Alat Pengumpulan Data Analisis Data

4. Alat Pengumpulan Data

Data penelitian ini diperoleh dengan menggunakan alat penelitian: 1. Studi dokumen, yaitu mempelajari serta menganalisa bahan pustaka data skunder 2. Wawancara, yaitu dibantu dengan pedoman wawancara kepada responden umum yaitu masyarakat Adat Besemah dan Informan, antara lain : Kadeslurah, tokoh adat dan pagawai Pengadilan Agama Lahat.

5. Analisis Data

Analisis data merupakan proses penelaahan yang diawali dengan melalui verifikasi data sekunder dan data primer. Untuk selanjutnya dilakukan pengelompokan sesuai dengan pembahasan permasalahan. Analisis data adalah sesuatu yang harus dikerjakan untuk memperoleh pengertian tentang situasi yang sesungguhnya, disamping itu juga harus dikerjakan untuk situasi yang nyata. 26 Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan secara kualitatif dengan mengumpulkan data primer dan sekunder, selanjutnya dilakukan pemeriksaan dan pengelompokan agar menghasilkan data yang lebih sederhana sehigga mudah dibaca dan dimengerti. Selanjutnya dilakukan klasifikasi data menurut jenisnya dalam bentuk persentase. 26 Erickson dan Nosanchuk, Memahami Data Statistik Untuk Ilmu Sosial, LP3ES, Jakarta, 1996, hal. 17. Universitas Sumatera Utara Kemudian data yang telah disusun secara sistematik dalam bentuk persentase dianalisis secara kualitatif dengan metode deskriptif analisis sehingga dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh tentang gejala dan fakta yang terdapat dalam pelaksanaan warisan pada masyarakat adat Besemah di Kota Pagaralam. Selanjutnya dilakukan penarikan kesimpulan dengan menggunakan metode induktif sebagai jawaban dari masalah yang telah dirumuskan. Universitas Sumatera Utara

