54
dengan tujuan penelitiannya untuk mengetahui pengaruh budaya organisasi, yang dikelompokan dalam budaya birokrasi, budaya inovatif
dan budaya suportif terhadap kepuasan kerja pada salah satu bank di Rangkasbitung. Besarnya nilai koefisien korelasi antara variabel budaya
inovatif terhadap kepuasan kerja sebesar 0,358, dan budaya suportif terhadap kepuasan kerja sebesar 0,513. Sedangkan variabel budaya
birokrasi berpengaruh terhadap kepuasan kerja. Sebab, besarnya nilai koefisien korelasi antara variabel budaya birokrasi terhadap kepuasan
kerja sebesar 0,049. Dengan demikian dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa budaya organisasi tidak memiliki pengaruh terhadap kepuasan
kerja, hal ini terbutkti karena hanya budaya suportif saja yang berpengaruh terhadap kepuasan kerja, sedangkan budaya birokrasi dan budaya inovatif
tidak berpengaruh terhadap kepuasan kerja.
2.4.3 Motivasi kerja dan Budaya organisai Secara Simultan
dengan Kepuasan Kerja.
Beberapa penelitian mengenai motivasi kerja dan budaya organisasi secara simultan memiliki hubungan terhadap kepuasan kerja,
telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Diantaranya Roos Eeden 2008, yang dalam peneltian mereka ditemukan hubungan tiga variabel antara
motivasi kerja, budaya organisasi dan kepuasan kerja. Hal ini dinyatakan lewat hubungan positif antara budaya organisasi dan motivasi kerja
terhadap kepuasan kerja. Hal ini berarti semakin baik budaya organisasi dan motivasi kerja maka akan semakin baik kepuasan kerja yang
dirasakan oleh karyawan dari organisasi. Pola ini tercatat dalam korelasi numeric dengan n = 59 median low 0,593, median high 0,522, low 25
n = 29 0,714, high 25 n = 29 0,355. Korelasi tersebut, diidentifikasi
55
lewat budaya perusahan pengembangan sumber daya manusia, hubungan yang dinamis dengan rekan kerja dan pengambilan keputusan yang
kolektif, motivasi kerja fungsi organisasi, remunerasi, dan kebijakan dan kepuasan kerja fungsi karakteristik organisasi, pengembangan karir,
faktor remunerasi, manfaat dan kebijakan personil. Penelitian lain juga dilakukan oleh Yamsul et al 2013. Penelitian
bertujuan untuk melihat Pengaruh motivasi dan budaya organisasi pada kepuasan kerja dan komitmen organisasi Studi pada Program Manager
Nasional Pemberdayaan Masyarakat PNPM di Provinsi Sulawesi Tenggara. Dengan menggunakan pendekatan analisis statistik deskriptif
dan analisis Structural Equation Modeling SEM. Dari sembilan pengaruh langsung dari variabel yang diuji, ada empat dengan dampak yang
signifikan, salah satunya yaitu: motivasi kerja dan budaya organisasi memiliki dampak yang signifikan terhadap kepuasan kerja. Nilai p
variabel motivasi kerja terhadap variabel kepuasan kerja sebesar 0,152 sedangkan nilai p variabel budaya organisasi terhadap kepuasan kerja
sebesar 0,774. Selanjutnya Ichsan 2008, dalam penelitiannya yang bersifat
deskriptif korelasional, terhadap empat variabel yaitu budaya organisasi dan motivasi kerja sebagai variabel independen, kepuasan kerja sebagai
variabel intervening, dan kinerja karyawan sebagai variabel dependen. Dengan menggunkan populasi sebanyak 42 responden pada karyawan
tetap The Grand Palace Hotel Malang. Diperoleh hasil yaitu terdapat pengaruh lansung budaya organisasi dan motivasi kerja secara simultan
terhadap kepuasan kerja dengan F hitung = 20,175 nilai sig t 0,00 0,05. Hal ini menunjukan bahwa budaya organisasi dan motivasi kerja
56
berhubungan secara simultan terhadap kepuasan kerja karyawan tetap The Grand Palace Hotel Malang.
Berdasarkan hasil penelitian motivasi kerja dan budaya organisasi dengan kepuasan kerja, maka terlihat kedua variabel sama-sama
berkontribusi terhadap kepuasan kerja. Meningkatnya motivasi kerja akan meningkakantnya kepuasan kerja, sementara semakin budaya organisasi
diciptkan dengan baik dalam organisasi, akan meningkat pula kepuasan kerja. Berdasarkan hal ini maka variabel motivasi kerja dan budaya
organisasi sama-sama mendukung terciptanya serta meningkatnya kepuasan kerja. Dengan demikian dinamika yang dapat dibangun dari
penelitian-penelitian terdahulu tentang motivasi kerja dan budaya organisai secara simultan dengan kepuasan kerja adalah, ketika individu
memiliki motivasi kerja dalam melaksanakan tugasnya dengan didukung oleh budaya organisasi, akan membuat individu merasa nyaman dalam
bekerja dan akan mendapat kepuasan kerjanya. Demikian juga jika individu menganggap bahwa dirinya terjebak untuk melakukan tugas
sesuai dengan kebutuhannya, didukung oleh budaya organisasi yang membuat individu merasa nyaman dalam bekerja akan mendapat kepuasan
kerja yang tinggi. Dari penjelasan tersebut, maka hipotesis yang dibangun adalah ada hubungan signifikan antara motivasi kerja dan budaya
organisasi dengan kepuasan kerja pendeta GPI Papua Klasis Fakfak.
2.4.4 Motivasi Kerja Dan Jenis Kelamin Dengan Kepuasan Kerja