Sumber Hukum Hindu dalam arti Filsafat Sumber Hukum menurut Veda

Buku Guru Pendidikan Agama Hindu Dan Budi Pekerti 75 1. Sruti 2. Smerti 3. Sila 4. Sadacara 5. Atmanastuti 6. Nibanda Ada beberapa penulis kitab Dharmasastra antara lain: 1. Manu 2. Apastambha 3. Baudhayana 4. Wasistha 5. Sankha Likhita 6. Yanjawalkya 7. Parasara Secara tradisional Dharmasastra telah dikelompokkan menjadi empat kelompok menurut jamannya masing-masing yaitu: 1. Jaman Satya Yuga, berlaku Dharmasastra yang ditulis oleh Manu. 2. Jaman Treta Yuga, berlaku Dharmasastra yang ditulis oleh Yajnawalkya. 3. Jaman Dwapara Yuga, berlaku Dharmasastra yang ditulis oleh Sankha Likhita. 4. Jaman Kali Yuga, berlaku Dharmasastra yang ditulis oleh Parasara. Sloka kitab suci yang menjelaskan sumber Hukum Hindu. Berikut ini dapat disajikan beberapa sloka dari kitab suci yang menggariskan Veda sebagai sumber hukum yang bersifat universal, antara lain sebagai berikut; “Yaá pàvamànir adhyeti åûibhiá saý bhåaý rasam. sarvaý sa pùtam aúnati svaditaý màtariúvanà” Terjemahannya: “Dia yang menyerap memasukkan ke dalam pikiran melalui pelajaran-pelajaran pemurnian intisari mantra-mantra Veda yang diungkapkan kepada para åûi, menikmati semua tujuan yang sepenuhnya dimurnikan yang dibuat manis oleh Tuhan Yang Maha Esa yang menjadi napas hidup semesta alam Åtharvaveda IX.67.31. 76 Kelas XII SMA Semester 1 “Pàvamànir yo adhyeti- åûibhiá saýbhåaý rasam tasmai sarasvati duhe kûiraý sarpir madhùdakam”. Terjemahannya: ‘Siapapun juga yang mempelajari mantram-mantram Veda yang suci yang berisi intisari pengetahuan yang diperoleh para dewi pengetahuan yakni Sang Hyang Saraswati menganugrahkan susu, mentega yang dijernihkan, madu dan minuman Soma minuman para dewa’Åtharvaveda IX.67.32. “Iyam te rad yantasi yamano dhruvo-asi dharunah. kryai tva ksemaya tva rayyai tva posaya tva”. Terjemahannya: Wahai pemimpin, itu adalah negaramu, engkau pengawasnya. Engkau mawas diri, teguh hati dan pendukung warga negara. Kami mendekat padamu demi perkembangan pertanian, kesejahtraan manusia, kemakmuran yang melimpah” Yajurveda IX.22. Veda merupakan karunia ibu Saraswati, dan orang-orang yang mempelajari serta mengamalkannya dengan keyakinan yang mantap akan terpenuhi keinginannya. Mantra-mantra Veda mengandung kekuatan kedewasaan dan sabda suci ini hendaknya diajarkan kepada semua orang dalam profesi apapun di masyarakat bahkan orang-orang asingpun tidak tertutup untuk mempelajari kitab suci Veda, ajarannya bersifat abadi memberikan perlindungan kepada umatnya. Selanjutnya kitab smrti menjelaskan sebagai berikut; “Kàmàtmatà na praúasta na caiwe hàstya kàmatà, kàmyo hi wedàdhigamaá karmayogasca waidikaá” Terjemahannya: Berbuat hanya karena nafsu untuk memperoleh phala tidaklah terpuji namun berbuat tanpa keinginan akan phala tidak dapat kita jumpai di dunia ini karena keinginan- keinginan itu bersumber dari mempelajari Veda dan karena itu setiap perbuatan diatur oleh Veda Manawa Dharmasastra, II.2. Buku Guru Pendidikan Agama Hindu Dan Budi Pekerti 77 Hubungan Hukum Hindu dengan budaya, adat-istiadat, dan kearipan daerah setempat. Dalam praktiknya di tengah masyarakat memang tampak gejala