Pilihan Forum Perlindungan Hukum Terhadap Penerima Lisensi Paten di Indonesia

BAB III HAMBATAN-HAMBATAN HUKUM DALAM MEMBERIKAN

PERLINDUNGAN TERHADAP PENERIMA LISENSI PATEN DI INDONESIA

A. Pilihan Forum dan Pilihan Hukum

1. Pilihan Forum

Pilihan hukum dalam kontrak internasional bersumber kepada kehendak para pihak berdasarkan persetujuan mereka sesuai dengan asas facta suntservanda. 94 Asas facta suntservanda dalam kebebasan berkontrak merupakan asas yang berlaku universal, termasuk dalam hal penyelesaian sengketa dalam perjanjian perdagangan internasional. prinsip ini pula yang dijadikan dasar suatu proses penyelesaian sengketa, dimana para pihak memiliki kebebasan penuh untuk menentukan dan memilih cara atau mekanisme bagaimana sengketanya diselesaikan principle of free choice of means. Pada dasarnya, forum yang dikenal dalam hukum penyelesaian sengketa internasional, yaitu negosiasi, mediasi, konsiliasi, arbitrase, penyelesaian melalui hukum atau melalui pengadilan atau cara-cara penyelesaian lainnya yang disepakati oleh para pihak yang bersengketa. 95 Dasar hukum Prinsip kebebasan memilih cara-cara penyelesaian sengketa ini, termuat antara lain dalam Pasal 7 United Nations Commission on International Trade Law UNCITRAL Model Law on International Commercial Arbitration. Pasal ini 94 Yansen Dermanto Latip, Pilihan Hukum dan Pilihan Forum dalam Kontrak Internasional, Jakarta: UI Press, 2002, hal. 18. 95 Huala Adolf, Hukum Perdagangan Internasional, Jakarta: Rajawali Pers, 2006, hal. 200. Universitas Sumatera Utara memuat definisi mengenai perjanjian arbitrase, yaitu perjanjian penyerahan sengketa ke suatu badan arbitrase. Pasal ini menjelaskan bahwa penyerahan sengketa melalui arbitrase merupakan kesepakatan atau perjanjian para pihak, yaitu penyerahan sengketa melalui badan arbitrase harus ada kebebasan bagi para pihak dalam memilihnya. 96 Sedangkan dalam sistem hukum Nasional Indonesia, ketentuan mengenai Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa APS diatur dalam Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999. Pelaksanaan putusan penyelesaian sengketa, khususnya yang dibuat di luar negeri hingga saat ini masih menjadi masalah yang tidak mudah. Hal ini karena pihak yang kalah di dalam suatu sengketa tidak jarang merasa keberatan melaksanakan putusan tersebut. Demikian juga halnya pengadilan dalam negeri yang diharapkan dapat membantu proses pelaksanaan putusan ternyata kurang memberikan respons yang konstrukstif. Hal ini juga yang menjadi cirri utama kelemahan dari putusan- putusan penyelesaian sengketa oleh badan-badan penyelesaian sengketa asing. 97 Di samping itu, aparat penegak hukum yang merupakan pilar utama penegakan Hak Kekayaan Intelektual HaKI ternyata justru belum mempunyai bekal pemahaman Hak Kekayaan Intelektual HaKI dalam dimensi lokal maupun internasional, sehungga tidak mengherankan bila pelanggaran Hak Kekayaan 96 Ibid, hal. 197. 97 Huala Adolf, Op. Cit., hal. 220. Universitas Sumatera Utara Intelektual HaKI masih dianggap bukan kategori tindak pidana yang meresahkan masyarakat yang belum perlu mendapatkan prioritas penanganan utama. 98 Selain itu, kinerja Pengadilan Niaga dalam menangani perkara ternyata telah banyak menyebabkan kerugian pada pencari keadilan. Hal ini terjadi karena rendahnya wawasan hakim tentang hukum ekonomi dan masih adanya permainan kotor di lingkungan Pengadilan Niaga. Dengan kualitas dan kinerja hakim yang rendah, pada masa yang akan datang, nampaknya sulit untuk memprediksi kemampuan Pengadilan Niaga untuk menyelesaikan sengketa Hak Kekayaan Intelektual HaKI secara adil. 99 Dalam ketentuan Undang-undangan Nomor 14 Tahun 2001 Tentang Paten, penyediaan sarana Alternatif Penyelesaian Sengketa APS bukan merupakan prasyarat yang wajib ditempuh oleh pihak-pihak yang bersengketa sebelum memasukkan gugatan perdatanya melalui jalur litigasi. Sarana alternatif penyelesaian sengketa hanya merupakan yang disediakan pada para pihak yang bersengketa atau dengan kata lain penggunaannya tergantung pada tingkat kepercayaan masyarakat pada sarana ini. 100 Risiko yang dihadapi dalam hal Penyelesaian sengketa melalui Alternatif Penyelesaian Sengketa APS, yaitu apabila pihak yang kalah tidak mau melaksanakan putusan yang dikeluarkan, karena pelaksanaan putusan melalui Alternatif Penyelesaian Sengketa APS lebih banyak bergantung kepada iktikat baik 98 Adi Sulistiyono, Op. Cit, hal. 112. 99 Ibid., hal. 114. 100 Ibid, hal. 115. Universitas Sumatera Utara para pihaknya, karena sifat putusannya dari awal dilandasi oleh asas konsensuail. Pelaksanaan Putusan Alternatif Penyelesaian Sengketa APS akan lebih sulit lagi apabila putusan tersebut dibuat di luar negeri. 101 Upaya pihak yang menang yang berupaya agar putusan Alternatif Penyelesaian Sengketa APS dapat dilaksanakan semakin sangat bergantung kepada iktikat baik ini. Tidak ada kepastian hukum kapan dan apakah pihak yang kalah mau melaksanakan putusan Alternatif Penyelesaian Sengketa APS tersebut. 102 Dengan demikian, tentu sulit, dan prosesnya juga panjang serta berlarut-larut. Belum lagi pertimbangan biaya yang akan dikeluarkan untuk proses tersebut. Biasanya biaya penyelesaian sengketa di luar negeri tidaklah murah. Selain itu penggunaan cara penyelesaian sengketa ini juga akan sangat merugikan bagi pihak yang lemah posisi tawarnya, dan sebaliknya menguntungkan pihak yang mempunyai posisi dominan. Dalam hal ini. Pihak yang kuat akan menekan pihak yang lemah. Hal ini acap kali terjadi ketika dua pihak bernegosiasi untuk menyelesaikan sengketa diantara mereka. 103

2. Pilihan Hukum