Layanan Pendidikan Khusus dalam Bentuk Intervensi

87 tugas rumah untuk MAW sama dengan tugas rumah yang diberikan untuk siswa lain. Peneliti : “PR yang diberikan untuk kamu sama apa tidak dengan PR untuk teman-teman yang lain?” MAW : “Podho wae.” Peneliti : “Ibu SS pernah apa tidak memberi PR tapi soal yang untuk kamu beda dengan teman-teman?” MAW : “Ngga, PR e podho terus kog.” Sabtu, 18 April 2015 Berikut kutipan wawancara dengan MAZ. Peneliti : “Tugas rumah untuk MAW sama tidak dengan tugas rumah untuk siswa lain?” MAZ : “Sama aja .” Peneliti : “Guru pernah memberikan tugas rumah yang berbeda untuk MAW apa tidak?” MAZ : “Ngga. Kalo ngasih soal sama terus.” Sabtu, 18 April 2015 Berdasarkan wawancara dengan MAW dan MAZ, diketahui bahwa guru selalu memberikan tugas rumah yang sama dengan siswa lain. Guru belum pernah memberikan tugas rumah yang secara khusus hanya diberikan untuk MAW. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa guru tidak membedakan tugas rumah untuk MAW. Tugas rumah yang diberikan untuk MAW sama dengan tugas rumah untuk siswa lain.

3. Layanan Pendidikan Khusus dalam Bentuk Intervensi

a. Latihan Keterampilan Sosial

Penelitian terkait latihan keterampilan sosial ditekankan pada pembentukan kelompok belajar. Berdasarkan observasi, guru pernah melakukan pembentukan kelompok satu kali pada saat observasi ke 88 dua. Guru membagi siswa menjadi empat kelompok yang terdiri dari empat siswa. Pembentukan kelompok dilakukan pada saat pelajaran bahasa Indonesia untuk memperagakan teks dialog yang ada di buku paket. Berdasarkan wawancara, guru mengungkapkan bahwa beliau kadang melakukan pembentukan kelompok kecil. Berikut kutipan wawancara dengan guru terkait pembentukan kelompok. Ibu SS : “Kadang-kadang, kalo pas ada materi misalnya ada teks percakapan itu kan dilakukan oleh lebih dari satu orang, nah itu saya berikan pada siswa untuk dipraktekkan. Siswa tak bagi menjadi kelompok-kelompok kecil.” Sabtu, 18 April 2015 Pembentukan kelompok tidak dilakukan setiap hari. Pembentukan kelompok dilakukan ketika ada materi pelajaran yang perlu dikerjakan secara berkelompok, seperti pada materi yang memuat tentang percakapan. Sependapat dengan guru, MAZ mengungkapkan bahwa guru pernah membentuk kelompok. Peneliti : “Ibu SS pernah membagi kalian menjadi beberapa kelompok ngga?” MAZ : “Pernah, kemarin bahas Indonesia juga kelompokan.” Peneliti : “Sering ngga kelompokannya?” MAZ : “Kadang-kadang.” Sabtu, 18 April 2015 Menurut keterangan MAZ, guru pernah membagi siswa menjadi beberapa kelompok misalnya pada saat pelajaran bahasa Indonesia. Tetapi guru masih jarang melakukan pembentukan kelompok. Pernyataan yang sama juga siungkapkan oleh MAW bahwa guru pernah membagi siswa menjadi beberapa kelompok. 89 MAW : “Tau, kadang-kadang tok.” Sabtu, 18 April 2015 Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa guru pernah menerapkan pembentukan kelompok kecil di kelas. Pembentukan kelompok tidak dilakukan setiap hari. Pembentukan kelompok dilakukan ketika ada materi yang perlu dikerjakan secara berkelompok.

b. Latihan Memperhatikan

Penelitian terkait latihan memperhatikan ditekankan pada permainan. Berdasarkan observasi, selama penelitian berlangsung guru tidak mengajar menggunakan permainan. Berdasarkan wawancara, guru mengatakan bahwa beliau tidak mengajar menggunakan permainan. Berikut kutipan wawancara dengan guru terkait latihan memperhatikan. Ibu SS : “Menggunakan permainan itu tidak saya lakukan, agak sulit melakukannya. Nek menggunakan yang seperti itu wah sulit entah bisa jalan apa tidak.” Sabtu, 18 April 2015 Guru tidak menerapkan pembelajaran dengan permainan karena guru merasa kesulitan untuk melaksanakannya. Guru juga tidak yakin jika menggunakan permainan apakah dapat terlaksana dengan baik atau tidak. Pernyataan yang sama juga diungkapkan oleh MAW dan MAZ yang mengatakan bahwa guru tidak menerapkan permainan ketika pembelajaran berlangsung. MAW : “Ngga.” Sabtu, 18 April 2015 MAZ : “Ngga pake.” Sabtu, 18 April 2015 90 Berdasarkan pernyataan MAW dan MAZ, diketahui bahwa guru tidak menggunakan permainan ketika pembelajaran berlangsung. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa guru belum menggunakan permainan dalam pembelajaran. Guru juga merasa kurang yakin apabila menerapkan pembelajaran, pembelajaran dapat berjalan dengan baik.

c. Meningkatkan Prestasi Akademik

Penelitian terkait meningkatkan prestasi akademik ditekankan pada tutor sebaya. Berdasarkan observasi, guru belum melibatkan teman sekelas MAW sebagai tutor sebaya. Guru tidak menunjuk siswa di kelas untuk membantu MAW belajar baik di kelas maupun di rumah. Berdasarkan wawancara dengan guru, guru mengatakan bahwa beliau menunjuk kadang teman semeja MAW untuk menjadi tutor sebaya. Berikut kutipan wawancara dengan guru terkait meningkatkan prestasi akademik. Ibu SS : “Kadang temen semejanya yang tak suruh ngajari. MAZ itu kan sama seperti MAW jadi mungkin MAW merasakan hal yang sama, sama-sama susah konsentrasi tapi dia itu MAZ jauh lebih baik. Jadi dia itu mungkin MAW merasa lebih nyaman kalo sama MAZ.” Guru menjadikan teman semeja MAW sebagai tutor sebaya. Guru Menunjuk MAZ untuk mengajari MAW ketika pembelajaran sedang berlangsung. Guru menunjuk MAZ sebagai tutor sebaya 91 dengan alasan bahwa MAZ adalah teman semeja MAW dan MAW yang memilih untuk duduk dengan MAZ MAZ : “Kadang disuruh ngajari, tapi MAW ngga mau diajari. Ya udah aku ngga pernah ngajari.” Berdasarkan keterangan dari MAZ, dapat diketahui bahwa guru menunjuk MAZ untuk mengajari MAW. Namun MAW tidak bersedia diajari oleh MAZ. Pernyataan MAZ sejalan dengan pernyataan MAW yang mengatakan bahwa dirinya tidak bersedia diajari oleh MAZ. Peneliti : “Ibu SS pernah menyuruh teman-temanmu ngajari kamu apa tidak?” MAW : “Heum,” Peneliti : “Siapa yang biasanya disuruh ngajari?” MAW : “MAZ, ning aku wegah diajari MAZ.” Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa guru telah menunjuk teman semeja MAW untuk menjadi tutor sebaya MAW, namun pembelajaran dengan tutor sebaya tidak dapat terlaksana karena MAW tidak bersedia diajari oleh MAZ.

D. Display Data