Tinjauan Ekonomi Analisis Produktivitas Dan Umur Tanaman Terhadap Pendapatan Petani Kopi Arabika ( Studi Kasus: Desa Tanjung Beringin Kecamatan Sumbul Kabupaten Dairi)

Untuk memperoleh hasil bermutu tinggi buah kopi dipetik setelah matang, Tanaman kopi umumnya akan mulai berbunga setelah berumur ± 2 tahun. Keluarnya bunga tidak terjadi secara serempak. Oleh karena itu buah kopi dipetik secara bertahap. Panen raya bisa berlangsung selama 4-5 bulan dengan giliran pemetikan pertanaman 10-14 hari. Setiap pohon kopi bisa menghasilkan 0.5-5 kg biji kopi, tergantung dari umur tanaman dan bagaimana cuaca pada tahun tersebut, misal curah hujannya cukup atau tidak dan sebagainya. Buah kopi biasanya dipasarkan dalam bentuk kopi beras, yaitu kopi kering yang sudah terlepas dari daging buah dan kulit arinya. Kadar air kopi beras optimum adalah 10-13. Bila kadar air kopi beras lebih dari 13 biasanya akan mudah terserang cendawan, sedangkan bila kurang dari 10 akan mudah pecah Tim Tani Karya Mandiri, 2010. Pemupukan yang dilakukan umumnya 2 kali dalam setahun yaitu pada saat awal musim hujan dan di akhir musim hujan dengan tujuan untuk meningkatkan produksi tanaman. Pada tahun pertama setiap tanaman dipupuk dengan urea sebanyak 50g, SP- 36 25g, dan KCL 20g, semakin tinggi umur tanaman maka semakin banyak dosis pupuk yang diberikan agar mengahasilkan masa kemasakan buah yang bagus dan kualitas yang bagus pula. Penanaman pohon pelindung sangat diperlukan dalam membangun sebuah perkebunan kopi khususnya untuk tanaman kopi Arabika jumlah pohon pelindung lebih sedikit dibandingkan dengan perkebunan kopi Robusta. Pohon pelindung berfungsi sebagai pupuk hijau. Untuk pemangkasan dilakukan pada awal atau akhir musim hujan setelah pemupukan ini dilakukan agar tanaman tidak mudah terserang penyakit serta kuantitas buah yang dihasilkan tidak sedikit Anggara, 2011.

2.2. Tinjauan Ekonomi

Di Indonesia tanaman kopi, dibudidayakan oleh rakyat dan perkebunan besar di beberapa tempat, antara lain DI Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, dan Timor Leste. Dari keseluruhan sentra produksi tersebut produksi kopinya mencapai 88,37 dari total produksi Indonesia. Tanaman kopi yang dirawat dengan baik biasanya sudah mulai berproduksi pada umur 3-4 tahun, tergantung pada iklim dan jenisnya. Kopi Arabika dapat berproduksi hingga 12 tahun. Namun demikian tingkat produksi kopi sangat dipengaruhi oleh pemeliharaannya seperti pemupukan, pemberantasan terhadap hama penyakit juga pada pemilihan bibit Retnandari dan Tjokrowinoto, 1991. Walaupun kopi terutama diperuntukkan hanya untuk minuman tapi ternyata kopi sumber citarasa kopi dapat digunakan untuk macam macam makanan, pernak-pernik kerajinan tangan, maupun berbagai manfaat lain yang dapat diperoleh dari: 1 Biji kopi secara alami mengandung cukup banyak senyawa calon pembentuk citarasa dan aroma khas kopi antara lain asam amino dan gula. Membentuk senyawa melancidin yang memberikan warna cokelat yang 2 Daging buah dapat dimanfaatkan untuk bahan baku yang diproses untuk campuran pakan ternak.dan kulit buah dapat dijadikan bahan pembuatan pupuk kompos. dapat disuling dan menghasilkan minyak biji kopi dan dapat dipergunakan untuk campuran dalam pembuatan sabun, campuran minyak cat, bahkan industri plastik memanfaatkannya untuk pembuatan jenis plastik cavelite. 3 Kayu pohon kopi dapat dipergunakan untuk pembuatan barang barang kerajinan, patung, dan kipas yang serba menarik. Siswoputranto, 1992. Untuk mendapatkan hasil produksi kopi yang optimal maka sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi yang mendukung proses produksi kopi tersebut. Faktor produksi tersebut adalah lahan, modal, tenaga kerja, dan faktor lingkungan. Masing masing faktor mempunyai fungsi yang berbeda dan saling terkait satu sama lain. Kalau salah satu faktor tidak tersedia maka proses produksi tidak akan berjalan dengan baik, Beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi proses produksi seperti iklim, kondisi lingkungan, kondisi tanah Daniel, 2002. Sebagai salah satu hasil komoditi pertanian, kopi nampaknya masih akan mempunyai kemampuan yang besar dalam menyerap tenaga kerja. Sampai saat ini di Indonesia sektor pertanianlah yang mempunyai peluang besar dalam menyerap tenaga kerja. Hubungan antara petani kopi dan kebun kopi sangat fluktuatif seiring dengan fluktuatif harga kopi di pasar, dan pada gilirannya hal ini berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja. Tetapi pada saat harga rendah petani hampir tidak berhubungan dengan kopinya. Dengan demikian tenaga kerja yang diperlukan juga tidak banyak Retnandari dan Tjokrowinoto, 1991. Peningkatan pendapatan petani atau pengusaha pertanian ditentukan oleh jumlah produksi yang dapat dihasilkan oleh satu orang petani atau perusahaan pertanian, harga penjualan produksi dan biaya produksi atau usahatani atau perusahaan pertanian. Jumlah produksi dari satu usahatani atau satu perusahaan pertanian, ditentukan oleh skala usaha dan produktivitas yang dapat diperoleh satu unit usahatani atau perusahaan pertanian. Besarnya skala usahatani dapat ditentukan oleh besarnya jumlah penduduk yang hidup atau berusaha dalam sektor pertanian. Harga penjualan yang dapat diperoleh petani atau pengusaha pertanian ditentukan oleh berbagai faktor yaitu mutu hasil, pengolahan hasil, dan sistem pemasaran yang baik, sementara biaya produksi lebih mudah dikendalikan oleh petani dan salah satu faktor yang paling menentukan adalah produktivitas petani. Faktor faktor lain yang mempengaruhi biaya produksi adalah ketersediaan dan harga input, produktivitas tenaga kerja dan kemampuan pengelolaan usahatani untuk meningkatkan efisiensi Simanjuntak, 2004. Analisis ekonomi dilakukan untuk menghitung sejauh mana usaha yang telah dijalankan dapat memberikan keuntungan. Pendapatan usahatani tersebut baru dapat diperoleh apabila semua biaya yang telah dikeluarkan dapat ditutupi oleh hasil penjualan dari kegiatan produksi yang telah dilakukan Soekartawi b, 2002.

2.3. Landasan Teori