Metode Penentuan Daerah Penelitian Metode Penentuan Sampel

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Kaban, Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara Proposive sengaja dengan pertimbangan bahwa daerah penelitian merupakan salah satu daerah penghasil cabai terbesar di Kecamatan Kabanjahe. Dari Tabel 1.1. juga dapat ditemukan bahwa Kecamatan Kabanjahe pada tahun 2008 menghasilkan cabai dengan rata-rata produksi terbesar yaitu 14 TonHa. Kecamatan Kabanjahe memiliki rata-rata produksi terbanyak setelah Kecamatan Tiga Panah yang memiliki rata-rata produksi sebesar 15,36 TonHa. Peneliti memilih Kecamatan Kabanjahe sebagai tempat penelitian selain dikarenakan Kecamatan Kabanjahe memiliki rata-rata produksi terbesar kedua di Kabupaten Karo, selain itu juga Kecamatan Kabanjahe merupakan pusat pemerintahan dari Kabupaten Karo. Sehingga dianggap informasi dan akses faktor produksi yang didapatkan oleh petani untuk meningkatkan produksi cabai lebih mudah didapatkan dibandingkan petani dari kecamatan lain.

3.2. Metode Penentuan Sampel

Metode penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan metode Simple Random Sampling Sampling Acak Sederhana, dimana sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500. Menurut Sevilla 1993, jumlah sampel ditetapkan dengan metode Slovin, yaitu : Universitas Sumatera Utara 2 1 e N N n + = Dimana : n = Besarnya sampel KK N = Jumlah Populasi KK e = Persentase kelonggaran ketidakpastian pengambilan sampel Dimana, e = 15. Ini dikarenakan sulitnya peneliti untuk mewawancarai petani sampel. Kebanyakan sampel memilih untuk tidak bekerjasama. Desa Kaban memiliki petani sebanyak 164 KK dengan luas lahan untuk tanaman hortikultura seluas 364 Ha dan luas lahan tanaman tahunan umumnya jeruk seluas 45 Ha. Jumlah petani yang menanam tanaman cabai merah sebanyak 80 KK, dimana petani yang memilih pengelolaan biasa sebanyak 56 KK dan yang memilih pengelolaan secara intensif sebanyak 24 KK. Jumlah sampel yang memilih pengelolaan secara intensif : KK 15 15 , 24 1 24 2 = + = n Dengan demikian, jumlah sampel yang akan diambil untuk pengelolaan intensif adalah sebanyak 15 KK. Petani yang melakukan Jumlah sampel yang memilih pengelolaan biasa : KK 25 15 , 56 1 56 2 = + = n Dengan demikian, jumlah sampel yang akan diambil untuk pengelolaan biasa adalah sebanyak 25 KK. Adapun sampel yang ingin diteliti n i sebanyak 40 KK, ini dikarenakan untuk mempermudah peneliti untuk membandingkan pada t tabel. Dari rumus Universitas Sumatera Utara metode Sloving didapatkan jumlah sampel untuk pengelolaan intensif sebanyak 15 KK dan pengelolaan biasa sebanyak 25 KK.

3.3. Metode Pengumpulan Data