Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan perekonomian yang semakin meningkat dan menggejolaknya sistem perekonomian sehingga menimbulkan kesulitan terhadap kemampuan perekonomian negara. Kelangsungan ekonomi secara defakto sangat berpengaruh terhadap kehancuran usaha, sehingga kemampuan setiap perusahaan untuk memenuhi kewajiban terhadap kreditor menjadi berantakan, tertunda, bahkan ada yang tidak dapat membayar lagi. Keadaan ini akan berdampak terhadap sektor lainnya yang apabila tidak diselesaikan secara tuntas akan menimbulkan dampak yang lebih luas terhadap gejolak sosial dan politik di dalam masyarakat luas. Untuk mengantisipasi kecenderungan dunia usaha yang berakibat pula pada tidak dapatnya dipenuhi kewajiban-kewajiban yang sudah jatuh tempo, maka pemerintah melakukan perubahan-perubahan yang sangat signifikan dalam peraturan perundang- undangan di bidang kepailitan yaitu dengan menggantikan Failissements Verorning, Statsblaad 1905 nomor 217 juncto Statsblaad 1906 nomor 348 dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang selanjutnya disingakat Perpu, yaitu Perpu Nomor 1 Tahun 1998 dan selanjutnya Perpu Nomor1 tahun 1998 tersebut dikuatkan menjadi Undang-uandang selanjutnya disingkat UU yaitu Undang-Undang Nomor 4 tahun 1998 dan kemudian menyempurnakan lagi dengan Undang-Undang nomor 37 tahun 2004 Universitas Sumatera Utara tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang selanjutnya disingkat UUK- PKPU. 1 Sejalan dengan perkembangan perdagangan yang semakin cepat meningkat dan dalam skala yang lebih luas mengglobal, masalah utang piutang perusahaan juga semakin rumit, dan membutuhkan aturan hukum yang efektif. Perkembangan perekonomian global membutuhkan aturan hukum kepailitan untuk menyelesaikan masalah utang piutang perusahaan yang berguna untuk memenuhi kebutuhan hukum para pelaku bisnis dalam menyelesaikan permasalahan utang piutang mereka. Globalisasi hukum mengikuti globalisasi ekonomi, dalam arti substansi berbagai Undang-undang dan perjanjian- perjanjian menyebar melewati batas-batas negara. 2 Masalah kepailitan selalu menimbulkan akibat, baik bagi kreditur maupun bagi debitur dan juga karyawan suatu perusahaan yang berhubungan dengan pemutusan hubungan kerja. Secara lebih luas kepailitan akan membawa dampak yang besar dan penting terhadap perekonomian suatu negara yang dapat mengancam kerugian perekonomian negara yang bersangkutan. Kerugian tersebut ditimbulkan akibat banyaknya perusahaan-perusahaan yang menghadapi ancaman kesulitan membayar utang-utangnya terhadap para krediturnya. Untuk menghindari terjadinya penetapan kepailitan oleh pengadilan dengan suatu keputusan hakim yang tetap, maka akan di lakukan suatu upaya hukum yang dapat 1 Rahayu Hartini, Hukum Kepailitan Edisi revisi Berdasarkan Undang-undang No 37 tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Malang: UPT Percetakan Universitas Muhammadiyah, 2008, hal 220 . 2 Sunarmi, Hukum Kepailitan Edisi 2, Jakarta: PT Sofmedia, 2010, hal 1. Universitas Sumatera Utara menyeimbangi keberadaan dan fungsi hukum kepailitan itu sendiri, yaitu dengan dilakukannya Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang selanjutnya di singkat PKPU. PKPU dapat diajukan oleh debitur maupun kreditur yang memiliki itikad baik, dimana permohonan pengajuan PKPU harus diajukan sebelum diucapkannya putusan pernyataan pailit. 3 Bila dibandingkan kepailitan dengan PKPU, maka jelas bahwa PKPU bukan berdasarkan pada keadaan dimana debitur tidak mampu membayar utangnya atau insolven dan juga tidak bertujuan dilakukannya pemberesen terhadap harta kekayaan perusahaan debitur. PKPU adalah wahana juridis- ekonomis yang disediakan bagi debitur untuk menyelesaikan kesulitan finansialnya agar dapat melanjutkan kehidupannya. Sesungguhnya PKPU adalah suatu cara untuk menghindari kepailitan yang lazimnya bermuara dalam likuidasi harta kekayaan dibitur. Khususnya dalam hal perusahaan, PKPU bertujuan memperbaiki keadaan ekonomis dan kemampuan debitur untuk membuat laba. Dengan demikian, PKPU bertujuan menjaga jangan sampai debitur, yang karena suatu keadaan semisal keadaan tidak likuid dan sulit mendapat kredit, dinyatakan pailit. Sedangkan kalau debitur tersebut diberi waktu dan kesempatan, besar harapan ia akan dapat membayar utangnya. Putusan pailit dalam keadaan yang demikian dapat menyebabkan pengurangan nilai perusahaan dan ini akan merugikan para kreditur. Jelas kiranya bahwa PKPU bukan dimaksudkan untuk kepentingan debitur saja, melainkan juga untuk kepentingan para PKPU adalah penawaran rencana perdamaian oleh debitur yang merupakan pemberian kesempatan kepada debitur untuk melakukan restrukturisasi utang-utangnya, yang dapat meliputi pembayaran seluruh atau sebagian utangnya kepada kreditor. 