didiamkan 7 – 8 jam sampai menghasilkan tiga lapisan yaitu air lapisan paling bawah, blondo lapisan tengah, dan minyak murni lapisan paling atas. Kemudian minyak
kelapa murni tersebut dipisahkan secara hati – hati. Sutarmi,S. 2006.
2.4.2. RBD.CNO
Minyak kelapa komersial RBD dibuat dari kopra. Minyak ini diproses dari perkebunan sampai ke pemurnian minyak membutuhkan waktu berbulan – bulan sejak
dilakukan pemanenan sampai ke proses pembuatan. Hal ini disebabkan minyak kopra membutuhkan penyulingan refined, pemutihan bleaching dan penghilangan bau
deodorized. Penyulingan pada minyak kopra, menggunakan asam hydrocloric, pelarut, dan uap pada suhu tinggi untuk menghilangkan kontaminasi. Proses ini dapat
meninggalkan residu dari pelarut dan bahan kimia yang bersifat karsinogenik. Zainal Gani, 2006
Secara umum, pembuatan minyak kelapa dilakukan dengan mengeringkan buah kelapa melalui pemanasan yang diminimalkan, lalu dipres secara mekanik. Selanjutnya,
minyak akan keluar saat pengepresan. Pembuatan minyak kelapa dengan cara seperti ini biasa disebut pembuatan minyak kelapa cara kering.
Kopra merupakan daging kelapa yang dikeringkan. Pengeringannya bisa dilakukan dengan sinar matahari, asap, atau pembakaran. Selanjutnya, kopra dibungkus
lain kemudian ditumbuk dengan menggunakan penumbuk kayu lalu direbus dalam air mendidih. Minyak akan terekstrak dan mengapung dipermukaan sehingga dapat
dipisahkan dari air. Minyak kelapa yang diperoleh dengan cara ini memiliki rendemen yang rendah. Selain itu, biasanya sanitasi pengeringan kopra kurang diperhatikan. Hal
ini membuat minyak yang dihasilkan tidak bisa langsung dikonsumsi. Minyak kelapa terlebih dahulu harus dimurnikan refined, lalu diputihkan bleaching, dan dihilangkan
aromanya deodorized. Sutarmi,S. 2006.
Universitas Sumatera Utara
Minyak hasil penyaringan disebut minyak kasar, yang masih mengandung zat–zat terlarut dan perlu dilakukan proses pemurnian yaitu untuk menghilangkan zat – zat
warna yang terlarut, sehingga jernih. Suhardiyono,L. 1995. Pada tahap pemurnian Refined terjadi proses pemanasan yang tinggi. Tujuannya
untuk memisahkan atau menghilangkan komponen minyak yang tidak tersabunkan, sterol, klorofil, vitamin E, dan karotenoid, walaupun hanya dalam jumlah kecil. Selain
itu, pada tahap pemurnian, karoten yang merupakan antioksidan alami yang kadarnya akan menurun dan asam lemak tak jenuhnya sebagoan besar terhidrogenasi. Minyak
yang terhidrogenasi mengandung trans fatty acid. Pemurnian minyak merupakan proses ponghilangan rasa serta bau yang tidak
enak, warna yang tidak menarik, dan untuk memperpanjang masa simpanan. Sementara tujuan tahap pemutihan bleaching adalah untuk menghilangkan warna yang tidak
menarik, sedangkan tahap penghilangan bau deodorized untuk menghilangkan bau yang tidak enak. Oleh karena itu, tahapan ini dapat menambah masa simpan minyak
kelapa sebelum dikonsumsi atau digunakan sebagai bahan mentah dalam industri. Sutarmi,S. 2006.
Untuk memperoleh minyak dalam jumlah lebih banyak, dilakukan perlakuan – perlakuan sebelum kopra dimasukkan kedalam ekspeller, terdiri atas :
1. Pembersihan kopra, terdiri atas pemisahan benda – benda asing, khususnya
bahan dari besi seperti paku. Pembersihan dilakukan dengan magnetic separator. 2.
Memperkecil ukuran kopra, menggunakan mesin pemecah dan penggiling. 3.
Mengeringkan kopra sampai pada kadar air yang tepat. Menurut Thieme 1968 kadar air kopra yang tepat untuk proses expeller ini adalah 3 – 5 . Pengering
dibangun mejadi satu dengan expeller sehingga kopra yang keluar dari
Universitas Sumatera Utara
pengering masih dalam keadaan panas langsung dibawa kepada expeller. Hal ini mengakibatkan minyak yang dihasilkan menjadi lebih encer.
Pada proses kering ini terdapat modifikasi bahan mentah yang diproses, yaitu daging buah kelapa segar. Bedanya dengan proses basah adalah buah kelapa segar tidak
dibuat kopra, melainkan diparut menggunakan mesin selanjutnya daging buah kelapa parutan ini digoreng selama 30 menit dan dalam keadaan panas dimasukkan kedalam
expeller untuk diperas minyaknya. Hasil yang diperoleh adalah minyak goreng dengan mutu yang baik dan memenuhi standar mutu minyak yang dipersyaratkan di dalam
Standar industri Indonesia. Suhardiyono,L. 1995.
2.5. Analisa Parameter 2.5.1. Asam Lemak Bebas