Sistem Matrilineal, yaitu sistem dimana anggota masyarakat tersebut menarik Sistem Parental atau Bilateral, adalah masyarakat hukum, dimana para

2. Sistem Matrilineal, yaitu sistem dimana anggota masyarakat tersebut menarik

garis keturunan ke atas melalui ibu, ibu dari ibu, terus ke atas sehingga dijumpai seorang perempuan sebagai moyangnnya. Akibat hukum yang timbul adalah keluarga ibu, anak-anak adalah masuk keluarga ibu, serta mewaris dari keluarga ibu. Suami atau bapak tidak masuk dalam keluarga ibu atau tidak masuk dalam kelaurga istri. Dapat dikatakan bahwa sistem kekeluargaan yang ditarik dari pihak ibu ini, kedudukan wanita lebih menonjol dari pria di dalam pewarisan.

3. Sistem Parental atau Bilateral, adalah masyarakat hukum, dimana para

anggotanya menarik garis keturunan ke atas memalui garis bapak dan ibu, terus ke atas sehingga dijumpai seorang laki-laki dan perempuan sebagai moyangnnya. Dalam sistem ini kedudukan pria dan wanita tidak dibedakan, termasuk dalam hal kewarisan. Dengan demikian, maka setiap anggota keluarga menarik garis keturunannya dan menghubungkan dirinya melalui bapak ibunya. Hal itu dilakukan oleh bapak ibunya, dimana kedua garis keturunan itu dinilai dan diberi derajat yang sama. Semua anak, baik laki-laki maupun perempuan mempunyai hak yang sama atas harta peninggalan orang tuanya. Mengenai apa yang dimaksud semua anak laki-laki dan anak perempuan adalah sama haknya atas harta warisan dibagi merata diantara semua waris, oleh karena harta warisan itu tidak merupakan satu kesatuan yang dapat dengan begitu saja dinilai harganya dengan uang. Begitu pula bagaimana pembagian itu kelak akan dilaksanakan Universitas Sumatera Utara tergantung pada keadaan harta dan warisnya, ada kemungkinan waris yang lemah ekonominya mendapat lebih banyak dari waris yang kuat ekonominya. Antara sistem keturunan yang satu dan yang lainnya, dikarenakan hubungan perkawinan, dapat berlaku bentuk campuran bentuk campuran antara sistem patrilineal dan sistem matrilineal di dalam perkembangannya sekarang ini, tampak pengaruh bapak ibu parental atau bilateral dan bertambah surutnya pengaruh kekuasaan kerabat dalam hal menyangkut hak waris. Namun demikian, dikalangan masyarakat masih banyak juga yang bertahan pada sistem keturunan dan kekerabatan yang lama. Hal ini dikatakan oleh Hazairin : “Hukum waris adat mempunyai corak tersendiri dari alam pikiran masyarakat tradisional dengan bentuk kekerabatan yang sistem keturunannya Patrilinial, Matrilinial, Parental atau Bilateral” 33 Masyarakat adat Besemah mengutamakan kedudukan anak laki-laki dari pada anak perempuan, yaitu menganut sistem Patrilineal. Anak laki-laki adalah penerus keturunan bapaknya yang ditarik dari satu bapak asal, sedangkan anak perempuan disiapkan untuk menjadi anak orang lain, yang akan memperkuat keturunan orang lain. Anak laki-laki tertua pada masyarakat adat Besemah harus tetap berada dan berkedudukan di rumah bapaknya dan bertanggung jawab atas kehidupan adik- adiknya lelaki dan perempuan terutama yang belum berumah tangga. 34 33 Hazairin, Hukum dan Kewarisan Bilateral menurut Qur’an dan Haddits, PT. Tirta Mas Indonesia, Jakarta, 1990, hal. 9 34 Wawancara dengan Yoseh Rizal, Lurah Lubuk Buntak kecamatan Dempo Selatan, pada tanggal 22 Agustus 2011. Universitas Sumatera Utara Kedudukan anak laki-laki dalam hukum Adat Besemah dengan sendirinya berada ditangan anak laki-laki yang tertua meliputi hak waris, kedudukan adat, dan hak keturunan. Maka anak laki-laki tertua dari keturunan juray mempunyai kedudukan sebagai pemimpin dan bertanggung jawab mengatur anggota kerabatnya. Kedudukan anak laki-laki walaupun diutamakan dalam arti umum mempunyai perbedaan antara anak laki-laki tertua, anak