3 Rahayu Hartini, Op.Cit.,hal 221. Universitas Sumatera Utara kreditur. Diharapkan bahwa dengan diberikannya waktu dan kesempatan, debitur melalui reorganisasi usahanya dan atau restrukturisasi utang-utangnya dapat melanjutkan usahanya. 4 PKPU merupakan pengunduran pembayaran utang yang sudah jatuh tempo. Permohonan PKPU dapat diajukan oleh debitur maupun krediturnya. Pengajuan permohonan PKPU harus mempunyai lebih dari satu orang kreditur dimana salah satunya utangnya sudah jatuh tempo. Pembuktian yang dilakukan dalam proses PKPU adalah bersifat sederhana baik terhadap para kreditornya maupun utang-utangnya yang dapat dibuktikan dengan suatu surat perjanjaian yang telah dibuat antara debitor dengan kreditonya. Apabila debitur adalah Perseroan Terbatas selanjutnya disebut PT maka permohonan PKPU atas prakarsanya sendiri direksi hanya dapat diajukan setelah mendapat persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham RUPS, dengan quorum kehadiran dan sahnya keputusan sama dengan yang diperlukan untuk mengajukan permohonan pernyataan pailit. 5 Dalam hal permohonan diajukan oleh debitur, pengadilan dalam waktu paling lambat 3 tiga hari sejak tanggal didaftarkannya surat permohonan harus mengabulkan PKPU Sementara dan harus menunjuk seorang hakim pengawas dari hakim pengadilan, serta mengangkat satu atau lebih pengurus PKPU yang bersama dengan debitur mengurus harta debitur. Bila permohonan diajukan oleh kreditur, pengadilan dalam waktu paling Debitor dalam PT adalah Direksi yang merupakan salah satu organ PT disamping RUPS dan Komisaris. 4 Fred B.G. tumbuan , Hukum Kepailitan, Penyelesaian Utang Piutang Melalui Pailit atau Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Bandung: Alumni, 2001 hal 242-243. 5 Rahayu Hartini, OP, Cit., hal 191. Universitas Sumatera Utara lambat 20 dua puluh hari sejak tanggal didaftarkannya surat permohonan harus mengabulkan permohonan PKPU Sementara, dan harus menunjuk hakim pengawas dari hakim pengadilan serta mengangkat satu atau lebih pengurus PKPU yang bersama debitur mengurus harta debitur. Segera setelah PKPU Sementara diucapkan, maka pengadilan melalui pengurus wajib memanggil debitur dan kreditur yang dikenal dengan surat tercatat atau melalui kurir untuk menghaadap dalam sidang yang ditentukan paling lama pada hari ke 45 empat puluh lima, terhitung sejak putusan PKPU Sementara diucapkan. Apabila debitur tidak hadir dan sidang PKPU Sementara berakhir maka pengadilan wajib menyatakan debitur pailit dalam sidang yang sama pasal 225 UU No. 37 tahun 2004, 6 Debitur yang mengetahui bahwa keadaan keuangannya dalam kesulitan sehingga kemungkinan besar berhenti membayar utangnya, maka dapat memilih beberapa langkah dalam menyelesaikan utangnya tersebut, langkah-langkah yang dimaksud adalah, sebagai berikut: tetapi jika debitor menghadiri sidang tersebut dan juga mengajukan rencana perdamaian bagi para kreditornya, maka hakim pengadilan niaga menerima permohonan PKPU Tetap dengan jangka waktu 270 dua ratus tujuh puluh hari, terhitung sejak permohonan PKPU sementara diterima. a. Mengadakan perdamaian diluar pengadilan dengan para kreditornya. b. Mengadakan perdamaian di dalam pengadilan apabila debitur tersebut digugat secara perdata. 6 Sunarmi, Op. Cit., hal. 203. Universitas Sumatera Utara c. Mengajukan permohonan PKPU. d. Mengajukan perdamaian dalam PKPU. e. Mengajukan permohonan agar dirinya dinyatakan pailit oleh pengadilan. f. Mengajukan perdamaian dalam kepailitan. 