3) mengembangkan pemahaman peserta didik tentang keterkaitan antara bahasa dengan budaya.

Pembelajaran bahasa Inggris di perguruan tinggi tidak hanya diarahkan pada aspek kognitif tetapi lebih diarahkan kepada aspek penggunaan. Untuk itu, dalam pembelajaran, dosen perlu menciptakan kondisi belajar yang kondusif agar mahasiswa mampu berbahasa dengan baik dan benar sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.

Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang rumit dan kompleks karena dalam menulis seluruh unsur pengetahuan kebahasaan dilibatkan untuk menghasilkan sebuah karya tulis yang baik. Dalam kegiatan menulis, penulis harus terampil memanfaatkan grafologi, struktur kalimat, dan kosa kata. Keterampilan menulis tidak datang secara otomatis, tetapi harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur. Pendapat Purwadarminta (2003:8) yang mengatakan bahwa pengetahuan mengarang dapat diperoleh dengan belajar dan berlatih.

Pendapat yang dikemukakan oleh Akhadiah (2003:16) menyakatan bahwa menulis merupakan suatu kegiatan produktif dan ekspresif. Pada dasarnya menulis adalah pengungkapan gagasan dalam bentuk tulisan agar dapat dipahami orang lain. Sebagai salah satu bentuk komunikasi verbal, menulis melibatkan unsur penulis sebagai penyampai pesan, pesan atau tulisan, saluran atau medium tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan.


(18)

4 Keterampilan menulis mengandung banyak manfaat diantaranya pengembangan mental, intelektual, dan sosial seseorang. Dengan keterampilan menulis dapat dikembangkan kecerdasan, inisiatif, dan kreativitas seseorang. Selain itu, melalui keterampilan menulis dapat pula ditumbuhkan keberanian, serta merangsang kemauan dan pengetahuan menuangkan informasi.

Satu di antara perkuliahan mata kuliah menulis yang diajarkan di Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris di STAIN Jurai Siwo Metro adalah menulis argumentatif. Perkuliahan menulis argumentatif ini merupakan perkuliahan yang sepertinya mudah, tetapi dalam praktiknya memerlukan keterampilan khusus dan pembiasaan. Lebih lanjut, Akhadiah (2003:16) menyebutkan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan menulis argumentatif mahasiswa, diantaranya memiliki minat menulis, ketesediaan sumber belajar, menguasai diksi atau kosakata, serta terlatih menuangkan ide-ide dalam tulisan secara baik dan benar. Selain itu, model perkuliahan dosen juga ikut menetukan kemampuan menulis mahasiswa.

Kemampuan menulis argumentatif seorang mahasiswa akan baik apabila ia telah memiliki minat yang kuat dalam kegiatan tulis-menulis. Minat tersebut mampu mendorong keinginan mahasiswa untuk mencoba dan berlatih sehingga mampu memiliki kemampuan menulis argumentatif yang baik. Selain itu, ketersediaan sumber belajar juga sangat mempengaruhi proses dan hasil tulisan yang ditulis oleh mahasiswa. Pada umumnya teks argumentatif memang sarat dengan penggunaan pendapat, data, pilihan kata yang tepat dan variatif.


(19)

Hasil prapenelitian melalui wawancara terhadap siswa diperoleh informasi bahwa menulis argumentasi termasuk kategori sulit. Menurut mahasiswa, aspek yang paling sulit adalah aspek organization yaitu keruntutan pengungkapan ide dan kalimat pendukung dalam paragraf dan vocabulary yaitu penggunaan kosa kata yang tepat sesuai dengan isi tulisan. Sedangkan unrur content yaitu isi tulisan merupakan mengembangan dari ide yang diberikan,tatabahasa yaitu penggunaan bahasa, danmechanicyaitu tanda baca, ejaan dan penggunaan huruf kapital. Meskipun banyak manfaatnya kegiatan menulis ternyata tidak banyak orang yang menyukai tulis-menulis, termasuk menulis argumentatif. Di antara penyebabnya karena orang merasa tidak berbakat, serta tidak tahu untuk apa dan bagaimana harus menulis. Selain itu, unsur-unsur teks argumentatif yang harus ditulis apa dan apa kata-kata yang dapat mewakili pikiran yang akan ditulis.

Ketersediaan sumber belajar juga memiliki andil yang sangat besar dalam menunjang kemampuan menulis argumentative mahasiswa. Tersedianya sumber bacaan yang lengkap akan merangsang ide-ide mahasiswa yang dituangkan dalam tulisan. Di zaman yang modern ini sumber internet juga merupakan bagian penting sumber belajar yang membantu mahasiswa meningkatkan kemampuan menulis argumentatif. Dengan berbagai sarana lain yang merupakan sumber belajar akan berdampak positif terhadap kemampuan mahasiswa dalam menulis mahasiswa, termasuk teks argumentatif.

Berdasarkan hasil pengamatan di Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris STAIN Jurai Siwo Metro nilai pada kompetensi menulis argumentatif masih belum memuaskan dan secara klasikal belum mencapai standar minimal yang diharapkan.


(20)

6 Kompetensi yang belum tercapai secara optimal tersebut dirasakan oleh mahasiswa dan dosen. Faktor yang menghambat tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar menulis teks argumentatif mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris STAIN Jurai Siwo Metro ini, antara lain faktor mahasiswa itu sendiri, dosen, materi pelajaran, metode perkuliahan, lingkungan, dan sarana pendukung lainnya.

Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti, di Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris STAIN Jurai Siwo Metro diketahui bahwa perolehan nilai kemampuan menulis argumentatif pada mahasiswa masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil nilai evaluasi yang dilakukan dosen di STAIN Jurai Siwo. Hanya sebagian kecil mahasiswa yang dapat mencapai kompetensi yang diharapkan. Kemampuan menulis teks argumentatif mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris tahun ajaran 2011/2012 tertera pada tabel berikut. Tabel 1.1 Kemampuan Menulis Argumentasi Mahasiswa Jurusan Pendidikan

Bahasa Inggris Tahun Ajran 2011/2012

No Rentang Nilai Jumlah Mahasiswa Persentase

1 > 81 25 12,32

2 71-80 48 23,65

3 61-70 78 38,42

4 < 60 52 25,62

Jumlah 203 100


(21)

Data tersebut menunjukkan bahwa yang mempunyai kemampuan menulis argumentatif sangat baik hanya 25 mahasiswa atau 12,32%. Mahasiswa yang memiliki kemampuan menulis teks argumentatif dalam kategori baik terdapat 48 mahasiswa atau 38,42% yang berarti lebih banyak dibandingkan dengan yang memiliki kemampuan sangat baik. Mahasiswa yang memiliki kemampua sedang sebanyak 78 mahasiswa atau 38,42%. Sedangkan yang memiliki kemampuan kurang terdapat 52 mahasiswa atau 25,62%.

Diduga kurangnya kemampuan menulis argumentatif tersebut karena mahasiswa kurang dapat mengembangkan tulisan karena kurangnya minat dan ketersediaan keterbatasan sumber belajar yang menunjang kemampuan menulis mahasiswa. Minat menulis mahasiswa yang masih rendah sangat menentukan kemampuan menulis argumentatif mahasiswa. Mahasiswa yang tidak memiliki minat dalam menulis, jelas enggan mengikuti perkuliahan menulis dengan baik, termasuk dalam perkuliahan menulis argumentatif.

1.2 Identifiksi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan tersebut, dapat diidentifikasi berbagai masalah sebagai berikut.

1) minat menulis mahasiswa yang masih rendah;

2) penguasan kaidah penulisan siswa yang masih rendah.

3) minimnya sumber belajar yang menunjang perkuliahan menulis argumentatif mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris STAIN Jurai Siwo;


(22)

8 4) rendahnya kemampuan menulis argumentatif mahasiswa Jurusan

Pendidikan Bahasa Inggris STAIN Jurai Siwo;

5) mayoritas mahasiswa tidak memahamiargumentative key; 6) pengeksplorasian isu tidak terstruktur dengan baik; 7) Masih kurang dalam penyajianargumentbantahan; 8) Masih kurang dalam menangkisargumentbantahan; 9) Pemakaianvocabularyyang kurang akurat;

10) Unity(kesatuan) antaraintroductiondanbodymasih kurang;

11) kurangnya latihan menulis argumentatif;

12) semangat mempelajari kemampuan menulis argumentatif yang rendah.

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifiksi permasalahan yang ada di Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris STAIN Jurai Siwo khususnya yang menyangkut kemampuan menulis argumentatif mahasiswa maka peneliti membatasi masalah. Masalah yang diteliti adalah (1) hubungan minat menulis dengan kemampuan menulis argumentatif (2) hubungan intensitas latihan dengan kemampuan menulis argumentatif (3) hubungan ketersediaan sumber belajar dengan kemampuan menulis argumentatif (4) hubungan minat menulis, intensitas latihan, dan ketersediaan sumber belajar dengan kemampuan menulis argumentatif mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris STAIN Jurai Siwo Tahun Ajaran 2012-2013.


(23)

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Adakah hubungan antara minat menulis dengan kemampuan menulis argumentatif mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris STAIN Jurai Siwo Tahun Pelajaran 2012-2013?