laki-laki kedua, dan seterusnya serta kedudukan anak laki-laki dari istri tertua akan lebih utama dari kedudukan anak laki- laki dari istri kedua berdasarkan status hukum adat. Kedudukan anak laki-laki tertua tidak saja sebagai penerus keturunan orang tuanya, tetapi juga mempunyai kedudukan sebagai : a. Penerus pemimpin orang tuanya b. Sebagai pemimpin yang mempunyai hak mutlak atas kekayaan, warisan maupun pusaka dari kerabat orang tuanya c. Sebagai pemimpin yang berhak dan bertanggung jawab kepada kerabat, keturunan, adik-adiknya baik bertindak atas nama juray kedudukan atau pemimpin adat maupun kekerabatan. Di daerah masyarakat Besemah yang memimpin, mengurus, dan mengatur penguasaan harta peninggalan adalah anak punyimbang, yaitu anak lelaki tertua dari isteri tertua, yang mengharuskan anak laki-laki tertua sebagai pemelihara dan penerus harta bersama rumah, sawah, kebun, tambak dan sebagainya. Harta tersebut bukan berarti dimiliki oleh anak laki-laki tadi, akan tetapi hak kepemilikan tetap ada pada keluarga besar. Universitas Sumatera Utara Harta bawaan yang menjadi harta warisan pada masyarakat adat Besemah, yaitu terdiri dari: 1. Harta peninggalan, yaitu harta atau barang-barang yang dibawa oleh suami atau istri ke dalam perkawinan yang berasal dari peninggalan orang tua, untuk diteruskan penguasaan dan pengaturan pemanfaatannya guna kepentingan ahli waris bersama. Di daerah masyarakat adat Besemah, di dalam perkawinan anak tertua lelaki akan selalu diikutsertakan dengan harta peninggalan orang tua, untuk mengurus dan membiayai kehidupan adik-adiknya. Harta peninggalan orang tua itu berupa harta pusaka pesake, yaitu harta yang turun-temurun dari generasi ke generasi dan dikuasai oleh anak-tuwe laki-laki anak laki-laki tertua dari keluarga itu menurut tingkatannya masing-masing. Terhadap harta pesake tidak boleh dipindahtangankan penguasaannya kepada yang tidak berhak. 35 Harta pusaka tersebut terbagi menjadi harta pusaka yang tidak berwujud dan harta pusaka yang berwujud. Harta pusaka yang tidak berwujud adalah seperti hak-hak atas gelar adat, kedudukan adat, hak mengatur dan mengadili anggota-anggota kerabat. Sedangkan hak-hak yang berwujud seperti hak-hak atas pakaian, perlengkapan adat, tanah, pekarangan dan bangunan rumah, tanah perladangan. 35 Wawancara dengan Sudarman, Juray Tuwe Kepala Adat Nen Dagung Kec. Dempo Utara, tanggal 18 Agustus 2011 Universitas Sumatera Utara Sistem kewarisan mayorat laki-laki pada masyarakat adat Besemah merupakan sistem mayorat yang hanya pelimpahan semata-mata untuk bertanggung jawab terhadap harta peninggalan orang tua yang telah meninggal dunia kepada anak tertua laki-laki. Oleh karena itu, bagi masyarakat Besemah adanya seorang keturunan anak laki-laki sangatlah penting dikarenakan harta warisannya bersifat mayorat laki-laki yang hanya dikuasai anak tertua laki-laki untuk kepentingan bersama. 2. Harta warisan adalah harta atau barang-barang yang dibawa oleh suami atau isteri ke dalam perkawinan yang berasal dari harta warisan untuk dikuasai dan dimiliki secara perseorangan guna memelihara kehidupan rumah tangga. Barang-barang bawaan isteri yang berasal dari pemberian orang tuanya seperti barang-barang warisan “peninge” terhadap anak perempuan yang kawin jujur, setelah terjadi perkawinan dikuasai oleh suami untuk dimanfaatkan guna kepentingan kehidupan rumah tangga keluarga. Kecuali yang menyangkut hukum agama seperti “mas kawin” yang merupakan hak milik pribadi isteri. Di daerah Pagaralam melarang terjadinya suatu perceraian dari suatu perkawinan jujur, yang berarti bahwa isteri tidak berhak membawa kembali barang pemberian orang tua dan kekerabatannya yang telah masuk dalam perkawinan. Universitas Sumatera Utara