7 Berkaitan dengan alternatif pilihan-pilihan tersebut, debitur seyogjanya memilih alternatif yang terbaik. Salah satu pilihan adalah mengajukan permohonan PKPU. PKPU harus diajukan oleh debitur sebelum adanya keputusan pernyataan pailit oleh hakim. Apabila pernyataan pailit ditetapkan, maka debitur tidak dapat lagi mengajukan permohonan PKPU, sebaliknya permohonan PKPU dapat diajukan bersama-sama dengan permohonan kepailitan. Dalam hal yang demikian hakim akan mendahulukan memeriksa PKPU. 8 PKPU akan membawa akibat hukum terhadap segala kekayaan debitur, dimana selama berlangsungnya PKPU , debitur tidak dapat dipaksakan untuk membayar utang- utangnya, dan semua tindakan eksekusi yang telah dimulai untuk memperoleh pelunasan utang harus ditangguhkan. Selama PKPU berlangsung debitur tidak dapat melakukan tindakan kepengurusan atau kepemilikan atas seluruh atau sebagian hartanya. 9 Dalam proses PKPU tersebut maka dipilihlahlah Pengurus yang berhak untuk melakukan segala sesuatu yang diperlukan untuk memastikan bahwa harta debitur tidak dirugikan karena tindakan debitur itu sendiri. Kewajiban debitur yang dilakukan tanpa 7 Man S. Sastra Widjaja, Hukum Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Bandung: PT. Alumni, 2006, hal. 201. 8 Ibid., hal 202. 9 Rahayu Hartini, OP. Cit., hal 211. Universitas Sumatera Utara mendapatkan persetujuan dari pengurus PKPU setelah dimulainya PKPU hanya dapat dibebankan kepada harta debitur sejauh hal itu menguntungkan harta debitur. Dengan persetujuan pengurus PKPU, debitur dapat melakukan pinjaman dari pihak ketiga hanya dalam rangka meningkatkan nilai harta debitur. Apabila dalam melakukan pinjaman perlu diberikan jaminan, maka debitur dapat membebani hartanya dengan gadai, fidusia, hak tanggungan, hipotek atau hak agunan atas kebendaan lainnya, asalkan telah memperoleh persetujuan hakim pengawas. Pembebanan harta debitur dengan hak gadai, fidusia, hak tanggungan, hipotek atau hak agunan atas kebendaan lainnya hanya dapat dilakukan terhadap bagian harta debitur yang belum dijadikan jaminan utang sebelumnya. Harta kekayaan debitur yang akan dijadikan jaminan utang baru tidak terikat dengan jaminan utang yang lama, sehingga dalam memperoleh pinjaman baru tidak akan menjadi kendala penyelesaian utang lama. Dengan dilakukannya peminjaman utang yang baru diharapkan mampu memulihkan kondisi perusahaan agar lebih membaik, dengan membaiknya kondisi perusahaan diharapkan tujuan pelaksanaan PKPU terwujud, sehingga proses kepailitan tidak akan terjadi dan akhirnya, dapat menyelamatkan perusahaan dari kehilangan asset dan juga tenaga kerjanya. 10 Sesuai dengan ketentuan pasal 234 ayat 1 UUK-PKPU, pengurus PKPU yang diangkat harus independen dan tidak memiliki benturan kepentingan dengan debitur atau 10 Ibid, hal 211,212 Universitas Sumatera Utara kreditur. 11 a. Orang perseorangan yang berdomisili di wilayah Negara Republik Indonesia, yang memiliki keahlian khusus yang dibutuhkan dalam rangka mengurus harta debitur; dan Menurut pasal 234 ayat 3 UUK-PKPU yang dapat menjadi pengurus PKPU adalah: b. Terdaftar pada kementrian yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya dibidang hukum dan peraturan perundang-undangan yaitu Departemen hukum dan hak asasi Manusia. 12 UUK-PKPU tidak main-main dengan menentukan persyaratan bahwa pengurus PKPU harus independen. Menurut pasal 234 ayat 2 pengurus PKPU yang terbukti tidak independen sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 234 ayat 1 dikenakan sanksi pidana dan atau perdata sesuai dengan peraturan perundang-undangan. UUK-PKPU merujuk pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, dengan demikian dapat dipastikan hal tersebut akan menimbulkan ketidakpastian di dalam penjatuhan sanksi atas pelanggaran tersebut. Artinya akan timbul tarik ulur antara penegak hukum dan terdakwa mengenai hukum apa yang seharusnya diberlakukan terhadap permasalahan tersebut. Mengenai hukum perdata yang dapat diberlakukan untuk menuntut ganti rugi adalah pasal 1365 Kitab Undang-undang Hukum Perdata. 