2. Adakah hubungan antara intensitas latihan dengan kemampuan menulis argumentatif mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris STAIN Jurai Siwo Tahun Pelajaran 2012-2013?

3. Adakah hubungan antara ketersediaan sumber belajar dengan kemampuan menulis argumentatif mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris STAIN Jurai Siwo Tahun Pelajaran 2012-2013?

4. Adakah hubungan antara minat menulis, intensitas latihan, dan ketersediaan sumber belajar secara bersama-sama dengan kemampuan menulis argumentatif mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris STAIN Jurai Siwo Tahun Pelajaran 2012-2013?

1.5. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menemukan hubungan antara minat menulis, intensitas latihan, dan ketersediaan sumber belajar dengan kemampuan menulis argumentatif mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris STAIN Jurai Siwo.


(24)

10 Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk:

1) Hubungan minat menulis dengan kemampuan menulis argumentatif mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris STAIN Jurai Siwo Metro. 2) Hubungan intensitas latihan dengan kemampuan menulis argumentatif

mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris STAIN Jurai Siwo Metro. 3) Hubungan Ketersediaan Sumber Belajar dengan kemampuan menulis

argumentatif mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris STAIN Jurai Siwo Metro.

4) Hubungan minat menulis dan Ketersediaan Sumber Belajar dengan kemampuan menulis argumentatif mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris STAIN Jurai Siwo Metro.

1.6 Kegunaan Penelitian 1.6.1 Secara Teoritis

Penelitian ini mengembangkan konsep, teori, prinsip dan prosedur Teknologi Pendidikan untuk menguji hubungan minat menulis, intensitas latihan, dan ketersediaan sumber belajar dengan kemampuan menulis argumentatif.

1.6.2 Secara Praktis

Kegunaan hasil penelitian ini secara praktis diharapakan dapat berguna bagi berbagai pihak antara lain:

1. Bagi dosen: sebagai pengembangan strategi perkuliahan, metode pembejaran dalam upaya meningkatakan kemampuan menulis mahasiswa di perguruan tinggi.


(25)

2. Bagi mahasiswa: diharapkan dapat meningkatkan minat belajar, intensitas latihan belajar, dan pemanfaatan sumber belajar untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan menulis sehingga kegiatan perkuliahan berjalan dengan efektif dan efisien yang pada akhirnya dapat meningkatkan kemampuaan menulis mahasiswa.

3. Bagi Perguruan Tinggi: diharapkan dengan melihat hasil penelitian yang diperoleh dapat dijadikan salah satu acuan untuk membantu memberikan solusi pemecahan masalah rendahnya kemampuan menulis teks argumentatif mahasiswa di Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris di STAI Jurai Siwo Metro.

1.7 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup subjek penelitian ini adalah mahasiswa tingkat I semester 1 tahun akademik 2013/2014, Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris STAIN Jurai Siwo Metro yang terdiri atas 5 kelas atau rombongan belajar (rombel) dengan jumlah mahasiswa 203 orang yang merupakan populasi penelitian.


(26)

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

Untuk memperoleh rujukan yang tepat berkaitan dengan penelitian maka dibutuhkan tinjauan pustaka yang relevan. Teori-teori yang mendukung penelitian ini adalah teori belajar dan pembelajaran, kemampuan menulis teks argumentatif, minat menulis, intensitas latihan, dan ketersediaan sumber belajar. Diantara tinjauan pustaka yang relevan adalah belajar dan pembelajaran.

2.1.1 Belajar dan Pembelajaran

Teori yang berkaitan dengan belajar dan pembelajaran meliput dua hal, yaitu (1) hakikat belajar dan pembelajaran; dan (2) Teori Belajar dan Pembelajaran. Hakikat belajar dan pembelajaran ini merupakan dasar dalam pendidikan, termasuk pendidikan di perguruan tinggi. Untuk mencapai proses dan hasil belajar yang optimal, dibutuhkan teori-teori yang mendukung telaksananya proses belajara dan pembelajaran yang baik. Dengan uraian hakikat belajar dan pembelajaran, penelitian akan lebih terarah dan menghasilkan penelitian yang bermanfaat.

2.1.1.1 Hakikat Belajar dan Pembelajaran

Bell-Gredler dalam Winataputra (2007:1.5) menyatakan bahwa belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam


(27)

comptencies, skills, and attitudes. Kemampuan (comptencies), ketrampilan (skills) dan sikap (attitudes) tersebut diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui rangkaian proses belajar sepanjang hayat. Rangkaian proses belajar itu dilakukan dalam bentuk keterlibatannya dalam pendidikan informal, keturutsertaannya dalam pendidikan formal dan/atau pendidikan nonformal. Kemampuan belajar inilah yang membedakan manusia dari mahkluk lainnya

Gagne (2001:3) menyebutkan ”belajar adalah perubahan dalam diri manusia atau kemampuan yang berlangsung selama satu masa waktu dan yang tidak semata-mata disebabkan oleh perubahan pertumbuhan.” Lebih lanjut, Gagne (2001:65) mengemukakan bahwa dalam setiap proses akan selalu terdapat hasil nyata yang dapat diukur dan dinyatakan sebagai hasil belajar (achievement) seseorang. Belajar adalah suatu aktivitas yang melibatkan bukan hanya penguasaan kemampuan akademik baru saja, melainkan juga perkembangan emosional, interaksi sosial dan perkembangan kepribadian.

Jenis perubahan yang dimaksud dalam belajar ini meliputi perubahan tingkah laku setelah individu mendapatkan berbagai pengalaman dalam situasi belajar mengajar yang diberlakukan atasnya. Pengalaman-pengalaman tersebut akan menyebabkan proses perubahan pada diri seseorang. Dengan kata lain, bahwa proses belajar senantiasa merupakan perubahan tingkah laku dan terjadi karena hasil pengalaman yang diperoleh.

Kaitannya dengan belajar tersebut, beberapa ahli mengemukakan prinsip yang berkaitan dengan belajar, yaitu:


(28)

14 (1) belajar pada hakikatnya potensi manusia dan perilakunya;

(2) belajar memerlukan proses dan penahapan serta kematangan diri para mahasiswanya;

(3) belajar akan lebih mantap dan efektif apabila didorong dengan motivasi; (4) perkembangan pengalaman mahasiswa akan banyak mempengaruhi

kemampuan belajarnya.

Prinsip-prinsip tersebut di atas menunjukkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku atau kecakapan manusia. Perubahan tingkah laku ini bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan fisiologis atau perubahan kematangan. Perubahan yang terjadi karena belajar dapat berupa perubahan-perubahan pengetahuan (knowledge), kebiasaan (habit), kecakapan (skill) atau yang terkenal dengan istilah aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik Selanjutnya Winataputra (2007:1.9) menjelaskan bahwa ciri-ciri belajar yaitu memenuhi tiga hal, yaitu : pertama, belajar harus memungkinkan terjadinya perubahan pada diri individu. Kedua, perubahan itu harus merupakan buah dari pengalaman. Ketiga, perubahan tersebut relatif menetap.

Gagne dalam Winataputra (2007:1.9) mengemukakan delapan jenis belajar. Kedelapan jenis belajar tersebut adalah :

1. Belajar Isyarat (Signal Learning)

Belajar melalui isyarat adalah melakukan atau tidak melakukan sesuatu karena adanya tanda atau isyarat.


(29)

2. Belajar Stimulus-Respon (Stimulus-Response Learning)

Belajar stimulus-respon terjadi pada diri individu karena ada rangsangan dari luar.

3. Belajar Rangkaian (Chanining Learning)

Belajar rangkaian terjadi melalui perpaduan berbagai proses stimulus respon (S-R) yang telah dipelajari sebelumnya sehingga melahirkan prilaku yang segera atau spontan seperti konsep merah putih, panas-dingin, ibu-bapak, kaya miskin, dan sebagainya.

4. Belajar Asosiasi Verbal (Verbal Association Learning)

Belajar asosiasi verbal terjadi bila individu telah mengetahui sebutan bentuk dan dapat menangkap makna yang bersifat verbal.

5. Belajar Membedakan (Discrimination Learning)

Belajar diskriminasi terjadi bila individu berhadapan dengan benda, suasana, atau pengalaman yang luas dan mencoba membeda-bedakan hal-hal yang jumlahnya banyak itu.

6. Belajar Konsep (Concept Learning)

Belajar konsep terjadi bila individu menghadapi berbagai fakta atau data yang kemudian ditafsirkan ke dalam suatu pengertian atau makna yang abstrak.

7. Belajar Hukum atau Aturan (Rule Learning)

Belajar aturan/hukum terjadi bila individu menggunakan beberapa rangkaian peristiwa atau perangkat data yang terdahulu atau yang diberikan sebelumnya dan menerapkannya atau menarik kesimpulan dari data tersebut menjadi suatu aturan.


(30)

16 8. Belajar Pemecahan Masalah (Problem Solving Learning)

Belajar pemecahan masalah terjadi bila individu menggunakan berbagai konsep atau prinsip untuk menjawab suatu pertanyaan, misalnya, mengapa harga bahan bakar minyak naik, mengapa minat masuk perguruan tinggi menurun. Proses pemecahan masalah selalu bersegi jamak dan satu sama lain saling berkaitan.

