Perbedaan biaya produksi antara perlakuan intensif dan biasa.

5.1. Perbedaan biaya produksi antara perlakuan intensif dan biasa.

Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk melakukan usahatani cabai merah yang meliputi input produksi bibit, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja, dan biaya penyusutan peralatan. Setiap kegiatan usahatani membutuhkan biaya produksi untuk menjalankan proses usahataninya dengan baik. Biaya yang dikeluarkan mulai dari proses pengolahan tanah sampai dengan proses kegiatan pemasaran yang dilakukan petani. Biaya produksi terdiri dari biaya tetap fixed cost dan biaya tidak tetap variable cost. Yang masuk dalam biaya tetap adalah biaya penyusutan peralatan dan biaya sewa lahan atau PBB. Sedangkan yang dimaksud dengan biaya variabel adalah biaya bibit, pupuk, obat-obatan dan biaya tenaga kerja. Adapun perincian biaya produksi dijelaskan pada tabel berikut : Tabel 7. Rata-rata Biaya Produksi Cabai Merah Per Ha di Desa Kaban Intensif biasa Total Rata-rata Jumlah Rata-rata Jumlah Rata-rata Penyusutan 149.524.850,62 9.968.323,37 558.475.072,84 22.339.002,91 707.999.923,46 17.699.998,09 Saprodi 736.607.000,99 49.107.133,40 385.031.385,69 15.401.267,43 1.121.638.686,68 28.040.967,17 Tenaga Kerja 772.555.242,63 51.503.682,84 709.693.931,62 28.387.757,26 1.482.249.174,25 37.056.229,36 LahanPBB 2.157.857,14 143.857,14 4.564.798,53 182.591,94 6.722.655,68 168.066,39 Total Biaya 1.660.844.951,38 110.722.996,76 1.657.765.488,69 66.310.619,55 3.318.610.440,07 82.965.261,00 Sumber : Data diolah dari lampiran 15 Dari Tabel 7. dapat diketahui bahwa rata-rata biaya produksi yang dikeluarkan sampel yang memilih perlakuan intensif sebesar Rp 110.722.996,76,-, sedangkan petani yang memilih perlakuan biasa sebesar Rp 66.310.619,55,-. Sehingga rata-rata biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani cabai merah di Desa Kaban untuk 1 Ha lahan cabai merah adalah Rp 82.965.261,00,-. Universitas Sumatera Utara Untuk rata-rata perbedaan biaya produksi antara kedua pola perlakuan adalah sebagai berikut : Tabel 8. Uji Beda Rata-rata Biaya Produksi Group N Mean Std. Deviation Sig. Sig. 2-tailed Mean Difference Biaya Intensif 15 110722988.7600 24089262.34371 .690 .000 44369748.87880 biasa 25 66353239.8812 23322820.21669 Sumber : Data diolah dari lampiran 18 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa rata-rata Mean biaya produksi untuk perlakuan intensif adalah sebesar Rp 110.722.988,76,- dengan standar deviasi Rp 24.089.262,34,-. Sedangkan pada perlakuan biasa ekstensif sebesar Rp 66.353.239,88,- dengan standar deviasi Rp 23.322.820,21,-. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan intensif memiliki biaya produksi yang lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan biasa. Dari tabel 8. juga terlihat hasil Levene’s Test terdapat p-value = 0,690 lebih besar dari α = 0,05. Dapat disimpulkan bahwa kedua varians sama besar Equal variances assumed. Terlihat juga nilai tingkat signifikansi sig. 2-tailed rata-rata biaya produksi pada perlakuan intensif dan ekstensif adalah 0,000. Karena tingkat signifikansi 0,000 0,05, maka H ditolak dan H 1 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang sangat nyata pada biaya produksi dengan perlakuan intensif dan perlakuan biasa. Tabel tersebut juga diketahui bahwa perbedaan rata-rata biaya produksi keduanya Mean Difference adalah sebesar Rp 44.369.748.87,-. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar Rp 44.369.748.87,- perbedaan rata-rata biaya produksi yang dikeluarkan antara perlakuan intensif dan perlakuan biasa. Universitas Sumatera Utara

5. 2. Perbedaan penerimaan antara perlakuan intensif dan biasa.