13 Selain ketidakpastian mengenai sanksi pidana atas pelanggaran tersebut, disayangkan pula tidak adanya tolak ukur atau batasan untuk menentukan independensi 11 Pasal 234 ayat 1 UUK-PKPU. 12 Pasal 234 ayat 3 UUK-PKPU. 13 Sutan Remy Syahdeini, Hukum Kepailitan Memahami Undang-undang Nomor 37 tahun2004 tentang Kepailitan, Jakarta: PT. Pustaka Utama Grafiti, 2010, hal. 345. Universitas Sumatera Utara dari pengurus PKPU yang diangkat. Artinya hal-hal apa saja yang dapat dipakai untuk menentukan seorang pengurus PKPU independen atau tidak independen. Oleh karena yang mengangkat pengurus PKPU adalah hakim yang menyidangkan permohonan PKPU, maka hakimlah yang bertanggung jawab bukan pengurus PKPU, bila ternyata pengurus PKPU yang diangkat tidak independen. Seyogjanya sebelum hakim menetapkan siapa yang akan diangkat sebagai pengurus PKPU, seharusnya terlebih dahulu hakim memastikan independensi dari orang yang diangkat sebagai pengurus PKPU tersebut. 14 PKPU akan membawa akibat hukum terhadap segala harta kekayaan debitor. Untuk itu Undang-Undang Kepailitan membedakan antara debitor yang telah menikah dengan persatuan harta dan yang menikah tanpa persatuan harta. Apabila debitur telah menikah dalam persatuan harta, maka harta debitur mencakup semua aktiva dan pasiva persatuan pasal 241 UU No.37 Tahun 2004. 15 Penyelenggaraan PKPU merupakan suatu jalan untuk menghindari perusahaan dari proses kepailitan. Perusahaan yang berhasil diterima permohonan PKPU oleh pengadilan jangan sampai mensiakan kesempatan untuk memperbaiki perusahaannya. Namun ada kalanya PKPU yang diselenggarakan juga tidak berhasil hal ini disebabkan oleh berbagai faktor yang menjadi kendala, salah satunya factor kurangnya kepercayaan dari kreditur- kreditur yang baru untuk memberi pinjaman guna kelanjutan usaha debitur, atau para kreditur baru bersedia memberikan pinjaman dengan persyaratan yang cukup 14 Ibid., hal 345-346. 15 Sunarmi, Op.,Cit, hal. 212. Universitas Sumatera Utara memberatkan debitur, sehingga bukannya perbaikan perusahaan yang akan terjadi, malah sebaliknya. PKPU yang dimintakan oleh debitor maupun kreditor sebaiknya dilakukan dengan cukup hati-hati dan penuh ketelitian, sekali para pihak salah langkah akan menyebabkan kehancuran pengelolaan harta kekayaan perusahaan debitor. Oleh sebab itu pemilihan terhadap pengurus PKPU yang berkualitas akan sangat menentukan arah atau langkah perusahaan selanjutnya . Diharapkan dengan PKPU akan mampu menetralisir keadaan perekonomian perusahaan yang akhirnya berdampak pada pemulihan perekonomian negara. 16 Pelaksanaan PKPU sangat di dukung oleh keterlibatan pengurus PKPU dalam menyelesaikan asset kekayaan debitor, sehingga segala sesuatunya harus dapat penanganan yang teliti dari seorang atau beberapa pengurus PKPU yang ditunjuk dalam proses PKPU oleh pengadilan. Berhasil atau tidaknya proses PKPU sangat ditentukan oleh pengurus PKPU yang handal, yang mampu melaksanakan eksistensinya sebagai pengurus yang tidak memihak kepada salah satu pihak manapun. Kreditor maupun debitor harus patuh dan tunduk kepada kewenangan pengurus PKPU yang tentunya mempunyai batas- batas sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kewenangan pengurus PKPU juga berdampak pada berhasil atau tidaknya tujuan dilakukannya PKPU, yaitu untuk mencegah kepailitan seorang debitor atau perusahaan yang tidak dapat membayar tetapi mungkin dapat membayar di masa yang akan datang dalam jangka waktu yang disepakati 16 Ibid., hal. 213. Universitas Sumatera Utara bersama antara debitor dan kreditor. PKPU sebenarnya pemberian ruang bernafas kepada debitor dalam menghadapi para kreditor yang menekan untuk mengorganisir dan melanjutkan usaha yang akhirnya untuk dapat memenuhi tagihan-tagihan para kreditornya. Apabila reorganisasi perusahaan dan reshcedulling utang-utangnya tidak berhasil, maka PKPU dapat dengan mudah diubah menjadi kepailitan. 