Gagne (2001:35) mengungkapkan bahwa pembelajaran merupakan rangkaian peristiwa (events) yang mempengaruhi pembelajaran sehingga proses belajar dapat berlangsung dengan mudah. Pembelajaran tidak hanya terbatas pada peristiwa-perisiwa yang di lakukan oleh dosen, tetapi mencakup semua peristiwa yang mempunyai pengaruh langsung pada proses belajar yang meliputi: kegiatan-kegiatan yang diturunkan dari bahan-bahan cetak, gambar, program, radio, televisi, film, slide, maupun kombinasi dari bahan-bahan bahan tersebut. Pembelajaran sangat erat hubungannya dengan konsep belajar. Menurut Gagne (2001: 36) belajar didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya akibat suatu pengalaman. Belajar adalah sebuah proses yang terjadi pada manusia dengan berpikir dan bergerak untuk memahami setiap kenyataan yang diinginkannya untuk menghasilkan sebuah perilaku, pengetahuan, atau teknologi atau apapun yang berupa karya dan karsa manusia tersebut. Belajar berarti sebuah pembaharuan menuju pengembangan diri individu agar kehidupannya bisa lebih baik dari sebelumnya. Belajar bisa pula bisa berarti adaptasi terhadap lingkungan dan interaksi seorang manusia dengan lingkungan tersebut.


(31)

Berdasarkan pengertian di atas dapat dibuat kesimpulan bahwa agar terjadi proses belajar atau terjadinya perubahan tingkah laku sebelum kegiatan belajar mengajar di kelas seorang dosen perlu menyiapkan atau merencanakan berbagai pengalaman belajar yang akan diberikan pada mahasiswa dan pengalaman belajar tersebut harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses belajar itu terjadi secara internal dan bersifat pribadi dalam diri mahasiswa agar proses belajar tersebut mengarah pada tercapainya tujuan dalam kurikulum maka dosen harus merencanakan dengan seksama dan sistematis berbagai pengalaman belajar yang memungkinkan perubahan tingkah laku mahasiswa sesuai dengan apa yang diharapkan. Aktivitas dosen untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan proses belajar mahasiswa berlangsung optimal disebut dengan kegiatan pembelajaran.

Pembelajaran adalah proses membuat orang belajar. Dosen bertugas membantu mahasiswa belajar dengan cara memanipulasi lingkungan sehingga mahasiswa dapat belajar dengan mudah, artinya dosen harus mengadakan pemilihan terhadap berbagai strategi pembelajaran yang ada yang paling memungkinkan proses belajar mahasiswa berlangsung optimal. Dalam pembelajaran proses belajar tersebut terjadi secara bertujuan dan terkontrol Tujuan-tujuan pembelajaran telah dirumuskan dalam kurikulum yang berlaku. Peran dosen di sini adalah sebagai pengelola proses pembelajaran tersebut.

Untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik seorang dosen perlu memiliki pengetahuan dan pemahaman berbagai prinsip-prinsip belajar yaitu apapun yang dipelajari mahasiswa maka mahasiswalah yang harus belajar, bukan yang lain.


(32)

18 Untuk itu mahasiswalah yang harus bertindak aktif; setiap mahasiswa akan belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya; seorang mahasiswa akan belajar lebih baik apabila :nemperoleh penguatan langsung pada setiap langkah yang dilakukan selama proses pembelajaranya terjadi; penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang dilakukan mahasiswa akan membuat proses belajar lebih berarti; dan seorang mahasiswa akan lebih meningkat lagi motivasinya untuk belajar apabila diberi tangungjawab serta kepercayaan penuh atas belajarnya.

Dalam pembelajaran, hasil belajar dapat dilihat langsung. Oleh karena itu, agar kemampuan mahasiswa dapat dikontrol dan berkembang semaksimal mungkin dalam proses belajar di kelas maka program pembelajaran tersebut harus dirancang terlebih dahulu oleh para dosen dengan memperhatikan berbagai prinsip-prinsip pembelajaran yang telah diuji keunggulannya. Belajar pada hakikatnya merupakan proses perubahan di dalam kepribadian yang berupa kecakapan, sikap, dan kebiasaan. Perubahan ini bersifat menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Dalam hal ini proses mengajar membantu seseorang di dalam pembelajaran yang merupakan proses perubahan di dalam kemampuan tahapan di dalam mengetahui suatu yang baru dari basil latihan atau pengalaman didapat pada proses pembelajaran baik di dalam kelas maupun di luar kelas yang mana perubahan kemampuan tersebut dapat menetap di dalam diri anak.

Belajar bermakna (meaningfull learning) merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Kebermaknaan belajar sebagai basil dari peristiwa mengajar


(33)

ditandai oleh adanya hubungan antara aspek-aspek, konsep-konsep, informasi atau situasi baru di antara komponen-komponen yang relevan di dalam struktur kognitif mahasiswa. Jadi, proses belajar tidak sekadar menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta belaka, tetapi lebih pada kegiatan menghubungkan konsep-konsep untuk menghasilkan pemahaman yang utuh, sehingga konsep yang dipelajari akan dipahami secara baik dan tidak mudah dilupakan.

Agar terjadi belajar bermakna maka harus selalu berusaha mengetahui dan menggali konsep-konsep yang telah dimiliki mahasiswa dan membantu memadukannya secara harmonis konsep-konsep tersebut dengan pengetahuan baru yang akan diajarkan. Untuk itu, didalam proses pembelajaran harus selalu menghubungkan konsep-konsep yang telah dimiliki mahasiswanya dengan interaksi anak dengan sumber ilmu dengan mencari, menemukan, dan mengkontruksi berbagai pengetahuan yang dimiliki.

Pembelajaran adalah suatu proses interaksi antar anak dengan anak, anak dengan sumber belajar dan anak dengan pendidik. Kegiatan pembelajaran ini akan menjadi bermakna bagi anak jika dilakukan dalam lingkungan yang nyaman dan memberikan rasa aman bagi anak. Proses belajar bersifat individual dan kontekstual, saat proses belajar terjadi dalam diri individu sesuai dengan perkembangannya dan pengaruh lingkungannya.

Dengan demikian, agar terjadi belajar bermakna maka dosen harus selalu berusaha mengetahui dan menggali konsep-konsep yang telah dimiliki mahasiswa dan membantu memadukannya secara harmonis konsep-konsep tersebut dengan pengetahuan baru yang akan diajarkan. Dengan kata lain, belajar akan lebih


(34)

20 bermakna jika anak mengalami langsung yang dipelajarinya dengan mengaktifkan lebih banyak indera daripada hanya mendengarkan.

Berdasarkan pengertian di atas dapat dikatakan bahwa dalam pembelajaran terdapat proses perubahan pengetahuan, keterampilan, dan sikap seseorang. Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pembelajaran walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan dosen mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai menyiratkan adanya interaksi antara dosen dengan peserta didik.

Selain itu, pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan dimana dosen (pengajar) dan murid (pembelajar) berinteraksi, membicarakan suatu bahan atau melakukan suatu aktivitas, guna mencapai tujuan yang dikehendaki. Oemar Hamalik mengartikan pembelajaran sebagai suatu kombinasi yang tersusun, meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur, yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran". Juga dikemukakan bahwa pembelajaran merupakan upaya mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar bagi peserta didik.

Berdasarkan penjelasan di atas pembelajaran merupakan proses pengorganisasian kegiatan belajar dan mengajar dengan cara-cara tertentu yang didasarkan pada prinsip-prinsip pendidikan dan teori belajar. Bagaimana dosen menyusun


(35)

proses pembelajaran yang sistematis sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.

Pembelajaran merupakan kegiatan dan interaksi secara aktif antar mahasiswa, antar mahasiswa dosen dan sumber belajar. Hal ini menunjukkan bahwa dalam mengembangkan potensinya secara optimal melalui belajar, dosen perlu menyediakan berbagai jenis dan tingkatan bantuan dengan memfasilitasi anak/mahasiswa agar dapat memecahkan bahwa kegiatan pembelajaran hendaknya mahasiswa memperoleh kesempatan ujian dengan bahan /materi pembelajaran dan tujuan pembelajaran dengan penekanan penggunaan pendekatan pembelajaran yang disesuaikan karakteristik mahasiswa dan karakteristik mata pelajaran dan hambatan yang dialami didalam proses pembelajaran. Jadi efektivitas pembelajaran dapat diketahui dengan baik jika memperoleh masukan dari diri sendiri, mahasiswa, observasi kelas, rekan sejawat, pimpinan, pengkajian rencana pembelajaran dan hasil belajar mahasiswa.

Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menghasilkan belajar yang bermanfaat dan bertujuan bagi para siswa (mahasiswa) melalui prosedur yang tepat. Ada tujuh indikator yang menunjukkan pembelajaran yang efektif adalah: Pengorganisasian pembelajaran dengan baik; komunikasi secara efektif; penguasaan dan antusiasme dalam pembelajaran; sikap positif terhadap siswa; pemberian ujian dan nilai yang adil; keluwesan dalam pendekatan pembelajaran dan hasil belajar siswa (mahasiswa) yang baik (Miarso,2007:536).