BAB II PERKEMBANGAN HUKUM WARIS ADAT PADA MASYARAKAT

BESEMAH DI KOTA PAGAR ALAM SUMATERA SELATAN

A. Deskripsi Kota Pagaralam

Kota Pagaralam adalah salah satu Kota dalam Propinsi Sumatera Selatan yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2001 Lembaran Negara RI Tahun 2001 Nomor 88, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4115, sebelumnya Kota Pagaralam termasuk Kota Administratif dalam wilayah Kabupaten Lahat. Seiring dengan dinamika perkembangan masyarakat di era reformasi dan dengan diberlakukannya kebijakan otonomi daerah melalui Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang mulai dilaksanakan 1 Januari 2001, muncul fenomena keinginan masyarakat pada berbagai wilayah untuk membentuk suatu daerah otonom baru baik Propinsi, maupun daerah Kabupaten dan daerah Kota yang terlepas dari induknya. Keinginan masyarakat diberbagai daerah untuk menjadikan daerahnya sebagai daerah otonom itu antara lain juga disebabkan karena UU No. 221999 tidak lagi mengenal adanya Kota Administratif Kotif, namun hanya daerah Propinsi, Kabupaten dan Daerah Kota. Secara geografis Kota Pagaralam berada pada posisi 40 Lintang Selatan LS dan 103,150 Bujur Timur BT. Sebagai salah satu Kota di Provinsi Sumatera Selatan, Pagaralam terletak sekitar 298 Km dari Kota Palembang Ibukota Provinsi serta berjarak 60 Km di sebelah barat daya dari Kabupaten Lahat. Batas wilayah daerah ini adalah : Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Lahat, Sebelah 27 Universitas Sumatera Utara Selatan berbatasan dengan Provinsi Bengkulu, Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lahat, Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Lahat dan Kabupaten Muara Enim. Kota Pagaralam mempunyai banyak sungai, diantaranya sungai Lematang, sungai Selangis Besar, sungai Selangis Kecil, sungai Air Kundur, sungai Betung, sungai Air Perikan sedangkan sungai Endikat merupakan sungai yang membatasi dengan kecamatan Kota Agung Kabupaten Lahat. Sebagai atap Daerah Propinsi Sumatera Selatan, Kota Pagaralam berada pada ketinggian 100 – 1000 M dpl Meter dari permukaan laut dari luas wilayah dataran tinggi di daerah ini berada dibawah kaki Gunung Dempo + 3.159 Meter dpl. Kota Pagaralam terdiri dari 5 kecamatan yaitu Kecamatan Pagaralam Utara, Pagaralam Selatan, Dempo Utara, Dempo Tengah, dan Dempo Selatan seluas 633,66 km2. Kecamatan dengan luas wilayah terbesar yaitu Kecamatan Dempo Selatan 239,08 km2 sedangkan kecamatan dengan luas terkecil yaitu Kecamatan Pagaralam Utara 55,47 km2. Tabel 1: Luas Wilayah Kota Pagaralam No. Kecamatan Luas Km² 1 Pagaralam Utara 55,47 2 Pagaralam Selatan 63,17 3 Dempo Utara 123,98 4 Dempo Tengah 151,96 5 Dempo Selatan 239,08 JUMLAH 633,66 Sumber: BPS Kota Pagaralam, 2010 Universitas Sumatera Utara Jarak wilayah kecamatan dengan desakelurahan dengan ibukota pemerintahan. Kecamatan terdekat dengan ibukota pemerintahan adalah Kecamatan Pagaralam Utara sedangkan kecamatan yang terjauh dari ibukota pemerintahan adalah Kecamatan Dempo Selatan. Penduduk Kota Pagaralam, Sumatera Selatan setelah dilakukan validasi oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil setempat, mengalami peningkatan menjadi 146.003 jiwa. Pendataan kependudukan yang dilakukan melalui validasi kelahiran, meninggal, pindah dan datang hingga Mei 2011 sudah mencapai 146.003 jiwa dari lima kecamatan. Terjadi peningkatan jumlah penduduk Kota Pagaralam dari data hasil pencacahan Badan Pusat Statistik BPS Pagaralam dibandingkan tahun 2010 sebanyak 126.356 jiwa, atau meningkat sebanyak 19.647 jiwa. pendataan dilakukan dengan mendatangi langsung dan laporan dari masyarakat di sejumlah dusundesa, sehingga mempermudah melakukan validasi. beberapa faktor yang mendorong peningkatan penduduk, yaitu kelahiran dan pindah alamat dari suatu daerah ke Pagaralam. 27 Berdasarkan data tersebut 64.057 jiwa laki-laki dan 61.058 jiwa perempuan. Penduduk paling banyak berada di Kecamatan Pagaralam Selatan 44.948 jiwa, disusul Kecamatan Pagaralam Utara 37.184 jiwa, Kecamatan Dempo Utara 19.924 jiwa, Kecamatan Dempo Tengah 12.595 jiwa, dan Kecamatan Dempo Selatan 11.705 jiwa. Meskipun pendataan sudah rampung akan tetapi belum dapat diketahui secara 27 Admin, Penduduk Kota Pagaralam Meningkat, berita online dari situs http:sigapbencana- bansos.infoberita14683-penduduk-kota-pagaralam-meningkat-.html, diakses pada tanggal 19 Oktober 2011. Universitas Sumatera Utara keseluruhan tentang data rincian kehidupan masyarakat Pagaralam, seperti jumlah anak-anak, jumlah pedagang, petani dan termasuk pegawai negeri sipil. Tabel 2 : Jumlah Penduduk Kota Pagaralam NO KECAMATAN JUMLAH JIWA 1 Pagaralam Utara 37.184 2 Pagaralam Selatan 44.948 3 Dempo Utara 19.924 4 Dempo Tengah 12.595 5 Dempo Selatan 11.705 JUMLAH 126.356 Sumber: BPS Kota Pagaralam, 2010 Penduduk asli masyarakat yang berada di Kota Pagaralam sebagian besar menganut agama Islam sedangkan sebagian pendatang beragama Kristen. Tabel 3 : Jumlah Penduduk Kota Pagaralam Menurut Agama NO AGAMA JUMLAH JIWA 1 Islam 126.088 2 Kristen 268 3 Hindu - 4 Budha - JUMLAH 126.356 Sumber: BPS Kota Pagaralam, 2010 Dilihat dari segi sosial ekonomi, sebagian besar penduduk Kota Pagar Alam bermata pencaharian sebagai petani, hanya sebagian kecil yang bermata pencaharian sebagai buruh, Pegawai Negeri Sipil, pedagang, pengrajin dan lain-lain. Dengan demikian, ekonomi wilayah ini sangat bertumpu kepada sektor pertanian, perkebunan Universitas Sumatera Utara dan pariwisata. Kontribusinya terindikasi dengan melihat luasnya lahan pertanian dan perkebunan yang tersedia di wilayah ini dan kondisi alam yang sejuk alami. Tanaman kopi yang sebahagian besar berjenis robusta dihasilkan dari Kota Pagaralam, dan merupakan hasil komoditas ekspor. Kopi telah menjadi andalan perekonomian kota. Tanaman yang tersebar di seluruh kecamatan inilah yang memacu sektor perkebunan menjadi tulang punggung perekonomian Pagaralam.