17 Seorang kurator dalam suatu kepailitan menggantikan posisi debitor yang pailit dalam melakukan pengurusan terhadap harta kekayaannya, tetapi seorang pengurus PKPU tidak menggantikan debitor. Karena pada prinsipnya yang satu tidak dapat bertindak tanpa yang lainnya. Jadi setelah putusan hakim pengadilan niaga mengabulkan permohonan PKPU, maka lahirlah satu atau lebih pengurus PKPU yang ditetapkan oleh hakim tersebut yang menyebabkan pembatasan ruang gerak debitor terhadap keleluasaannya mengurus dan mempergunakan harta kekayaannya, dimana ia tidak diperkenankan untuk mengelola usahanya tanpa kerjasama dengan pengurus PKPU. Berarti dalam hal ini debitor tidak kehilangan haknya untuk melepaskan dan mengurus harta kekayaannya sebagai akibat dari putusan tersebut, tetapi debitor masih bisa mengurus harta kekayaan perusahaannya bersama-sama dengan pengurus PKPU. 18 Apabila pengurus PKPU tanpa pertimbangan atau penelitian sebagaimana mestinya, maka ia dianggap tidak bertanggung jawab. Oleh sebab itu pengurus PKPU harus secara terus menerus memantau usaha dari debitor. Segera setelah pengurus PKPU mengetahui adanya jumlah penghasilan tetap yang berkurang atau timbulnya biaya-biaya 17 Rahayu Hartini, Op. Cit., hal 245-246. 18 Ibid., hal 227. Universitas Sumatera Utara dari kelanjutan usaha diluar batas maksimal yang diperkirakan maka pengurus PKPU harus segera menghentikan dan mengakhiri usaha perusahaan debitor tersebut. Ada kekecualiannya dimana pengurus PKPU oleh Undang-undang diberi hak untuk bertindak sendiri tanpa kerjasama dengan debitor, yakni jika pengurus perusahaan melanggar pasal 240 UUK-PKPU tersebut maka pengurus PKPU tanpa debitur dalam hal ini adalah pengurus perusahaan berhak melakukan segala sesuatu yang diperlukan untuk memastikan bahwa harta debitur tidak dirugikan karena tindakan debitur tersebut. 19 Memang soal kewenangan pengurus PKPU adalah hal yang tidak mudah, karena pengurus PKPU tidak dapat bertindak sendiri, walaupun dalam hal pengurus perusahaan secara tidak layak menolak bekerja sama dengan pengurus PKPU. Senjata pengurus PKPU dalam hal ini adalah hanya memohon kepada Pengadilan Niaga untuk menarik kembali PKPU. Untuk dapat mencapai hasil yang maksimal selama PKPU berlangsung maka diperlukan peran aktif serta professional pengurus PKPU serta hakim pengawas sebagai pihak-pihak yang terlibat dalam proses tersebut. 20 Dalam UUK-PKPU menentukan bahwa pengurus PKPU bertanggung jawab terhadap kesalahan dan kelalaiannya dalam melaksanakan tugas kepengurusannya yang dapat menyebabkan kerugian terhadap harta debitur, tetapi tidak mengatur tentang bagaimana tanggung jawabnya terhadap pihak ketiga. Dalam hal tersebut pengurus PKPU dan pengurus perusahaan, masing-masing bertanggung jawab secara renteng atau tidak. 19 Kartini Muljadi, Hukum Kepailitan, Penyelesaian Utang Piutang Melalui Kepailitan Dan PKPU, Bandung: Alumni, 2001,Hal. 260. 20 Ibid, hal. 261 Universitas Sumatera Utara Demikian juga halnya dalam suatu perjanjian yang dilakukan oleh pengurus perusahaan dengan pihak ketiga, dimana pengurus perusahaan tidak mau mengindahkan intruksi dari pengurus PKPU, apakah dalam hal ini pengurus PKPU juga bertanggung jawab, jika terjadi kerugian terhadap harta kekayaan perusahaan. Dalam perjanjian timbal balik, penentuan oleh pengurus PKPU dalam hal suatu perjanjian timbal balik akan dilaksanakan atau tidak. Jika tidak dilaksanakan, maka pengurus perusahaan akan cidera janji dengan semua dampak hukumnya. Tetapi jika pengurus PKPU menyetujuinya dan ternyata mengakibatkan kerugian bagi debitur, maka pengurus PKPU juga harus bertanggung jawab. Pengurus PKPU tidak dapat bertindak sendiri, selalu harus bersama dengan pengurus perusahaan, oleh sebab itulah pengurus perusahaan harus menyetujui hal-hal yang baik untuk kekayaan perusahaannya sebagaimana disarankan atau dikehendaki oleh Pengurus PKPU. Ketentuan tentang pengakhiran PKPU dapat membantu pengurus untuk mengahadapi debitor nakal, dimana pengurus wajib mengajukan permohonan pengakhiran PKPU dalam dua hal yaitu: i pengurus perusahaan selama PKPU bertindak dengan itikad buruk dalam melakukan pengurusan terhadap harta kekayaannya, dan ii selama waktu PKPU, keadaan harta perusahaan ternyata tidak lagi memungkinkan dilanjutkan PKPU. Dan akibatnya dari pengakhiran PKPU tersebut adalah bahwa perusahaan tersebut dinyatakan pailit. Tetapi apakah itu cukup bijaksana untuk menyelesaikan permasalahan terhadap kewenangan pengurus dalam PKPU. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka penulis tertarik untuk menuangkan hal tersebut ke dalam TESIS yang penulis beri judul “Kewenangan Pengurus Terhadap Harta Kekayaan Perusahaan Dalam Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang PKPU ”.