Berdasarkan pendapat Gagne (2001:132) bahwa belajar itu merupakan seperangkat proses yang bersifat internal bagi setiap pribadi (hasil) yang merupakan hasil transformasi rangsangan yang berasal dari peristiwa eksternal di lingkungan pribadi


(36)

22 yang bersangkutan (kondisi). Agar kondisi eksternal itu lebih bermakna sebaiknya diorganisasikan dalam urutan peristiwa pembelajaran (metode/ perlakuan).

Lebih lanjut, Gagne (2001:132) menyebutkan bahwa peristiwa pembelajaran adalah peristiwa dengan urutan sebagai berikut:

1. Menarik perhatian agar siswa siap menerima pelajaran.

2. Memberitahukan tujuan pembelajaran agar siswa tahu apa yang akan diharapkan dalam belajar itu.

3. Merangsang timbulnya ingatan atas ajaran sebelumnya. 4. Presentasi bahan ajaran.

5. Memberikan bimbingan atau pedoman untuk belajar. 6. Membangkitkan timbulnya unjuk kerja ( respon) 7. Memberikan umpan balik atas unjuk kerja.

8. Menilai unjuk kerja dan memperkuat retensi dan transfer pelajaran.

Belajar menurut Slameto (2003: 2), ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Adapun menurut Sardiman (2004: 20) adalah perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan, misalnya membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya.

Sardiman lebih lanjut menjelaskan dalam pengertian luas, belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psiko fisik menuju perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian


(37)

seutuhnya. Secara umum, belajar boleh juga dikatakan juga sebagai suatu interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya, yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep maupun teori.

Belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh perubahan tingkah laku. Jika ia belajar maka sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan dan sebagainya. Suryabrata (1995: 248-249), menyimpulkan belajar adalah hal-hal pokok yang menyangkut sebagai berikut 1) belajar membawa perubahan dalam arti perubahan perilaku, aktual maupun potensial; 2) perubahan itu pada dasarnya didapatkan dari kecakapan baru; 3) perubahan itu terjadi karena usaha dengan sengaja.

2.1.1.2 Teori Belajar dan Pembelajaran

Teori-teori belajar dan pembelajaran yang menjadi rujukan dalam belajar dan pembelajaran didasarkan pendapat-pendapat para ahli. Teori-teori tersebut memiliki andil yang sangat besar dalam meningkatkan proses dan hasil belajar. Diantara teori yang dijadikan acuan dalam belajar dan pembelajaran adalah sebagai berikut.

a. Teori Belajar Connectionisme - Thorndike

Menurut teori belajar ini, belajar pada hewan dan pada manusia pada dasarnya berlangsung menurut prinsip prinsip yang sama. Dasar terjadinya belajar adalah pembentukan asosiasi antara kesan yang ditangkap pancaindra dengan kecenderungan untuk bertindak atau hubungan antara Stimulus dan Respon (S-R),


(38)

24 Oleh karena itulah teori ini juga dinamakan teori Stimulus-respon (Sanjaya, 2007:115). Selain itu Teori Connectionisme Thorndike ini juga dikenal dengan nama “Instrumental Conditioning, karena respon tertentu akan dipilih sebagai instrumen dalam memperoleh reward atau hasil yang memuaskan.

Thorndike dalam Winataputra (2007:2.10) mengemukan tiga dalil tentang belajar,

yaitu “Law of Effect” (dalil sebab-akibat), “Law of exercise (dalillatihan/ pembiasaan), dan “law of readiness” (dalil kesiapan)”. Dalil sebab akibat menyatakan bahwa situasi atau hasil menyenangkan yang diperoleh dari suatu respon akan memperkuat hubungan antara stimulus dan respon atau prilaku yang dimunculkan. Sementara itu, situasi atau hasil yang tidak menyenangkan akan memperlemah hubungan tersebut. Dalil latihan/pembiasaan menyatakan bahwa latihan akan menyempurnakan respon. Pengulangan situasi atau pengalaman akan meningkatkan kemungkinan munculnya respon yang benar. Walaupun demikian, pengulangan situasi yang tidak menyenangkan tidak akan membantu proses belajar.

Dalil kesiapan menyatakan kondisi kondisi yang dianggap mendukung dan tidak mendukung pemunculan respons. Jika mahasiswa suadah siap (sudah belajar sebelumnya) maka ia akan siap untuk memunculkan respon atas dasar stimulus/kebutuhan yang diberikan. Hal ini merupakan kondisi yang menyenangkan bagi mahasiswa dan akan menyempurnakan pemunculan respons. Sebaliknya, jika mahasiswa tidak siap untuk memunculkan respons atas stimulus yang diberikan atau mahasiswa merasa terpaksa memberi respon maka


(39)

mahasiswa mengalami kondisi yang tidak menyenangkan yang dapat memperlemah pemunculan respons.

Di samping hukum-hukum belajar seperti yang telah dikemukan di atas, konsep penting dari teori belajar koneksionisme Thorndike adalah yang dinamakan

transfer of training. Konsep ini menjelaskan bahwa apa yang pernah dipelajari

oleh anak sekarang harus dapat digunakan untuk hal lain di masa yang akan datang (Sanjaya, 2007:117). Selain itu, berdasarkan hasil penelitian penelitian yang telah dilakukan, Thorndike dalam Winataputra (2007:2.10) menyimpulkan tentang proses belajar tertentu terhadap proses belajar berikutnya, yang dikenal dengan proses transfer of learning atau perampatan proses belajar. Thorndike mengemukakan bahwa latihan yang dilakukan dan proses belajar yang terjadi dalam mempelajari suatu konsep akan membantu penguasaan atau proses belajar seseorang terhadap konsep lain yang sejenis atau mirip (associative shifting). b. Teori Contiguity-Edwin R. Guthrie

Edwin Guthrie mengemukakan Teori Contiguty yang memandang bahwa belajar merupakan kaitan asosiatif antara stimulus tertentu dan respon tertentu. Selanjutnya Guthrie berpendirian bahwa hubungan antara stimulus dengan respon merupakan faktor kritis dalam belajar. Oleh karena itu, diperlukan pemberian stimulus yang sering agar hubungan menjadi lebih langgeng. Selain itu, suatu respon akan lebih kuat (dan bahkan menjadi kebiasaan) apabila respon tersebut berhubungan dengan berbagai macam stimulus (Hamzah, 2011:8)

Dalil Guthrie yang pertama tentang proses belajar adalah kombinasi stimulus yang diikuti dengan suatu gerakan, pada saat pengulangan berikutnya cenderung diikuti


(40)

26 lagi oleh gerakan tersebut. Dalil yang kedua menyatakan bahwa pola stimulus mempunyai korelasi dan atau keterkaitan yang tinggi dengan respons yang ditimbulkan pertama kali (Winataputra, 2007:2.22).

Guthrie dalam Hamzah (2006: 9) mengemukakan bahwa hukuman memegang peranan penting dalam proses belajar. Menurutnya suatu hukuman yang diberikan pada saat yang tepat, akan mampu mengubah kebiasaan seseorang. Selain itu Guthrie dalam Winataputra (2006:2.22) menyatakan bahwa motivasi mempengaruhi belajar secara tidak langsung, yang terlihat melalui penyebab atau alasan individu melakukan sesuatu (merespon). Sedangkan Reward atau penghargaan/pujian menurut Guthrie merupakan prinsip yang sekunder.

c. Teori Belajar Piaget

Piaget adalah pengembang teori belajar konstruktivistik. Piaget dalam Sanjaya (2007:123) berpendapat bahwa pada dasarnya setiap individu sejak kecil memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Pengetahuan yang dikonstruksi oleh anak sebagai subyek, maka akan menjadi pengetahuan yang bermakna; sedangkan pengetahuan yang hanya diperoleh melalui proses pemberitahuan tidak akan menjadi pengetahuan yang bermakna. Pengetahuan tersebut hanya untuk diingat sementara setelah itu dilupakan .

Selanjutnya dalam proses belajar Piaget dalam Hamzah (2006:10) mengemukakan bahwa proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan, yakni (1) asimilasi, (2) akomodasi, dan (3) equilibrasi (penyeimbang). Proses asimilasi adalah penyatuan (pengintegrasian) informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada dalam benak mahasiswa. Akomodasi adalah penyesuaian struktur kognitif ke


(41)

dalam situasi yang baru. Equilibrasi adalah penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi

Selanjutnya proses belajar menurut Piaget harus disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif mahasiswa yang terbagi ke dalam empat tahap, yaitu (1) tahap sensori-motor (ketika anak berumur 1,5 tahun sampai 2 tahun), tahap era pra-operasional (2/3 sampai 7/8 tahun), tahap operasional konkret (7/8 samapi 12/14 tahun) dan tahap operasional formal (14 tahun atau lebih)

d. Teori Belajar Bruner

Bruner dalam teorinya yang disebut free discovery learning, menyatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika dosen memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk menemukan suatu aturan (termasuk konsep, teori, defenisi, dan sebagainya) melalui contoh-contoh yang menggambarkan (mewakili) aturan yang menjadi sumbernya (Hamzah, 2006:12).

