Hambatan-Hambatan Dari Segi Yuridis 1. Pembentukan Yang Tergesa-Gesa

BAB IV. HAMBATAN-HAMBATAN PENGURUS PKPU DALAM MENJALANKAN KEWENANGANNYA

TERHADAP HARTA KEKAYAAN PERUSAHAAN.

A. Hambatan-Hambatan Dari Segi Yuridis 1. Pembentukan Yang Tergesa-Gesa

Sudah diketahui umum bahwa pembentukan UUK-PKPU adalah atas desakan dari IMF sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan bantuan keuangan dari IMF dalam rangka menutupi kerugian yang sangat besar yang ditimbulkan oleh krisis ekonomi dan moneter. Indonesia tidak mempunyai pilihan lain kecuali dengan segera melakukan pembaharuan dalam hukum kepailitan Indonesia yaitu dengan UUK-PKPU dan juga pembentukan badan peradilan baru yaitu Pengadilan Niaga. Karena ketergesa-gesaan tersebut maka ada banyak hal yang tidak diatur dengan tegas, sehingga banyak menimbulkan interpretasi yang beragam. Secara konkrit UUK-PKPU berisi banyak ketentuan yang menimbulkan banyak interpretasi yang berbeda antara hakim pengadilan niaga dengan Mahkamah Agung. 129 Pengaturan pasal-pasal mengenai pengurus PKPU juga banyak memunculkan lubang-lubang hukum yang dapat mengakibatkan UUK-PKPU sulit untuk mampu menampung kepentingan kreditor dan debitor secara seimbang, sehingga batasan-batasan kewenangan dan bentuk tanggung jawab pengurus PKPU menjadi tidak jelas, pasal-pasal tersebut diantaranya adalah: 129 Rahayu Hartini, Op. Cit., hal. 135. Universitas Sumatera Utara 1. Pasal 234 ayat 1 yang menyatakan bahwa pengurus PKPU yang diangkat harus independent. Namun disayangkan dalam UUK-PKPU dan peraturan pelaksanaannya tidak ada satupun aturan yang mengatur mengenai tolak ukur atau batasan yang menentukan tentang independensi seorang pengurus PKPU. Oleh karena yang mengangkat pengurus PKPU adalah hakim yang menyidangkan permohonan PKPU, maka hakimlah yang bertanggung jawab terhadap pengurus yang tidak independent. Bila tidak ada tolak ukur mengenai batasan independensi seorang pengurus, maka kewenangan yang dijalankan oleh pengurus PKPU terhadap harta kekayaan perusahaan akan menjadi kurang sempurna. 2. Pasal 234 Ayat 2 menyatakan bahwa pengurus yang terbukti tidak independen akan dikenakan sanksi pidana dan atau perdata sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dalam UUK_PKPU tidak menentukan secara spesifik tentang jenis pidana dan atau perdata yang dapat dijatuhkan bila terbukti pengurus PKPU tersebut tidak independen. 3. Ayat 4 pasal yang sama menentukan bahwa pengurus bertanggung jawab terhadap kesalahan dan kelalainnya dalam melaksanakan tugas pengurusan yang menyebabkan kerugian terhadap harta debitor. Dalam hal tanggung jawab tersebut tidak disebutkan bentuk tanggung jawab dari pengurus PKPU bila menyebabkan kerugian terhadap harta kekayaan perusahaan, dan juga dalam menjalankan kewenangan untuk mengurus harta kekayaan perusahaan debitor, pengurus PKPU bertindak bersama-sama dengan pengurus perusahaan. Dalam hal tersebut bentuk Universitas Sumatera Utara tanggung jawabnya juga tidak jelas apakah ditanggung sendiri oleh pengurus PKPU atau ditanggung secara renteng bersama-sama dengan pengurus perusahaan. 4. Dalam perjanjian timbal balik, penentuan oleh pengurus PKPU terhadap pelaksanaan perjanjian timbal balik dilaksanakan atau tidak oleh pengurus perusahaan. Jika tidak dilaksanakan maka pengurus perusahaan akan cidera janji dengan segala dampak hukumnya, tetapi jika dilaksanakan dan ternyata menimbulkan kerugian terhadap harta kekayaan perusahaan. Pengurus PKPU juga harus bertanggung jawab dan bagaimana bentuk tanggung jawab seorang pengurus PKPU terhadap hal tersebut.

2. Penolakan dari Pihak Kreditor

Dokumen yang terkait

Kewenangan Kreditur Dalam Permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Menurut UU No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (Studi Terhadap Putusan Pengadilan Niaga No. 05/ PKPU/ 2010/ PN. Niaga – Medan)

2 52 135

Tinjauan Yuridis Terhadap Efektifitas Proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Dan Perdamaian Sebagai Alternatif Penyelesaian Utang Piutang Perusahaan

0 30 156

Pelaksanaan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU), Ditinjau Dari Undang-Undang Kepailitan

2 59 2

Akibat Hukum Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Terhadap Perjanjian Timbal Balik

4 98 92

TINJAUAN YURIDIS PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG YANG DIAJUKAN OLEH PIHAK KREDITOR KEPADA DEBITOR DALAM RANGKA MENCAPAI TUJUAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG.

0 5 12

SKRIPSI TINJAUAN YURIDIS PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG YANG DIAJUKAN OLEH PIHAK KREDITOR KEPADA DEBITOR DALAM RANGKA MENCAPAI TUJUAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG.

0 3 13

PENDAHULUAN TINJAUAN YURIDIS PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG YANG DIAJUKAN OLEH PIHAK KREDITOR KEPADA DEBITOR DALAM RANGKA MENCAPAI TUJUAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG.

0 4 19

Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

0 0 12

BAB II FILOSOFI KEWENANGAN KREDITOR DALAM PENGAJUAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG 2.1. Hakikat dan Tujuan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang - KEWENANGAN KREDITOR DALAM PERMOHONAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 34

BAB III UPAYA HUKUM DEBITOR PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG YANG DIAJUKAN OLEH KREDITOR 3.1. Upaya Hukum dalam Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang - KEWENANGAN KREDITOR DALAM PERMOHONAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG Repository

0 0 29