B. Permasalahan

Dokumen yang terkait

Kewenangan Kreditur Dalam Permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Menurut UU No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (Studi Terhadap Putusan Pengadilan Niaga No. 05/ PKPU/ 2010/ PN. Niaga – Medan)

2 52 135

Tinjauan Yuridis Terhadap Efektifitas Proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Dan Perdamaian Sebagai Alternatif Penyelesaian Utang Piutang Perusahaan

0 30 156

Pelaksanaan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU), Ditinjau Dari Undang-Undang Kepailitan

2 59 2

Akibat Hukum Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Terhadap Perjanjian Timbal Balik

4 98 92

TINJAUAN YURIDIS PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG YANG DIAJUKAN OLEH PIHAK KREDITOR KEPADA DEBITOR DALAM RANGKA MENCAPAI TUJUAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG.

0 5 12

SKRIPSI TINJAUAN YURIDIS PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG YANG DIAJUKAN OLEH PIHAK KREDITOR KEPADA DEBITOR DALAM RANGKA MENCAPAI TUJUAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG.

0 3 13

PENDAHULUAN TINJAUAN YURIDIS PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG YANG DIAJUKAN OLEH PIHAK KREDITOR KEPADA DEBITOR DALAM RANGKA MENCAPAI TUJUAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG.

0 4 19

Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

0 0 12

BAB II FILOSOFI KEWENANGAN KREDITOR DALAM PENGAJUAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG 2.1. Hakikat dan Tujuan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang - KEWENANGAN KREDITOR DALAM PERMOHONAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 34

BAB III UPAYA HUKUM DEBITOR PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG YANG DIAJUKAN OLEH KREDITOR 3.1. Upaya Hukum dalam Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang - KEWENANGAN KREDITOR DALAM PERMOHONAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG Repository

0 0 29