Menurut Bruner pada dasarnya belajar merupakan proses kognitif yang terjadi dalam diri seseorang. Ada tiga proses kognitif yang terjadi dalam belajar, yaitu (1) proses peroleh informasi baru, (2) proses mentransformasikan informasi yang diterima, dan (3) menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan. Perolehan informasi baru dapat terjadi melalui kegiatan membaca, mendengarkan penjelasan dosen mengenani materi yang diajarkan atau mendengar/melihat audiovisual, dan lain-lain. Informasi ini mungkin bersifat penghalusan dari informasi sebelumnya yang telah dimiliki atau informasi itu bersifat berlawanan (berbeda) dengan informasi yang sudah dimiliki. Sedangkan proses transformasi pengetahuan merupakan suatu proses bagaimana kita memperlakukan pengetahuan yang sudah


(42)

28 diterima agar sesuai dengan kebutuhan. Informasi yang diterima dianalisis, diproses, atau diubah menjadi konsep yang lebih abstrak agar suatu saat dapat dimanfaatkan. Transformasi pengetahuan ini dapat terjadi dengan cara ekstrapolasi, yaitu mengubah daalam bentuk lain yang diperlukan. Proses ini akan lebih baik bila mendapat bimbingan dari dosen. Tahap selanjutnya adalah menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan atau informasi yang telah diterima, agar dapat bermanfaat untuk memecahkan masalah yang dihadapi mahasiswa dalam kehidupan sehari-hari (Winataputra, 2007:3.13).

Selanjutnya Bruner mengemukakan bahwa, pada dasarnya setiap individu pada waktu mengalami atau mengenal peristiwa yang ada di dalam lingkungannya dapat menemukan cara untuk menyatakan kembali peristiwa tersebut di dalam pikirannya, yaitu suatu model mental tentang peristiwa yang dialaminya. Lebih lanjut Bruner dalam Djamarah, 2002: 67 menyebutkan bahwa proses belajar yang terbagi menjadi tiga tahapan, yakni:

(1) Tahap enaktif; dalam tahap ini peserta didik di dalam belajarnya menggunakan atau memanipulasi obyek-obyek secara langsung.

(2) Tahap ikonik; pada tahap ini menyatakan bahwa kegiatan anak-anak mulai menyangkut mental yang merupakan gambaran dari obyek-obyek. Dalam tahap ini, peserta didik tidak memanipulasi langsung obyek-obyek, melainkan sudah dapat memanipulasi dengan menggunakan gambaran dari obyek. Pengetahuan disajikan oleh sekumpulan gambar-gambar yang mewakili suatu konsep.


(43)

(3) Tahap simbolik;tahap ini anak memanipulasi simbol-simbol secara langsung dan tidak ada lagi kaitannya dengan objek-objek. Anak mencapai transisi dari pengguanan penyajian ikonik ke penggunaan penyajian simbolik yang didasarkan pada sistem berpikir abstrak dan lebih fleksibel. Dalam penyajian suatu pengetahuan akan dihubungkan dengan sejumlah informasi yang dapat disimpan dalam pikiran dan diproses untuk mencapai pemahaman.

e. Teori Pembelajaran Reigeluth

Reigeluth dan rekannya di Indiana University pada tahun 1970-an memperkenalkan teori elaborasi. Teori elaborasi adalah teori mengenai desain pembelajaran dengan dasar argumen bahwa pelajaran harus diorganisasikan dari materi yang sederhana menuju pada harapan yang kompleks dengan mengembangkan pemahaman pada konteks yang lebih bermakna sehingga berkembang menjadi ide-ide yang terintegrasi. Konsep ini memiliki tiga kata kunci yang fokus pada urutan elaborasi konsep, elaborasi teori, dan penyederhanaan kondisi.

Pembelajaran dimulai dari konsep sederhana dan pekerjaan yang mudah. Bagaimana mengajarkan secara menyeluruh dan mendalam, serta menerapkan prinsip agar menjadi lebih rinci. Prinsipnya harus menggunakan topik dengan pendekatan spiral. Sejumlah konsep dan tahapan belajar harus dibagi dalam

“episode belajar”. Selanjutnya mahasiswa memilih konsep, prinsip, atau versi pekerjaan yang dielaborasi atau dipelajari.

Pendekatan elaborasi berkembang sejalan dengan tumbuhnya perubahan paradigma pembelajaran yang berpusat pada dosen menjadi berpusat pada


(44)

30 mahasiswa sebagai kebutuhan baru dalam menerapkan langkah-langkah pembelajaran. Dari pikiran Reigeluth lahirlah desain yang bertujuan membantu penyeleksian dan pengurutan materi yang dapat meningkatkan pecapaian tujuan. Para pendukung teori ini juga menekankan pentingnya fungsi-fungsi motivator, analogi, ringkasan, dan sintesis yang membantu meningkatkan efektivitas belajar. Teori ini pun memberikan perhatian pada aspek kognitif yang kompleks dan pembelajaran psikomotor. Ide dasarnya adalah mahasiswa perlu mengembangkan makna kontekstual dalam urutan pengetahuan dan keterampilan yang berasimilasi. Menurut Reigeluth (2001), teori elaborasi mengandung beberapa nilai lebih, seperti di bawah ini :

1. Terdapat urutan pembelajaran yang mencakup keseluruhan sehingga memungkinkan untuk meningkatkan motivasi dan kebermaknaan.

2. Memberi kemungkinan kepada pelajar untuk mengarungi berbagai hal dan memutuskan urutan proses belajar sesuai dengan keinginannya.

3. Memfasilitasi pelajar dalam mengembangkan proses pembelajaran dengan cepat.

4. Mengintegrasikan berbagai variabel pendekatan sesuai dengan desain teori.

f. Teori Pembelajaran Gagne

Dalam teorinya, Gagne mengemukakan delapan fase dalam suatu tindakan belajar. Fase-fase itu merupakan kejadian-kejadian eksternal yang dapat distruktur oleh mahasiswa. Kedelapan fese yang dimaksud adalah sebagai berikut:


(45)

1. Fase Motivasi

Mahasiswa (yang belajar) harus diberi motivasi untuk belajar dengan harapan, bahwa belajar akan memperoleh hadiah. Misalnya, mahasiswa-mahasiswa dapat mengharapkan bahwa informasi akan memenuhi keingintahuan merekatentang suatu pokok bahasan, akan berguna bagi mereka atau dapat menolong mereka untuk memperoleh angka yang lebih baik.

2. Fase Pengenalan

Mahasiswa harus memberi perhatian pada bagian-bagian yang esensial dari suatu kajian instruksional, jika belajar akan terjadi. Misalnya, mahasiswa memperhatikan aspek-aspek yang relevan tentang apa yang dikatakan dosen, atau tentang gagasan-gagasan utama dalam buku teks.

3. Fase Perolehan

Bila mahasiswa memperhatikan informasi yang relevan, maka ia telah siap untuk menerima pelajaran. Informasi tidak langsung terserap dalam memori ketika disajikan, informasi itu di ubah kedalam bentuk yang bermakna yang dihubungkan dengan materi yang telah ada dalam memori mahasiswa.

5. Fase Retensi

Informasi baru yang diperoleh harus dipindahkan dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang. Ini dapat terjadi melalui pengulangan kembali (rehearsal), praktek (practice), elaborasi atau lain-lainnya.

6. Fase Pemanggilan

Mungkin saja kita dapat kehilangan hubungan dengan informasi dalam memori jangka-panjang. Jadi bagian penting dalam belajar adalah belajar memperoleh


(46)

32 hubungan dengan apa yang telah dipelajari, untuk memangil informasi yang telah dipelajari sebelumnya.

7. Fase Generalisasi

Biasanya informasi itu kurang nilainya jika tidak dapat diterapkan di luar konteks dimana informasi itu dipelajari. Jadi, generalisasiatau transfer informasi pada situasi-situasi baru merupakan fase kritis dalam belajar. Transfer dapat ditolong dengan memintapara mahasiswa untuk menggunakan informasi dalam keadaan baru.

8. Fase Penampilan

Mahasiswa harus memperhatikan bahwa mereka telah belajar sesuatu melalui penampilan yang tampak.

9. Fase Umpan Balik

Para mahasiswa memperoleh umpan balik tentang penampilan mereka yang menunjukkan apakah mereka telah atau belum mengerti tentang apa yang diajarkan.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar perubahan dalam diri manusia atau kemampuan yang berlangsung selama satu masa waktu dan yang tidak semata-mata disebabkan oleh perubahan pertumbuhan. Dalam setiap proses akan selalu terdapat hasil nyata yang dapat diukur dan dinyatakan sebagai hasil belajar (achievement) seseorang.


(47)

Belajar dan pembelajaran juga didukung oleh teori-teori belajar dan pembelajaran. Teori-teori belajar tersebut sebenarnya saling mendukung sehingga sangat berguna untuk membuat suatu sentesis terhadap penelitian ini.

2.1.2 Kemampuan Menulis Teks Argumentatif

Kemampuan menulis teks argumentatif merupakan kemampuan yang bersifat ekspresif. Hal-hal yang akan diuraikan dalam kemampuan teks argumentatif ini adalah (1) pengertian kemampuan, (2) hakikat menulis, (3) menulis paragraf, (4) unsur-unsur paragraf, (5) aspek dalam menulis, (6) teks argumentatif, dan (7) ciri-ciri teks argumentatif.