B. Sejarah Besemah

Nama Pasemah yang kini dikenal sebetulnya adalah lebih karena kesalahan pengucapan orang Belanda, demikian menurut Mohammad Saman seorang budayawan dan sesepuh di sana. Adapun pengucapan yang benar adalah Besemah sebagaimana masih digunakan oleh penduduk yang bermukim di sana. Namun yang kini lebih dikenal adalah nama Pasemah. Konon, munculnya nama Besemah adalah karena keterkejutan puyang Atong Bungsu manakala melihat banyak ikan “Semah” di sebuah sungai yang mengalir di lembah Dempo, yang terucap oleh puyang tersebut kemudian adalah “Be-semah” yang berarti ada banyak ikan semah di sungai tersebut. Hal ini juga tertulis dalam sebuah manuskrip kuno beraksara Latin berjudul Sejarah Pasemah yang tersimpan di Perpustakaan Nasional RI di Jakarta. Dalam manuskrip ini dikisahkan bahwa Atong Bungsu ke Palembangan, Muara Lematang. Dia masuk dan memeriksa rimba yang kemudian dinamainya Paduraksa yang berarti “baru diperiksa”. Istrinya, yakni Putri Senantan Buway, setelah mencuci beras di sungai, pulang ke darat dengan membawa ikan semah. Maka tanah tersebut kemudian Universitas Sumatera Utara dinamakan oleh Atong Bungsu sebagai Tana Pasemah. Atong Bungsu itulah yang dipercaya sebagai nenek moyang suku Pasemah. Menurut manuskrip di atas, puyang Pasemah ini adalah keturunan dari Majapahit. Ia adalah salah seorang anak dari delapan anak dari seorang raja di Majapahit yang berjulukan Ratu Sinuhun. 28 Besemah adalah salah satu kelompok masyarakat tradisional yang kaya dengan nilai-nilai adat, tradisi, dan budaya yang sangat khas. Seperti yang dijelaskan Mohammad Saman, masyarakat di tanah Pasemah sedari dulu sudah mempunyai tatanan dan aturan-aturan masyarakat yang bernama Lampik Empat, Merdike Duwe yakni, perwujudan demokrasi murni yang muncul, berkembang, dan diterapkan sepenuhnya, oleh semua komponen masyarakat setempat. Menurut Kamil Mahruf, Nanang Soetadji, dan Djohan Hanafiah, asal usul orang Besemah dimulai dengan kedatangan Atong Bungsu, yaitu nenek moyang orang Besemah Lampik Empat dari Hindia Muka untuk menetap di daerah ini. Saat kedatangan Atong Bungsu tersebut, ternyata sudah ada berdiam dua suku yang menempati daerah itu. Yakni, suku Penjalang dan suku Semidang. Untuk menjaga ketenteraman dan melindungi kepentingan mereka, pendatang dan kedua suku itu menyepakati perjanjian bersama. Intinya, di antara mereka sampai anak keturunannya, tidak akan mengganggu dalam segala hal. 29 28 Admin, Sekilah Sejarah Besemah, diakses dari situs http:besemah.blogspot.com 200706sekilas-sejarah-besemah.html, pada tanggal 20 Oktober 2011. 29 Kamil Mahruf, Pasemah Sindang Mardike 1821-1866, Paguyuban Masyarakat Peduli Musi, Palembang, 1999. Universitas Sumatera Utara Besemah, yang kini meliputi kota Pagaralam pusat Besemah, Kabupaten Lahat, sebagian Kabupaten Empat Lawang dan sebagian Kabupaten Muaraenim, provinsi Sumatera Selatan, telah sejak lama memiliki lembaga adat, lembaga pemerintah adat, sekaligus merupakan lembaga hukum atau lembaga peradilan dan lembaga perwakilan atau permusyawaratan yang sangat demokratis. Nama lembaga tersebut adalah Lampik Mpat Mardike Duwe, kalau dialihbahasakan menjadi “Lampik Empat Merdeka Dua”. Namun sebagai istilah hukum Lampik Mpat Mardike Duwe tidak boleh dialihbahasakan, sama halnya dengan istilah Dalihan Na Tolu dalam bahasa Batak dan Tigo Tungku Sajarangan dalam bahasa Minangkabau tidak dialihbahasakan, cukup diberi keterangan atau penjelasan, atau diterangkan maknanya dengan bahasa yang dimengerti oleh umum. Lampik Mpat Mardike Duwe merupaan sistem sistem pemerintahan tradisional asli masyarakat Besemah sebelum diterapkannya pemerintahan marga oleh pemerintahan kolonial Belanda akhir abad ke-19. 