D. Faktor-Faktor Dominan Yang Mempengaruhi Perkembangan Hukum

Waris Adat Masyarkat Besemah Menurut hasil wawancara kepada juray tuwe perkembangan hukum waris adat pada masyarakat patrilineal disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: 36

a. Faktor Pendidikan

Faktor ini membawa akibat pemikiran manusia menjadi lebih rasional dari sebelumnya maksudnya untuk melakukan suatu perbuatan manusia lebih banyak memakai logika, perhitungan dan mempertimbangkan segi-segi negatif dari sesuatu hal, kejadian dan tindakan yang akan dilakukan apakah akan bermanfaat atau tidak sehingga berkuranglah sifat berpikir spekulatif atau menyerah kepada kaadaan. Hal ini berpengaruh khususnya dalam waris adat Besemah yang dulunya hanya anak laki-laki yang berhak mendapat warisan sistem patrilineal maka secara berpikir dengan logika seseorang akan lebih cenderung memilih keadaan dalam hal pembagian harta warisan maka dari itu bagian warisan kepada anak laki – laki dan perempuan adalah sama rata; Pendidikan juga membawa dampak terhadap pola pikir masyarakat adat Besemah yang masih tradisional. Sudah banyak perempuan masyarakat Besemah yang saat ini berhasil menduduki jabatan penting. Hal ini menandakan sebagai suatu keberhasilan dari pendidikan yang diambil mereka. Maka dengan ini kedudukan perempuan dapat dikatakan sejajarsederajat 36 Wawancara dengan Sudarman, Juray Tuwe Kepala Adat Nen Dagung Kec. Dempo Utara, tanggal 18 Agustus 2011 Universitas Sumatera Utara dengan laki-laki. Dalam hal pewarisan, khususnya menurut hukum waris yang telah berkembang, kedudukan perempuan sudah sejajar dengan laki-laki, yaitu adanya persamaan hak waris bagi perempuan dan laki-laki. 37

b. Faktor PerantauanMigrasi

Adanya perpindahan penduduk atau orang – orang daerah terpencil pindah ketempat – tempat yang lebih terjamin kehidupan baginya maka orang tersebut akan meninggalkan sifat hidup yang kiranya kurang baik dari daerah asalnya serta beralih ke sifat hidup yang lebih baik di daerah perantauan. Pengaruhnya bagi hukum waris, misalnya didaerah asal hukum warisnya berdasarkan sistem patrilineal sedangkan didaerah perantauan hukum warisnya berdasarkan sistem parental maka orang tersebut akan cenderung mengikuti sistem didaerah perantauan yaitu hukum waris berdasarkan sistem parental; Sudah banyak masyarakatorang-orang masyarakat yang merantau ke luar dari kampung halamannya. Ditempat perantauannya, mereka melihat bahwa sistem pewarisannya berdasarkan sistem parental, yaitu sistem keturunan yang menarik garis keturunan dari garis ayah dan garis ibu, hal ini menyebabkan pelaksanaan pembagian warisannya dilakukan sama rata antara bagian laki-laki dan bagian perempuan. Masyarakat adat Besemah di perantauan melihat bahwa sistem pembagian warisan yang sama rata terhadap 37 Wawancara dengan Jimmy Harta, S.E., M.M.., Lurah di Kelurahan Pelang Kenidai kec. Dempo Tengah, pada tanggal 23 Agustus 2011. Universitas Sumatera Utara laki-laki dan perempuan itu memiliki banyak kelebihan dibandingkan sistem pembagian warisan adat masyarakat Besemah yang asli yaitu hanya laki-laki saja. Maka oleh orang masyarakat adat Besemah di perantauan diterapkanlah sistem pembagian warisan yang sama rata kepada laki-laki dan perempuan. Dengan kata lain kedudukan perempuan dalam hukum waris adat adalah mempunyai hak atas bagian warisan. 38