2.1.2.1 Pengertian Kemampuan

Secara singkat kemampuan adalah kesanggupan menggunakan bahasa dan menyampaikan informasi atau pesan tertentu dalam keadaan tertentu. Menurut Tarigan (2008:11) kemampuan diistilahkan dengan kompetensi. Kompetensi adalah pengetahuan yang dimiliki pemakai bahasa tentang bahasanya. Kemampuan merupakan kesanggupan atau kecakapan serta pengetahuan. Artinya, seseorang dikatakan memiliki kemampuan apabila orang tersebut sanggup mengunakan apa yang dimiliki.

Kemampuan adalah kesanggupan untuk menggunakan unsur-unsur bahasa untuk menyampaikan maksud atau pesan tertentu dalam keadaan yang sesuai (Nababan, 2004:11). Hal ini berarti seseorang dikatakan memiliki kemampuan jika ia dapat menggunakan unsur-unsur bahasa untuk menyampaikan gagasan, pikiran, atau perasaan baik secara lisan maupun tertulis, baik dalam keadaan formal atau tidak formal. Unsur-unsur bahasa yang dimaksud, yaitu huruf dan fonem, morfem, kata,


(48)

34 frase, klausa, kalimat, paragraf, dan wacana. Huruf dan fonem terdiri atas vokal dan konsonan. Morfem terdiri atas morfem bebas dan morfem terikat. Morfem terikat dapat berupa terikat morfologis dan morfem terikat secara sintaksis.

Nurgiantoro (2010:66) mengatakan bahwa kemampuan yang menjadi tujuan pendidikan terbagi dalam tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ranah kognitif adalah segala macam kemampuan yang dimiliki seseorang menyangkut kemampuan intelektual atau sering juga disebut kecerdasan pikiran. Ranah afektif adalah melihat kemampuan seseorang dari berbagai segi menyangkut hal-hal yang berkenaan dengan minat, bakat, dan sikap. Sedangkan ranah psikomotrik lebih menyangkut pada kemampuan motorik seseorang.

Pendapat di atas menyebutkan bahwa kemampuan merupakan sesuatu yang mampu dilakukan mahasiswa. Penguasaan mahasiswa tersebut dapat berupa hal-hal yang bersifat pengetahuan, pemahaman, aplikasi atau penerapan, analisis, sistensis, dan evaluasi.

Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah merupakan kesanggupan pengungkapan pesan atau ide, pikiran, pengetahuan, ilmu dan pengalaman ke dalam bahasa yang jelas sehingga bisa dipahami oleh orang lain, baik ranah kognitif, afektif, maupun psikomotorik.

2.1.2.2 Hakikat Menulis

Menulis pada hakikatnya adalah mengarang yakni memberi bentuk kepada segala sesuatu yang dipikirkan, melalui pikiran, segala sesuatu yang dirasakan, berupa


(49)

rangkaian kata, khususnya kata tertulis yang disusun sebaik-baiknya sehingga dapat dipahami dan dipetik manfaatnya dengan mudah oleh orang yang membacanya. Penulis biasanya menuangkan apa yang ada di pikirannya dengan melibatkan perhatian para pembacanya.

Menurut Sokolik dalam Linse and Nunan (2006: 83), menulis adalah kombinasi antara proses dan produk. Prosesnya yaitu pada saat mengumpulkan ide-ide sehingga tercipta tulisan yang dapat terbaca oleh para pembaca yang merupakan produk dari kegiatan yang dilakukan oleh penulis.

Kemampuan menulis menuntut seorang penulis untuk mampu menggunakan pola-pola bahasa secara tertulis untuk mengungkapkan suatu gagasan atau pesan dan kemampuan mengorganisasi wacana dalam bentuk karangan. Selain iu, pemilihan gaya bahasa yang tepat menentukan kemampuan menulis seseorang. Pemilihan kata juga merupakan faktor yang penting yang berfungsi sebagai pembentuk wacana dalam teks yang akan dikembangkan.

Pendapat yang sama dinyatakan oleh Hyland dalam Richard (2003:23) bahwa ”Learning to write in a second language was mainly seen to write developing

linguistic and lexical knowledge as well as familiarity with the syntactic patterns

and cohesive devicesthat form the building block of text”.

Lebih detail Nunan (2003:1) menyatakan :

”Writing process is a creative act of construction that seems to begin with

nothing (blank page) and ends with coherent structures that expresses feelings, emotion, attitude, prejudices and value (the full range of human


(50)

36 Proses menulis adalah penekanan terletak pada keseimbangan antara proses dan produk. Produk merupakan tujuan penulis dan juga merupakan alasan melalui proses pra-menulis, konsep revisi, dan tahap editing. Dengan mengikuti langkah-langkah yang jelas mahasiswa diharapkan dapat menghasilkan tulisan yang berkualitas.

Kegiatan menulis merupakan suatu proses dimana harus melalui beberapa tahap, yaitu tahap pra-penulisan, tahap penulisan, tahap perbaikan, dan tahap editing. Tahap pra-penulisan adalah tahap berpikir sebelum menuliskan sesuatu. Tahap ini meliputi memahami alasan menulis, pemilihan subjek yang diminati, memperdalam subjek sehingga mendekati hal yang benar-benar diinginkan. Setelah memperdalam subjek, penulis mengumpulkan ide-ide. Satu hal dalam tahap ini adalah perlu dipertimbangkannya calon pembaca yang akan membaca tulisan tersebut. Calon pembaca adalah suatu konsep yang penting untuk dapat memprediksi siapa pembaca tulisannya nanti. Untuk dapat berkomunikasi melalui tulisan, penulis harus memahami untuk mahasiswa, anak laki-laki, anak perempuan, untuk orang tua, atau bahkan tulisan tersebut adalah untuk ilmuwan. Dengan memahami calon pembacanya, penulis akan memutuskan pola bahasa yang akan digunakan dalam tulisannya sehingga pembacanya akan mudah memahaminya.

Tahap yang kedua adalah tahap penulisan. Pada tahap ini penulis mulai untuk mengorganisasi semua ide-ide yang ada kedalam kesatuan tulisan yang saling berkaitan. Ada tiga hal yang dilakukan dalam tahap ini, yaitu memulai dan mengakhiri tulisan dengan jelas, menuliskan suatu pernyataan atau suatu pendapat


(51)

dengan jelas, dan menuliskan kalimat-kalimat dengan lancar. Unsur koherensi dan kohesi antarparagraf harus diperhatikan. Dengan melakukan tiga hal tersebut diharapkan tulisan yang dihasilkan akan dapat menjelaskan sesuatu kepada para pembacanya.

Tulisan yang berkualitas juga memiliki arti bahwa tulisan tersebut menggunakan pola pendahuluan, isi, dan kesimpulan. Pendahuluan dimulai dengan tulisan yang menarik pembaca untuk mau membaca. Pendahuluan ini bertujuan untuk memberikan ide pokok kepada pembaca sehingga mereka lebih mudah dalam memahami suatu tulisan. Untuk bagian isi dari suatu tulisan bertujuan untuk menyatakan topik yang ingin disampaikan oleh penulis yang disertai dengan contoh dan gambaran dari topik tulisan tersebut.

Bagian terakhir dari suatu tulisan adalah kesimpulan. Bagian ini adalah menyimpulkan hal-hal yang telah ditulis di bagian pendahuluan dan isi dengan tanpa ada pengulangan kalimat yang sama. Selain itu, di bagian ini juga berisi tentang saran-saran dan perkiraan-perkiraan yang ingin disampaikan oleh penulis. Di bagian akhir ini, penulis memiliki kesempatan untuk mengecek kembali tulisannya.

Tahap ketiga adalah tahap perbaikan. Pada tahap ini seorang penulis dapat memberikan tambahan-tambahan berupa ide dan hal-hal yang spesifik. Selain itu, penulis dapat menggunakan fakta-fakta, gambaran fisik, dan pengalaman yang dapat meningkatkan ide pokok. Di sinilah penulis berkesempatan untuk berpikir bagaimana membuat tulisannya lebih menarik pembaca untuk membaca. Di dalam tahap ini pula, penulis dapat mengecek ulang apakah sudah tercapai tujuan dari


(52)

38 suatu tulisan yang akan disampaikan oleh pembaca dengan contoh-contoh yang telah diberikan. Pada tahap perbaikan ini, seorang penulis dapat melakukan sendiri ataupun dengan rekan sejawatnya atau teman. Untuk perbaikan dengan rekan sejawat akan lebih efektif karena teman sejawat atau teman adalah orang lain atau bisa disebut dengan pembaca dari tulisan tersebut. Meskipun demikian, bukan berarti semua masukan atau saran dari teman tersebut harus dilaksanakan, tetapi dapat dipertimbangkan untuk kesempurnaan suatu tulisan.

Tahap yang terakhir dari suatu tahap penulisan yaitu tahap keempat yang disebut dengan tahap editing, seorang penulis dapat membaca kembali, mengubah dan memperkuat tulisannya dengan mempertimbangkan kebutuhan dari calon pembacanya dan mempertimbangkan tujuan dari penulisan tersebut. Selain dua pertimbangan diatas, penulis juga dapat mengecek tata bahasa dengan mengurangi kesalahan tata bahasa, kosakata maupun kesalahan susunan kalimat.

