Harta Warisan Perkembangan Hukum Waris Pada Masyarakat Adat Besemah Di Kota Pagaralam Sumatera Selatan

masyarakat adat Besemah, maka hukum agama merupakan hukum yang diambil untuk meyelesaikan masalah tersebut. Hal ini sesuai dengan penetapan putusan Pengadilan Agama Lahat Nomor 0397Pdt.G2009PA.Lt, yang menetapkan bahwa anak-anak yang ditinggalkan oleh pewaris seluruhnya merupakan ahli waris yang mendapat bagian harta warisan sesuai ketentuan hukum waris Islam. Ketentuan mengenai janda sebagai ahli waris terdapat pada keputusan Mahkamah Agung tanggal 8 Nopember 1960, nomor 302 KSip1960 yang menyatakan bahwa seorang janda selalu merupakan ahli waris terhadap barang asal dari suaminya, dalam arti bahwa sekurang-kurangnnya dari barang asal itu sebagian harus tetap berada di tangan janda, sepanjang perlu untuk hidup secara pantas sampai ia meninggal dunia atau kawin lagi. Di beberapa daerah, penentuan ini dalam hal barang-barang warisan adalah berupa amat banyak kekayaan, maka sijanda berhak atas sebagian dari barang-barang warisan seperti seorang anak kandung dari sipeninggal warisan.

3. Harta Warisan

Harta kekayaan merupakan alat mempertahankan kesatuan, maka pada dasarnya dalam proses pewarisan tidak dilakukan pembagian atau harta peninggalan tidak dibagi-bagi di antara para warisnya. Dalam pengertian umum, warisan merupakan semua benda yang ditinggalkan oleh seseorang yang meninggal dunia, baik harta peninggalan itu sudah dibagi-bagi, belum terbagi atau memang harta peninggalan tersebut tidak dapat dibagi-bagi. Universitas Sumatera Utara Penerusan harta peninggalan atau warisan dari si pewaris kepada para warisnya dapat di bedakan antara sistem penerusan kolektif dan mayorat pada masyarakat yang kekerabatannya bersifat patrilinial terhadap harta pusaka, dan penerusan yang individual pada masyarakat yang kekeluargaannya bersifat parental terhadap harta yang bukan harta pusaka, tetapi merupakan harta pencaharian harta bersama orang tua saja. Singkatnya yaitu penerusan terhadap harta yang tidak dapat dibagi-bagi dan penerusan terhadap harta yang dibagi-bagi. Saat ini, pada masyarakat adat Besemah, sistem mayorat merupakan hanya pelimpahan semata-mata untuk tanggung jawab, yaitu tanggung jawab terhadap harta peninggalan orang tua yang telah meninggal dunia kepada anak tertua laki-laki. Dimana saat ini, harta tersebut dibagi-bagi secara proporsional ke masing-masing ahli waris yang ada. Jadi, terhadap harta pusaka hanya terdapat hak memungut hasil dan bukan hak milik, akan tetapi tanggung jawab terhadap pengurusan harta pusaka tersebut diberikan kepada satu orang yaitu anak laki-laki tertua. Harta ini dibagi-bagi untuk masing-masing ahli waris yang sangat membutuhkan karena kesulitan ekonomi. Seperti harta peninggalan orang tua, misalnya berupa barang tidak bergerak tanah atau rumah dijual terlebih dahulu, dari hasilharga penjualan yang didapat baru kemudian harta warisan tersebut dibagi-bagi dalam bentuk uang tunai pada masing- masing individu ahli waris. 44 44 Wawancara dengan Sudarman, Juray Tuwe Kepala Adat Nen Dagung Kec. Dempo Utara, tanggal 18 Agustus 2011 Universitas Sumatera Utara

4. Pembagian harta warisan