10
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Anak Berkebutuhan Khusus
1. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus
Hallahan dan Kauffman Abdul Hadis, 2006: 5 mendefinisikan anak berkebutuhan khusus sebagai anak yang memerlukan pendidikan
dan layanan khusus untuk mengembangkan potensi kemanusiaan mereka secara sempurna. Sejalan dengan pendapat tersebut, A. Dayu P. 2013:
13 mendefinisikan anak berkebutuhan khusus sebagai anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak umumnya tanpa selalu
menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi, atau fisik. Berdasarkan definisi yang telah diuraikan, dapat disimpulkan
bahwa anak berkebutuhan khusus merupakan anak yang memiliki karakteristik khusus dan perbedaan-perbedaan dengan anak normal pada
umumnya, baik perbedaan dalam kemampuan fisik, mental, perilaku sosial dan emosional, maupun perbedaan kemampuan dalam
berkomunikasi sehingga membutuhkan layanan pendidikan khusus untuk mengambangkan potensi kemanusiaan yang dimiliki agar dapat
berkembang dengan optimal.
2. Tipe Anak Berkebutuhan Khusus
A. Dayu P. 2011: 18 menggolongkan anak berkebutuhan khusus menjadi 10 tipe, yaitu:
11
a. Tunagrahita retardasi mental
Tin Suharmini 2007: 69 menjelaskan bahwa tunagrahita merupakan satu jenis anak berkebutuhan khusus yang berkaitan
dengan keterbatasan fungsi intelektual dan adaptasi. b.
Tunalaras emotional or behavioral disorder Tin Suharmini 2007: 83 menjelaskan bahwa anak tunalaras
adalah anak atau remaja yang mengalami gangguan atau hambatan emosi dan berkelainan tingkah laku sehingga ia tidak dapat
menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.
c. Tunarungu communication disorder and deafness
Tin Suharmini 2007: 57 mendefinisikan anak tunarungu sebagai anak yang mengalami kerusakan pada indera pendengaran,
sehingga tidak dapat menangkap dan menerima rangsangan suara melalui pendengaran.
d. Tunanetra partially seing and legally blind
Tin Suharmini 2007: 49 mendefinisikan tunanetra sebagai suatu kondisi hilangnya daya penglihatan untuk dapat berfungsi
sebagaimana mestinya sehingga untuk menempuh pendidikannya harus mendapatkan layanan khusus.
e. Tunadaksa physical disability
Tin Suharmini 2007: 79 menjelaskan bahwa istilah tunadaksa menggambarkan suatu keadaan dari seseorang yang memiliki
12
kcacatan, kelainan bentuk tubuh, atau kehilangan salah satu bagian dari tubuhnya yang mengakibatkan terganggunya fungsi dari tubuh
untuk melakukan gerakan-gerakan yang diinginkan. f.
Tunaganda multiple handicapped Ellah Siti Chalidah 2005: 264 menjelaskan bahwa anak
tunaganda memiliki masalah majemuk dan bervariasi mulai dari ketunaan sedang, berat dan sangat berat. Ketunaan yang disandang
anak bervariasi. g.
Kesulitan belajar learning disabilities Tin Suharmini 2007: 111 menjelaskan kesulitan belajar
spesifik sebagai suatu keadaan pada seorang anak yang mengalami ketidakmampuan dalam belajar, keadaan ini disebabkan gangguan
proses kognitif di dalam otak yang dapat berupa gangguan persepsi, gangguan dalam proses integrative atau gangguan ekspresif.
h. Anak berbakat giftedness and special telents
Tin Suharmini 2007: 99 menjelaskan bahwa anak berbakat adalah anak yang diidentifikasi oleh ahli bahwa ia memiliki
kemampuan yang menonjol, dan prestasi yang tinggi serta membutuhkan pelayanan dan pendidikan khusus yang terdeferensiasi
agar dapat merealisasi kemampuan. i.
Anak autis Sutadi Abdul Hadis, 2006: 43 mendefinisikan anak autis
sebagai anak yang mengalami gangguan perkembangan berat yang
13
antara lain mempengaruhi cara seseorang untuk berkomunikasi dan berhubungan dengan orang lain.
j. GPPH atau ADHD Attention Deficit Hyperactive Disorder
A. Dayu P. 2013: 26 menyatakan bahwa ADHD lebih dikenal dengan istilah anak hiperaktif karena mereka selalu bergerak
dari satu tempat ke tempat lain. Sementara
Arbeiter Samariter Bund ASB 2009: 3
menggolongkan ABK menjadi 4 kelompok khusus, yaitu: a.
Kekhususan yang berhubungan dengan kemampuan mental. Contoh: tunagrahita, slow learner atau lamban belajar, anak dengan
kesulitan belajar spesifik, anak berbakat istimewa dan cerdas istimewa.
b. Kekhususan yang berhubungan dengan kemampuan motorik dan
mobilitas. Contoh: tunadaksa dan tunanetra.
c. Kekhususan yang berhubungan dengan kemampuan emosi dan
perilaku. Contoh: ADHD atau anak dengan gangguan pemusatan perhatian
atau tunalaras. d.
Kekhususan yang berhubungan dengan kemampuan bahasa dan komunikasi.
Contoh: autis dan tunarungu.
14
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa anak berkebutuhan khusus dapat dikelompokan menjadi empat golongan, yaitu
kekhususan pada kemampuan mental, kekhususan pada kemampuan motorik dan mobilitas, kekhususan pada kemampuan emosi dan perilaku,
dan kekhususan pada kemampuan bahasa dan perilaku.
B. Hiperaktif