2.1.2.3 Menulis Paragraf (Teks)

Paragraf merupakan bagian yang sangat mendasar dalam menulis dimana pengembangan kalimat untuk membentuk ide pokok. Wishon (2002:71) menyatakan :

”paragraph is like composition; it has unifying central idea (topic idea)an

organizing pattern that develops the idea with concrete details, connecting words that interrelate ideas and a final sentence that brings the paragraph top a clear


(53)

2.1.2.4 Unsur-unsur dalam Paragraf Didalam Paragraf terdapat 4 unsur:

1. Unity

Paragraf yang unity adalah paragraf yang berhubungan dengan topik dan mengembangkan ide yang ada.

2. Coherence

Paragraf yang coherence adalah paragaraf yang susunan kalimatnya tersusun secara logis mudah dibaca dan dimengerti.

3. Completeness

Paragraf dikatakan completeness bila paragraf itu mendukung topik kalimat dan melihat paragraf sebelumnya.

Dapat disimpulkan bahwa paragraf yang baik adalah paragraf yang tidak terlepas dari temanya, tersusun dengan baik, saling berkaitan dengan paragraf sebelumnya dan mudah dimengerti oleh pembacanya.

2.1.2.5 Aspek dalam Menulis

Pada proses pembelajaran menulis, ada beberapa aspek yang harus dipahami untuk menghasilkan tulisan yang baik. Menurut Jacob (2004: 90) ada 5 aspek dalam menulis:

1. Content(isi)

Isi sebuah paragraf harus mengembangkan ide utama.

2. Organization(pengorganisasian dalam tulisan)

Tulisan langsung menjelaskan inti permasalahan dan tidak berbelit-belit. Perpindahan pembahasan dari satu masalah ke masalah lain berlangsung


(54)

40 secara mulus tanpa menimbulkan kesenjangan. Tiap kalimat dapat mendukung ide utama paragraf. Setiap menambahkan kalimat baru, kalimat tersebut masih mendukung kalimat sebelumnya.

3. Tata bahasa (ketepatan penggunaan bahasa)

Penulisan dalam kalimat harus benar secara susunanya (correct

grammatical)

4. Vocabulary(kosakata)

Pemilihan kosakata harus sesuai dengan isi Paragraf

5. Mechanic

Dalam penulisan harus memperhatikan spelling (ejaan), punctuation

(tanda baca) dancapitalization(penandaan huruf besar dan kecil) Di bawah ini adalah contoh paragraf yang mengandung 5 aspek:

“Kim andSandra were doing their homework from school. They had to make

a cloth puppet and a paper house. At noon, Kim and Sandra left their room to have lunch in the dining room. While they were busily aeting and chatting, their brother Alex and Tim sneaked into bedroom. They took the puppets and hide them behind the wardrobe. After lunch, Kim and Sandra could not find the pupets anywhere. They searched everywhere, but still the puppets were missing. Meanwhile Alex and Tim were playing outside. Kim and Sandra cried, because they would not able to hand in their puppets in the next day. In the morning, Tim remembered that they had not returned the puppets to

the girls. “Here are the pupets. ‘I’m sorry we hid themyesterday “Tim said. Grandma was very angry, “don’t ever do that again! “sha said. Kim and

Sandra handed in their puppets and paper house to their teacher, and they got very good marks. Starting from that time, Alex and Tim promised not to do the same thing to others because they realized it could make trouble.

(Depdiknas, 2005:8) Contoh di atas terdapat lima aspek dalam menulis, yang pertama adanya topik kalimat (topic sentence) yang akan dikembangkan yaitu “Kim and Sandra were

doing their homework from school”. Ide utamanya (main idea) adalah “The


(55)

Yang kedua tidak berbelit-belit, ini berarti paragraf itu menceritakan apa yang terjadi, kemudian cerita berikutnya tersusun dengan secara kronologi. Dimulai dengan “Kim and Sandra were doing homework from school.“They had to make

a cloth puppet and a paper house” kemudian timbul permasalahan, “Their

brother took the puppets and hid them behind the wardrobe”. Diakhiri dengan “Kim and Sandra handed their puppets and paper house to their techer, and they

got very good mark.

Ketiga, kosakata yang dipilih sesuai dengan isi paragraf dan komunikatif sehingga memudahkan pembaca. Misalnya, “sneaked, searched, cried,returned, busily...” Keempat, ketepatan dalam menyusun kalimat (grammatically correct) dan mudah untuk dimengerti, misalnya, “While they were busily eating and chatting, their

brother Alex and Tim sneaked into the bedroom”.

Yang terakhir adalah ketepatan dalam menggunakan tanda baca dan ejaan yang benar, misalnya, puppet (p-u-p-p-e-t-s), nama orang dengan huruf besar, seperti Kim and Sandra.

2.1.2.6 Teks Argumentatif

Argumentasi berarti ada perbedaan tentang satu topik. Metode ini memuat pernyataan secara umum dan dorongan untuk menggiring kepada konkulusi umum secara logis dengan menyodorkan sekumpulan fakta

Menurut Oshima (2006: 142) an argumentative essay isi an which you agree or disagree with an issue, using reasons to support your opinion. Your goal is to convince your reader that your opinion is right. Argumentation is a popular kind


(56)

42

of essay question because it forces student to think on their own: They have to take a stand on an issue, support their stand with solid reasons, and support their reasons with solid evidence.

Argumentasiwriting dibangun dan disusun denganstatemen(premis utama) yang dapat diberdebatkan tentang yang dipelajari. Dengan kata lain pusat dari argumentasi writing adalah adanya statemen yang bisa saja pembaca tidak setuju. Tulisan anda sangat membutuhkan satu statemen untuk meyakinkan pembaca anda untuk percaya.

Dalam argumentasi wraiting ada statemen yang dapat dibantah oleh pembaca, ketika menulis argumentasi writing anda bertujuan untuk membuat pembaca anda setuju dengan statemen anda yang dapat didebat (debatable statements) contohnya adalah Men are better drivers than women, Engineering students do not need to

take a lot English courses.

Menurut Keraf (1984: 115) “argumentasi adalah jenis retorika yang berusaha

unutk mempengaruhi sikap dan pendapat pembaca agar para pembaca percaya atau yakin akan kebenaran objek yang dijadikan topik.” Argumentasi bersifat

membuktikan sesuatu kebenaran dari sesuatu yang meragukan atau suatu

pertentangan.” Untuk itu semakin banyak fakta yang dipergunakan, semakin kuat

pula kebenaran dicapai terhadap objek yang dijadikan topik.

Menurut Finoza (2008: 243) “tujuan utama karangan argumentasi adalah untuk

meyakinkan pembaca agar menerima atau mengambil suatu doktrin, sikap, dan


(57)

Syarat utama untuk mengarang karangan argumentasi adalah penulisannya harus terampil dalam bernalar dan menyusun ide yang logis. Karangan argumatasi memiliki ciri: 1) mengemukakan alasan atau bantahan sedemikian rupa dengan tujuan mempengaruhi keyakinan pembaca agar meneyetujuinya; 2) mengusahakan pemecahan suatu masalah; dan mendiskusikan suatu persoalan tanpa perlu mencapai satu penyelesaian.

Lebih lanjut, Oshima (2006: 143) mengungkapkan bahwa there are several ways to organize an argumentative essay, can use a block pattern or a point-by-point patern.

Block Pattern

I. Introduktion

Explanation of the issue thesis statement II. Body

Block 1

A. Summary of other side’s arguments

B. Rebuttal to the firs argument C. Rebuttal to the second argument D. Rebuttal to the third argument

Block 2 A. Your firs argument B. Your second argument C. Your third argument

III. Conclusion-may include a summary of your poin of view

Point-by-Poin Pattern

I. Introduktion

Explanation of the issue, including a summary of the other side’s argument

Thesis statement II. Body

A. Statement of the other side’s firs arguments and rebuttal with your own

counterargument.

B. Statement of the other side’s firs arguments and rebuttal with your own

counterargument.

C. Statement of the other side’s firs arguments and rebuttal with your own counterargument.


(58)

44 2.1.2.7 Ciri-Ciri Teks Argumentasi

Teks argumentasi adalah tulisan yang paling sukar bila dibandingkan dengan bentuk-bentuk karangan lain. Dikatakan lebih sukar karena pengarang dituntut mampu mengemukakan argumentasi (alasan), bukti atau contoh yang dapat meyakinkan sehingga pembaca terpengaruh dan membenarkan alasan, pendapat, sikap, dan keya-kinan si pengarang. Untuk mengetahui lebih jelas tentang karangan argumentasi, maka perlu diketahui ciri-cirinya.

Dalam teks argumentasi, penulis memberikan argumentasi atau pendapat (opinion) mereka. Argumentasi/opinion adalah perasaan individu (personal feeling) . Fakta adalah perihal kebenaran. Kebanyakan penulisan menggunakan keduanya (fakta dan pendapat). Tatkala kita bicara tentang pendapat, biasanya kalimat dimulai dengan frasa berikut: I think, I do not think, I believe, In my view,

In my opinion( Zemach & Islam, 2005: 42)

Adapun ciri-ciri teks argumentasi menurut Natia (1994 : 40-41) adalah sebagai berikut :

(1) Teks argumentasi menjelaskan pendapat, gagasan, ide, dan keyakinan penulis kepada pembaca.

(2) Teks argumentasi menarik perhatian pembaca pada persoalan yang dikemukakan.