30 Pada era Jagat Besemah, dusun-dusun, baik di dalam maupun diluar tanah Besemah namun penduduknya berasal dari Juray Besemah, seperti Semende, Kisam, Kedurang, Padang-Guci, Kelam, Kinal, Luwas, dan dengan terjadinya Merubuh Sumbay terjadi sekitar awal abad ke-20, batasannya menjadi kabur dengan munculnya dusun-dusun teritorial akibat mobilitas penduduk dan modernisasi, ditambah lagi dengan adanya program transmigrasi. 30 Ahmad bastari, Ek Pascal dan Yudi Herpansi, Lampik Mpat Mardike Duwe, Penerbit: Pesake Pecinta Sejarah dan Kebudayaan dan Pemerintah Kota Pagaralam, 2008, hal. 5 Universitas Sumatera Utara Seiring dengan perjalanan waktu, sumbay-sumbay kesatuan masyarakat adat, termasuk kesatuan masyarakat hukum berdasarkan keturunan di Jagat Besemah berkembangbiak, sehingga menyebar diseluruh wilayah yang kini bernama kota Pagaralam, Kabupaten Lahat, sebagian Kabupaten Empat Lawang dan sebagian Kabupaten Muaraenim, sebagian Kabupaten Ogan Komering Ulu, sebagian Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan provinsi Sumatera Selatan, sebagian Kabupaten Bengkulu Selatan, sebagian Kabupaten Kaur, sebagian Kabupaten Seluma provinsi Bengkulu, sebagian Kabupaten Lampung Selatan dan sebagian Kabupaten Lampung Utara provinsi Lampung. 31 Besemah suatu terminology lebih dikenal dekat dengan satu bentuk kebudayaan dan suku yang berada disekitar gunung Dempo dan pegunungan Gumay. Wilayah ini dikenal dengan Rena Besemah. Sedangkan untuk terminology politik dan pemerintahan, dipergunakan nomenklatur Besemah. Pada masa kolonial oleh Inggris dan Belanda menyebutnya Pasemah, bahkan sampai sekarang Pemerintah Republik Indonesia masih menyebutnya Pasemah. Tanah Besemah merupakan dataran tinggi yang terletak di kaki Bukit Barisan mengelilingi Gunung Dempo, beriklim tropis, berudara sejuk, dikenal sebagai salah satu daerah penghasil kopi, teh, dan sayur mayur. Penduduk tanah besemah termasuk rumpun suku Melayu Tengah, sejak dahulu sudah dikenal mempunyai peradaban dan nilai-nilai budaya tinggi. Hal ini dibuktikan banyaknya peninggalan Prasejarah dalam bentuk arca, menhir serta tulisan 31 Ibid , hal. 18 Universitas Sumatera Utara yang belum dapat dibaca, seni tutur dalam bentuk guritan, tadut, rejung dan lain-lain; permainan alat musik tradisional berupa ginggung dan lain-lain.

C. Hukum Waris Tradisional Masyarakat Besemah

Berbicara tentang sistem kewarisan, tidaklah terlepas dari sistem kekeluargaan yang dianut oleh masyarakat-masyarakat hukum adat di Indonesia. Apalagi masyarakat adat yang ada di Indonesia memeluk agama yang berbeda-beda, bersuku- suku, kepercayaan yang berbeda-beda, mempunyai bentuk kekeluargaan maupun kekerabatan yang berbeda pula. Tetapi walaupun demikian, pada umumnya dapat dikatakan bahwa sistem kekeluargaan yang ada dalam masyarakat adat di Indonesia dikenal ada 3 tiga jenis: 32

1. Sistem Patrilineal, yaitu suatu masyarakat hukum, dimana para anggotanya