c. Internal dari masyarakat

Masyarakat hukum adat sekarang berkembang ke arah transisi modern sehingga mengubah pola-pola kesadaran hukum, dimana yang pada awalnya dipandang sebagai kewajiban, sekarang dipandang semata-mata sebagai kegiatan yang tidak bersifat normatif tidak mengikat selain itu jika masyarakat telah tumbuh kesadaran akan hak-hak individual seseorang maka daya berlaku hukum adat cenderung makin menipis ditambah lagi pada masyarakat yang telah mengalami proses mobilisasi vertikal dan horisontal maka pandangan dan penghayatan seseorang lebih tercurah pada bidang kegiatan usaha atau profesi daripada memikirkan nilai-nilai hukum adat.

d. Faktor Agama

Agama bersifat kesatuan batin, dimana orang segolongan merasa satu dengan golongan seluruhnya dan tugas persekutuan adalah memelihara keseimbangan lahir batin antara golongan dan dan lingkungan alam hidupnya, 38 Wawancara dengan Jimmy Harta, S.E., M.M.., Lurah di Kelurahan Pelang Kenidai kec. Dempo Tengah, pada tanggal 23 Agustus 2011. Universitas Sumatera Utara yang mana dalam masyarakat adat Besemah mayoritas penduduknya beragama Islam, maka pengaruh-pengaruh dari budaya Islam mempercepat adanya pergeseran nilai-nilai yang lebih menekankan adanya persamaan hak antara laki-laki dan perempuan. Keluarga di dalam hukum Islam mendapatkan bagian harta warisan dari yang meninggal, asalkan ia memang merupakan salah seorang ahli warisnya. Sedangkan anak laki-laki atau perempuan adalah seorang dari anggota keluarga. Oleh karena itu, bagaimanapun cara perkawinan yang ditempuhnya, ia tetap berhak atas harta peninggalan orang tuanya. 39

E. Perkembangan Hukum Waris Adat Masyarakat Besemah

Hukum waris adat memuat peraturan-peraturan yang mengatur proses meneruskan serta mengalihkan barang-barang harta benda dan barang-barang yang tidak berwujud benda immaterial goederen dari suatu generasi menusia generatie kepada keturunannya. Proses tersebut mulai pada waktu orang tua pada turunannya. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat adat Besemah ini memiliki sistem kewarisan mayorat, dimana penguasaan tunggal atas harta peninggalan ditangan anak tertua laki-laki. Bila anak tersebut menjual atau menggadaikan harta warisan yang belum dibagi, bukan karena satu kewenangan yang sah, maka tindakan 39 Wawancara dengan Sudarman, Juray Tuwe Kepala Adat Nen Dagung Kec. Dempo Utara, tanggal 18 Agustus 2011 Universitas Sumatera Utara tersebut bisa dituntut oleh saudara-saudaranya yang lain karena pada prinsipnya setiap individu memiliki hak mewaris dari harta orang tuanya. Adapun perkembangan hukum waris adat dalam masyarakat adat Besemah yaitu dalam hal:

1. Pewaris