(3) Teks argumentasi meyakinkan pembaca.

(4) Teks argumentasi memerlukan analisis dan sintesis.

(5) Teks argumentasi menggunakan fakta atau data yang berupa angka, pe-ta, statistik, gambar, dan sebagainya.

(6) Teks argumentasi menyimpulkan data yang telah diuraikan pada pemba-hasan sebelumnya.


(1)

165

ketersediaan sumber belajar yang tinggi maka mahasiswa terbantu dan terdorong untuk melakukan latihan dan pembelajaran, yang pada akhirnya mahasiswa.mampu meningkatkan kemampuan menulis teks argumentatif

Keempat, untuk meningkatkan kemampuan menulis teks argumentatif mahasiswa STAIN Jurai Siwo Metro, dosen dan pihak jurusan Pendidikan Bahasa Inggris harus meningkatkan minat menulis, intensitas latihan, dan ketersediaan sumber belajar secara bersama-sama. Variabel-variabel tersebut berkaitan erat dan mendukung terjadinya peningkatan kemampuan mahasiswa dalam menulis teks argumentatif.

Berbagai pihak yang terkait dengan jurusan Pendidikan Bahasa Inggris sebagai pihak yang bertanggung jawab terhadap kemampuan menulis teks argumentatif mahasiswa STAIN Jurai Siwo Metro, harus berusaha untuk meningkatkan minat menulis mahasiswa dengan berbagai cara. Dosen dan pimpinan jurusan harus meningkatkan intensitas latihan sehingga mahasiswa termotivasi untuk meningkatkan kualitas pembelajarannya. Mahasiswa yang telah memiliki minat menulis yang tinggi akan mampu memperoleh kemampuan menulis teks argumentatif dengan baik juga. Akhirnya, apabila mahasiswa telah baik dalam ketersediaan sumber belajar, karena telah dilakukan intensitas latihan dengan intensif dan minat menulis yang tinggi, kemampuan menulis teks argumentatif mahasiswa STAIN Jurai Siwo Metro pun akan meningkat.


(2)

5.3 Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dalam penelitian ini, beberapa saran di utarakan sebagai berikut :

5.3.1 Bagi Mahasiswa

1) Mahasiswa hendaknya berusaha meningkatkan minat menulis, terutama yang berkaitan (1) ketertarikan mahasiswa terhadap kegiatan menulis; (2) respon dan tanggapan mahasiswa terhadap kegiatan menulis; (3) keinginan mahasiswa menulis.

2) Mahasiswa hendaknya senantiasa melakukan latihan yang intensif dengan dosen atau teman senior dalam meningkatkan intensitas latihan, terutama yang berkaitan dengan menulis teks argumentatif.

3) Mahasiswa hendaknya meningkatkan ketersediaan sumber belajar dengan berbagai upaya terutama dalam perkuliahn dan pembelajaran sehingga mampu meningkatkan kemampuan menulis teks argumentatif mahasiswa.

5.3.2 Bagi Dosen

1) Dosen diharapkan senantiasa memberikan bimbingan, arahan, dan pembinaan dalam rangka meningkatkan minat menulis mahasiswanya. 2) Dosen hendaknya lebih meningkatkan kualitas pembelajaran dan tindak

lanjut intensitas latihan sehingga mahasiswa mampu menulis teks argumentatif.

3) Dosen hendaknya membantu dan mengkondisikan sumber belajar yang terkait langsung atau tidak langsung dengan pembelajaran menulis teks


(3)

167

argumentatif sehingga mampu menfasilitasi dan memberikan akses kepada mahasiswa untuk meningkatkan kemampuan menulisnya.

5.3.3 Bagi Peneliti

1) Peneliti yang tertarik dengan bidang kajian ini agar memperhatikan dan melibatkan faktor-faktor lain yang mungkin diprediksi dapat memperjelas kemampuan menulis teks argumentatif mahasiswa STAIN Jurai Siwo Metro.

2) Peneliti mengembangkan instrumen yang berkaitan dengan kemampuan menulis teks argumentatif mahasiswa, minat menulis, intensitas latihan, dan ketersediaan sumber belajar yang lebih banyak sehingga mampu membuat kesimpulan yang lebih komprehensif.


(4)

Akhadiah, Sabarti. 2003.Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga

Arikunto, Suharsimi.2006.Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arsyad, Azhar. 2002.Media Pengajara.Jakarta: Raja Grafindo Pesada.

Brian, John and J.B Heaton. 2002.Writing English Language Test. USA: Longman.. Buzan, Tony. 2007.Buku Pintar Mind Map. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama Candrasa, Meitasari. 2000. Membina Hasrat Belajar di Sekolah. Bandung: Remaja

Karya.

Depdiknas. 2004.Pedoman Merancang Sumber Belajar. Jakarta: Balai Pustaka. Djaali, Puji Mulyono,dan Ramly.2000. Penelitian dalam Pendidikan. Jakarta: IKIP

Jakarta.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002.Psikologi Belajar.Jakarta:Rineka Cipta

Finoza, Lamudin. 2006.Kemahiran Berbahasa Indonesia untuk Mahasiswa Nonjurusan Bahasa.Jakarta: Mawar Gempita.

Gagne, R.M. 2001.Kondisi Belajar dan Teori Pembelajaran. The Condition of Learning and Teory. Penerjemah Munandar. Jakarta: Puliuta.

Gie, The Liang. 2002.Cara Belajar Yang Efisien. Yogyakarta. Liberty.

Hamzah B. Uno. 2011. Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang Pendidikan.Jakarta: Bumi aksara

Jacob, Holly L. 2004.English Composition program: Testing ESL Composition A Practical Approach. London: Newbury House Publiser Inc.

Jabrohim, dkk. 2001.Cara Menulis Kreatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar


(5)

169 Laird, Dugan. 2002. Aproach to Training and Development. Addison: Wesley

Publishing Company.

Linse Caroline T. 2009. Practice English Language Teaching Young Learner. America: Mc Graw Hill.

Mahmud, Dimyati. 2000. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: BPFE.

McCarter, Sam and Norman Whithy. 2001. Improving Your IELTS Writing Skill. New York: Macmillan Publishing Co.Inc

Miarso,Yusuf Hadi.2007.Menyemai Benih Teknologi Pendidikan,Jakarta. Kencana Moekijat. 2003.Evaluasi Pelatihan Dalam Rangka Peningkatan Produktivitas.

Bandung: Mandar Maju.

Muchdi, Supai. 2005.Menumbuhkan Budaya Menulis. Jakarta :Gramedia.

Mudhofir.2002.Prinsip-prinsipPengelolaan Pusat Sumber Belajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nunan, David. 2003.Practical English language Teaching.Singapore: Mc Graw Hill,

Nurgiantoro, Burhan.2010.Penilaian dalam Penhgajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.Yogyakartta: BPFE.

Nurgiantoro, Burhan dkk. 2009. Statistik Terapan Untuk Penelitihan Ilmu-Ilmu Sosial. Yogyakarta:Gadjah Mada University Perss.

Oshima, Alice & Ann Hague. 2006. Writing Academic English 4thEdition. Logman Academic Writing Seies. Pieson.

Pardiono. 2007.Teaching Genre-Based Writing : Metode Mengajar Writing Berbasis Genre Secara efektif.Yogyakarta.

Poerwadarminta, W.J.S. 2003.Pembelajaran Menulis. Jakarta: Balai Pustaka Reilly, R. R. And Lewis, E.L. 2003.Educational Psycology Applications for

Classroom Learning and Intruction. New York: Macmillan Publishing Co.Inc Regeluth, C.M. 2002.Instructional Design Theories and Models: An Overview of

Their Current Status. Englewood Cliffs New Jersey: Lawrence Earlbaum Associates

Rosyadi, A.Rahmat. 2008.Menjadi Penulis Profesional itu Mudah.Bogor: Ghalia Indonesia.


(6)

Sadiman, Arief, dkk. 2006. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya.Jakarta: Rajawali Grasindo.

Sagala, Saiful. 2007.Konsep dan Makna Pembelajaran.Bandung: Alfabeta. Sanjaya, Wina. 2007.Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan.Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sardiman, A.M. 2004.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: RajaGrafindo Persada

Seels, Barbara B., and Richey, Rita C. 1994.Teknologi Pembelajaran; Definisi dan Kawasannya.Jakarta: Penerbitan Universitas Negeri Jakarta.

Suadi, Arief. 2007.Mengarang & Menulis.Yogyakarta: FE UGM.

Sudirman,A M. 2005. Interaksi dan Motivasi Belajar dan Mengajar. Jakarta: Raja Grafika Persada.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sukardi, Dewa Ketur. 2002.Belajar dan Pembelajaran II. UNS Press.

Suparno dan Muhammad Yunus. 2008. Ketrampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas trerbuka.

Sutardhi,SD.2001. ”Pemanfaatan Alam Sekitar Sebagai Sumber Belajar Anak”. Analisis Pendidikan. Depdikbud.Jakarta.

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Underwood, Mary .2000 .Teaching and Learning. New York: Cambrige. Winkel, S.W. 2006.Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo

Winaputra, Udin S. 2007.Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

Wishon, George; Burks, Julia M. (2002).Le’s write English. American Book Company, New York.