yang bertaut- menaut antara hukum Hindu dengan Hukum Adat. Kitab-kitab Hukum Hindu dalam bentuk kompilasi seperti; Adigama, Agama, Kutaragama, Purwadigama dan Kutara Manawa, memang amat sering diajadikan sumber penyusunan Hukum Adat. Hanya transfer ke dalam Hukum Adat tidak dilakukan sepenuhnya, karena tidak semua materi dalam hukum Hindu tersebut sesuai dengan situasi, kondisi dan kebutuhan masyarakat. Hukum adat menduduki orbit yang sentral dan telah berperan dominan dalam suatu lingkungan budaya tertentu, yakni lingkungan masyarakat adat yang mendukungnya. Konsekuensi dari peran yang dominan itu menjadikan hukum Adat semakin mengakar dan melembaga dalam interaksi sosial masyarakatnya, dalam arti bahwa kepatuhan masyarakat terhadap Hukum Adat tersebut tidak dapat dibantahkan. Konsekuensi lainnya adalah membawa akibat yang sangat fatal, di mana mulai muncul tokoh-tokoh hukum adat yang tidak lagi menerima anggapan bahwa hukum adat bersumber kepada hukum hindu, berkesempatan mengemukakan hasil penelitiannya. Gde Pudja lebih jauh mengemukakan, “Hukum Hindu-lah yang merupakan sumber dasar dari Adat di Indonesia terutama di daerah-daerah di mana pengaruh Hindu itu sangat besar. Untuk daerah Bali dan Lombok, pembuktian itu tidaklah begitu sulit, karena seluruh pola pemikiran dan tata kehidupan masyarakat yang beragama Hindu, tetap mendasarkan pada ajaran-ajaran agama Hindu yang mereka yakini Pudja, 19977:192. Menurut “Soerjono Soerkarto” yang mengemukakan bahwa hukum Adat bersumber dari perkembangan perilaku yang berproses melalui cara, kebiasaan, tata kelakuan, dan adat istiadat, baru kemudian menjadi hukum adat, akan semakin mempertegas mengenai pembuktian adanya hukum hindu menjiwai hukum adat. Namun kerangka teori ini akan melahirkan adat murni, karena ia bersumberkan kepada perilaku menjadi manusia, baik personal maupun umum. Dalam proses menjadikan kebiasaan, tata dan adat-istiadat, kitab Dharmasastra atau hukum hindu sedikit banyak memberi pengaruh, berhubung kebiasaan, tata kelakuan dan adat istiadat itu dibatasi oleh suatu norma-norma sosial dan norma-norma agama yang bersumber langsung dari Wahyu Tuhan. Hukum Hindu dalam pembahasan di muka dinyatakan berdasarkan pada adat. Berbagai pengaruh hukum hindu terhadap hukum adat sebagaimana contoh yang dikedepankan di atas, menunjukkan skala pengaruh hukum hindu terhadap hukum adat pada dimensi “Pawongan”dan”palemahan”. Adanya pengaruh hukum Hindu terhadap hukum adat, tidak dimaksudkan untuk mengatakan bahwa hukum adat itu tidak ada. Gde Pudja mengatakan, hukum adat haruslah tetap ada, sebagai kadiah yang asli pada masyarakat primer. Namun sejauh ini pembuktian untuk membedakan hukum adat dengan hukum hindu, belum banyak dilakukan. Kalau ada, penulisan ini belum sampai melihat kemungkinan bahwa hukum itu bersumber pada Hukum Hindu. Pudja, 1977:34. 78 Kelas XII SMA Semester 1 Demikianlah hubungan hukum Hindu dengan budaya, adat-istiadat, dan kearifan daerah setempat telah menyatu saling memelihara diantaranya. Keberadaan adat- istiadat di Indonesia patut dipelihara guna mewujudkan cita-cita bangsa ini yakni menjadi bangsa yang sejahtera dan makmur serta bahagia.