Penerimaan adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Harga jual cabai merah sangat tidak stabil, yaitu berkisar antara Rp 8.000,- hingga Rp 37.000,- pada tingkat petani. Hal ini dikarenakan harga cabai akan melonjak tajam saat mendekati hari-hari besar keagamaan, tahun baru, maupun pada saat jumlahnya sedikit di pasar biasanya terjadi pada musim hujan. Tetapi akan sangat murah saat produksi cabai sudah terlalu banyak di pasaran. Tabel 9. Rata-rata Hasil Produksi dan Penerimaan Cabai Merah Per Ha di Desa Kaban Intensif Biasa Total Rata-rata Jumlah Rata-rata Jumlah Rata-rata Produksi 170.141,81 11.342,79 141.536,41 5.661,46 311.678,22 7.791,96 Pnerimaan 4.622.416.767,86 308.161.117,86 3.820.324.935,90 152.812.997,44 8.442.741.703,75 211.068.542,59 Sumber : Data diolah dari lampiran 16 Dari tabel 9. diketahui bahwa jumlah produksi yang dihasilkan oleh sampel yang memilih perlakuan intensif 170.141,81 Kg dengan penerimaan sebesar Rp 4.622.416.767,86,-. Dan rata-rata produksi 11.342,79 Kg dengan penerimaan rata-rata sebesar Rp 308.161.117,86,-. Sedangkan sampel yang memilih perlakuan biasa ekstensif 141.536,41 Kg dengan penerimaan sebesar Rp 3.820.324.935,90,-. Dan rata-rata produksinya 5.661,46 Kg dengan penerimaan rata-rata sebesar Rp 152.812.997,44,-. Rata-rata perbedaan penerimaan antara kedua pola perlakuan adalah sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara Tabel 10. Uji Beda Rata-rata Penerimaan Group N Mean Std. Deviation Sig. Sig. 2-tailed Mean Difference Penerimaan Intensif 15 308161117.8573 70295153.18220 .316 .000 155348120.42173 biasa 25 152812997.4356 52167478.15219 Sumber : Data diolah dari lampiran 19 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa rata-rata Mean penerimaan untuk perlakuan intensif adalah sebesar Rp 308.161.117,85,- dengan standar deviasi Rp 70.295.153,18,- sedangkan pada perlakuan ekstensif biasa sebesar Rp 152.812.997,43,- dengan standar deviasi Rp 52.167.478,15,-. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan intensif mendapatkan penerimaan yang lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan biasa. Dari tabel 10. juga terlihat hasil Levene’s Test terdapat p-value = 0,316 lebih besar dari α = 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua varians sama besar Equal variances assumed. Terlihat juga nilai tingkat signifikansi sig. 2- tailed rata-rata biaya produksi pada perlakuan intensif dan perlakuan biasa adalah 0,000. Karena tingkat signifikansi 0,000 0,05, maka H ditolak dan H 1 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat nyata pada penerimaan antara perlakuan intensif dan perlakuan biasa. Tabel tersebut juga diketahui bahwa perbedaan rata-rata penerimaan keduanya Mean Difference adalah sebesar Rp 155.348.120.42,-. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar Rp 155.348.120.42,- perbedaan rata-rata penerimaan yang diterima antara perlakuan intensif dan perlakuan biasa. Universitas Sumatera Utara

5. 3. Perbedaan pendapatan antara perlakuan intensif dan biasa.

Pendapatan dalam suatu usahatani merupakan hasil pengurangan penerimaan dengan biaya produksi. Biaya produksi yang dikeluarkan selama proses usahatani meliputi biaya input produksi bibit, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja, dan biaya penyusutan peralatan. Sedangkan penerimaan adalah hasil kali dari jumlah produksi dengan harga satuan hasil produksi. Tabel 11. Rata-rata Pendapatan Cabai Merah Per Ha di Desa Kaban Intensif Biasa Total Rata-rata Jumlah Rata-rata Jumlah Rata-rata Penerimaan 4.622.416.767,86 308.161.117,86 3.820.324.935,90 152.812.997,44 8.442.741.703,75 211.068.542,59 Total biaya 1.660.844.851,38 110.722.996,76 1.657.765.488,69 66.310.619,55 3.318.610.440,07 82.965.261,00 Pendapatan 2.961.571.816,48 197.438.121,10 2.162.559.447,21 86.502.377,89 5.124.131.263,68 128.103.281,59 Sumber : Data diolah dari lampiran 17 Dari tabel 11. di atas diketahui bahwa jumlah pendapatan rata-rata yang diterima oleh sampel penelitian yang memilih perlakuan intensif sebesar Rp. 197.438.121,10,- sedangkan sampel yang memilih perlakuan biasa memperoleh Rp 86.502.377,89,-. Ini menunjukkan bahwa pendapatan sampel yang memilih perlakuan intensif lebih banyak dibandingkan sampel yang memilih perlakuan biasa. Untuk rata-rata perbedaan biaya produksi antara kedua pola perlakuan adalah sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara Tabel 12. Uji Beda Rata-rata Pendapatan Group N Mean Std. Deviation Sig. Sig. 2-tailed Mean Difference Pendapatan Intensif 15 197438129.0973 72643200.14447 .261 .000 110978371.54213 Biasa 25 86459757.5552 47785832.90402 Sumber : Data diolah dari lampiran 20 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa rata-rata Mean pendapatan untuk perlakuan intensif adalah sebesar Rp 197.438.129,09,- dengan standar deviasi Rp 72.643.200,14,- sedangkan pada perlakuan biasa sebesar Rp 86.459.757,55,- dengan standar deviasi Rp 47.785.832,90,-. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan intensif memperoleh pendapatan yang lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan biasa. Dari tabel 12. juga terlihat hasil Levene’s Test terdapat p-value = 0,261 lebih besar dari α = 0,05. Dapat disimpulkan bahwa kedua varians sama besar Equal variances assumed. Terlihat juga nilai tingkat signifikansi sig. 2-tailed rata-rata biaya produksi pada perlakuan intensif dan perlakuan biasa adalah 0,000. Karena tingkat signifikansi 0,000 0,05, maka H ditolak dan H 1 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat nyata pada pendapatan antara perlakuan intensif dan perlakuan biasa. Tabel tersebut juga menunjukkan bahwa perbedaan rata-rata pendapatan keduanya Mean Difference adalah sebesar Rp 110.978.371.54,-. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar Rp 110.978.371.54,- perbedaan rata-rata penerimaan yang diterima antara perlakuan intensif dan perlakuan biasa. Universitas Sumatera Utara

5.4. Analisis Regresi Logistik