pertanian yang dihasilkan petani sangat mempengaruhi pendapatan petani Hanani, Jabal, dan Mangku. 2003
Untuk menutup keran impor cabai perlu diupayakan usaha perluasan lahan penanaman serta inovasi baru dalam teknologi budidaya cabai. Salah satu
cara yang memungkinkan adalah dengan terobosan teknologi budidaya cabai yang mampu menghasilkan produksi tinggi pada luasan lahan yang terbatas. Teknologi
tersebut berupa penggunaan benih hibrida, mulsa, pemeliharaan secara intensif, serta ditunjang oleh pengelolaan yang profesional Prajnanta, 1999.
2.2 Landasan Teori
2.2.1. Jenis pengelolaan
Dalam sebuah usahatani, faktor produksi merupakan sesuatu hal yang sangat penting. Menurut Mubyarto 1991, faktor produksi terdiri dari empat
komponen, yaitu tanah atau lahan, modal, tenaga kerja dan skill atau manajemen pengelolaan. Keberadaan dari sistem pengelolaan tidak akan menyebabkan proses
produksi tidak berjalan atau batal. Namun pengelolaan hanya menekankan pada usahatani yang maju dan berorientasi pasar keuntungan.
Kemampuan pengelolaan sangat penting, karena usahatani bukanlah semata-mata hanya sebagai cara hidup. Jatuh-bangunnya suatu usaha salah
satunya dipengaruhi oleh kemampuan dalam mengelola faktor-faktor produksi Rahardi dkk, 2007.
Menurut Tohir dalam Suratiyah 2009, dalam usahatani sering ditemukan istilah intensif dan ekstensif perlakuan biasa yang tidak mudah untuk
menentukan perbedaannya karena tidak memiliki sifat yang mutlak. Usahatani
Universitas Sumatera Utara
dikatakan intensif jika banyak menggunakan tenaga kerja dan atau modal per satuan luas, dan sebaliknya.
Pertanian intensif dan ekstensif berkonotasi terhadap jumlah input perhektar, seperti penggunaan teknologi dan penggunaan mesin atau tenaga
manual. Intensif dan ekstensif berlaku antara waktu, antar daerah dan antar tanamanusaha. Indikatornya adalah jumlah pengunaan input persatuan luas
Tarigan, 2001. Menurut PPL penyuluh pertanian lapangan Kecamatan Kabanjahe,
sistem pengelolaan dapat dibagi menjadi 4 bagian, yaitu dari perlakuan biasa hingga perlakuan yang sangat intenif. Namun untuk tanaman cabai merah hanya
dibagi atas dua perlakuan, yaitu perlakuan intensif dan perlakuan biasa tradisionalekstensif.
Istilah intensifikasi banyak sekali digunakan di negara kita dan menjadi sangat populer terutama dalam hubungan usaha peningkatan produksi.
Intensifikasi dimaksudkan penggunaan lebih banyak faktor produksi tenaga kerja dan modal atas sebidang tanah tertentu untuk mencapai hasil produksi yang lebih
besar. Dengan program intensifikasi, yaitu dengan penggunaan bibit unggul yang akan meningkatkan hasil produksi. Program intensifikasi besar-besaran dalam
produksi juga ditempuh melalui sarana produksi seperti : pupuk, obat-obatan, pemberantasan hama dan penyakit, kredit dan air irigasi yang digunakan secara
efektif dan efisien Mubyarto, 1991. Dalam sistem pertanian yang pada umumnya dapat digolongkan dalam
tingkat pengelolaan yang kurang intensif, maka kualitas dan kuantitas hasil produksinya juga tidak maksimal. Hal ini disebabkan produksi sangat dipengaruhi
Universitas Sumatera Utara
input yang digunakan dan keterampilan dari petani. Dan biasanya pengelolaan dengan perlakuan biasa dilakukan oleh petani hanya sebagai sambilan atau untuk
konsumsi sendiri. Penanaman tanaman hortikultura dalam stadium primitif tidak
memerlukan perhahatian khusus, seperti jarak tanam, pemupukan atau pemberantasan hama dan penyakit. Dengan demikian modal usahatani juga masih
relatif rendah, sehingga produk yang dipasarkan pun tidak memberikan keuntungan yang besar Ashari, 1995.
Menurut Barus dan Syukri 2008, pertanian tradisional perlakuan biasa memiliki ciri antra lain :
1 Kultivar lokal dan umumnya dari bibit sembarangan.
2 Jarak tanam kurang diperhatikan.
3 Lokasi sering kurang sesuai dengan agroklimat varietas yang ditanam.
4 Perawatan belum memadai seperti: pemupukan, pemangkasan, dan
sebagainya.
2.2.2. `Pendapatan