pada masyarakat adat Besemah. Aturan yang berlaku selama ini adalah pembagian warisan secara hukum waris adat. Yaitu dengan sistem pewarisan mayorat laki-laki,
harta peninggalan orang tua pusaka rendah atau harta peninggalan leluhur kerabat pusaka tinggi tetap utuh dan tidak dibagi-bagikan kepada masing-masing ahli waris,
melainkan dikuasai oleh anak tertua laki-laki mayorat pria. Pembagian harta waris dapat dilakukan mengikuti hukum adat dan mengikuti
hukum waris Islam. Hilman Hadikusuma menyebutkan bahwa pada umumnya masyarakat Indonesia menerapkan pembagian berimbang yaitu di antara semua waris
mendapat bagian yang sama, seperti dilakukan oleh masyarakat Jawa, dan banyak pula yang menerapkan hukum waris Islam di mana setiap waris telah mendapatkan
jumlah bagian yang telah ditentukan.
18
2. Konsepsi
Konsepsi yang dimaksud disini adalah kerangka konsepsional merupakan bagian yang menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan konsep yang digunakan
penulis. Konsep diartikan sebagai kata yang menyatakan abstraksi yang digeneralisasikan dari hal-hal yang khusus,
19
yang disebut dengan definisi operasional.
Pentingnya definisi operasional adalah untuk menghindarkan perbedaan pengertian atau penafsiran mendua dubius dari suatu istilah yang dipakai. selain itu,
dipergunakan juga untuk memberikan pegangan kepada proses penelitian ini. Oleh
18
Hilman Hadikusuma, Op. cit., hal. 106
19
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Raja Grafindo Persada, Jakarta,1998, hal.3
Universitas Sumatera Utara
karena itu, dalam penelitian ini, dirumuskan serangkaian kerangka konsepsi atau definisi operasional sebagai berikut :
a. Hukum adat adalah hukum tidak tertulis yang mengatur tingkah laku manusia
Indonesia dalam hubungan satu sama lain, baik yang merupakan keseluruhan kelaziman, kebiasaan dan kesusilaan yang benar-benar hidup di masyarakat
adat karena dianut dan dipertahankan oleh anggota-anggota masyarakat itu, maupun yang merupakan keseluruhan peraturan yang mengenal sanksi atas
pelanggaran dan yang ditetapkan dalam keputusan-keputusan para penguasa adat.
b. Hukum waris adalah hukum yang mengatur mengenai apa yang harus terjadi
dengan harta kekayaan seseorang yang meninggal dunia, dengan kata lain mengatur peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang
meninggal serta akibat-akibatnya bagi ahli waris c.
Hukum waris adat adalah peraturan yang mengatur proses meneruskan barang-barang harta benda dan barang-barang yang tidak terwujud dari suatu
angkatan manusia kepada turunannya d.
Harta Warisan adalah harta kekayaan yang akan diteruskan pewaris ketika masih hidup atau setelah ia meninggal dunia untuk dikuasai atau dimiliki oleh
para ahli waris e.
Masyarakat Besemah adalah suatu kelompok masyarakat yang bermukim di wilayah Provinsi Sumatera Selatan. Secara administratif pemerintahan saat
ini, wilayah Besemah diakui meliputi daerah sekitar Kota Pagaralam, wilayah
Universitas Sumatera Utara
Kecamatan Jarai, Kecamatan Tanjung Sakti, yang berbatasan dengan wilayah Bengkulu, dan daerah sekitar Kota Agung, Kabupaten Lahat Sumsel.
G. Metode Penelitian 1. Sifat Penelitian dan Metode Pendekatan
Penelitian ini bersifat Deskriptif Analitis, maksudnya adalah suatu penelitian yang menggambarkan, menelaah, menjelaskan dan menganalisis hukum baik dalam
bentuk teori maupun praktek dari hasil penelitian di lapangan.
20
Dalam hal ini mengenai Perkembangan Hukum Waris pada Masyarakat Adat Besemah di Kota
Pagaralam Sumatera Selatan . Penelitian ini dilakukan melalui metode pendekatan yuridis empiris, yaitu
metode penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan data primer dan menemukan kebenaran dengan menggunakan metode berpikir induktif dan kriterium kebenaran
koresponden serta fakta yang digunakan untuk melakukan proses induksi dan pengujian kebenaran secara koresponden adalah fakta yang mutakhir. Cara kerja dari
metode yuridis empiris dalam penelitian tesis ini, yaitu dari hasil pengumpulan dan penemuan data serta informasi melalui studi kepustakaan terhadap asumsi atau
anggapan dasar yang dipergunakan dalam menjawab permasalahan pada penelitian tesis ini, kemudian dilakukan pengujian secara induktif–verifikatif pada fakta
mutakhir yang terdapat di dalam masyarakat. Dengan demikian kebenaran dalam suatu penelitian telah dinyatakan reliable tanpa harus melalui proses rasionalisasi.
21
20
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1986, Hal. 63
21
Ibid, Hal. 52
Universitas Sumatera Utara
2. Lokasi Penelitian