Bab 3. Kebudayaan Prasejarah dan Sejarah Agama Hindu

Dalam Bab ini peserta didik diharapkan dapat menjelaskan, menyebutkan, memahami dari materi: Kebudayaan Prasejarah dan Sejarah Agama Hindu. Zaman pra-sejarah adalah zaman di mana belum dikenalnya tulisan. Zaman prasejarah berlangsung sejak adanya manusia, sekitar ± dua juta tahun yang lalu, hingga manusia mengenal tulisan. Untuk mengetahui kehidupan prasejarah, para ahli mempelajari fosil, tentang bagian tubuh binatang, tumbuhan, dan atau manusia yang membatu. Kondisi lingkungan alam pada jaman pra-sejarah sangatlah berbeda dengan lingkungan yang ada sekarang. Hal ini disebabkan karena ketika itu banyak terjadi peristiwa alam, seperti pengangkatan daratan, naik-turunya air laut, dan kegiatan gunung berapi. Binatang dan tumbuh-tumbuhan yang berukuran besar sangat banyak ragamnya. Binatang dan tumbuhan itu kini sudah banyak yang punah. Manusia purba yang hidup pada zaman pra-sejarah dapat di kelompokan menjadi sebagai berikut ; 1. Meganthropus palaeojavanicus: manusia yang paling purba; 2. Homo erectus atau Pithecanthropus: manusia yang sudah berjalan tegak; 3. Homo sapiens: manusia purba yang sudah mirip manusia sekarang. Ketiga kelompok manusia purba ini memiliki masa perkembangan dan migrasi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Berdasarkan temuan-temuan fosil manusia purba di berbagai penjuru dunia, kini para ahli paleoantropologi dapat menyusun sejarah makhluk manusia. Sejarah yang disusun itu menyangkut proses perkembangan jasmani manusia maupun proses migrasi manusia untuk menghuni seluruh permukaan bumi yang ada ini. Proses penyusunan dan perkembangan tentang jasmani manusia yang dilakukan oleh para ahli paleoantropologi mengikuti teori evolusi, yang sudah dikemukakan oleh Charles Darwin pada tahun 1859. Menurut temuan fosil pra manusia yang telah ditemukan saat ini, makhluk yang dapat dikatakan sebagai cikal bakal manusia adalah makhluk Australopithecus. Jika diamati dari bentuk fosil yang ada, tampak ada 4 empat perubahan jasmani dalam makhluk pra-manusia yang sangat menentukan proses evolusi menuju manusia sejati. Melalui proses evolusi inilah manusia kemudian mampu mengembangkan kehidupannya dengan lebih baik dari sebelumnya. Buku Guru Pendidikan Agama Hindu Dan Budi Pekerti 79 Menurut temuan fosil pra-manusia yang telah ditemukan hingga saat ini, makhluk yang dapat dikatakan sebagai cikal bakal manusia adalah makhluk Australopithecus kera dari selatan. Makhluk ini berkembang dengan pola migrasi. Dinyatakan ada 4 empat jenis makhluk Australopithecus yang ditemukan di Afrika, seperti; Australopithecus afarensis, Australopithecus africanus, Australopithecus robustus, dan Australopithecus boisei. Adapun pembagian kebudayaan zaman pra-sejarah tersebut adalah: 1. Zaman Batu Tua Paleolitikum Berdasarkan tempat penemuannya, maka kebudayaan tertua ini lebih dikenal dengan sebutan kebudayaan Pacitan dan kebudayaan Ngandong. Dalam ilmu pra-sejarah alat-alat atau kapak Pacitan ini disebut chopper alat penetak. 2. Zaman Batu Madya Mesolitikum Peninggalan atau bekas kebudayaan Indonesia zaman Mesolitikum, banyak ditemukan di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Flores.. 3. Zaman Batu Muda Neolitikum Zaman Neolitikum merupakan zaman yang menunjukkan bahwa manusia pada umumnya sudah mulai maju dan telah mengalami revolusi kebudayaan. . 4. Zaman Logam Zaman logam dalam prasejarah terdiri dari zaman tembaga, perunggu, dan besi. Di Asia Tenggara termasuk Indonesia tidak dikenal adanya zaman tembaga, sehingga setelah zaman Neolitikum, langsung ke zaman perunggu. 5. Zaman Batu Besar Megalitikum; Zaman Megalitikum berkembang pada zaman logam, namun akarnya terdapat pada zaman Neolitikum. Disebut zaman Megalitikum karena kebudayaannya menghasilkan bangunan-bangunan batu atau barang-barang batu yang besar. Sejarah Agama Hindu; Untuk pertama kalinya agama Hindu mulai berkembang di lembah Sungai Shindu di India. Di lembah sungai ini para Rsi menerima wahyu dari “Sang Hyang Widhi” Tuhan dan diabadikan ke dalam bentuk Kitab Suci Veda. Agama Hindu sering disebut dengan sebutan Sanātana Dharma Bahasa Sanskerta berarti “Kebenaran Abadi”, dan Vaidika-Dharma “Pengetahuan Kebenaran”. Agama Hindu merupakan sebuah agama yang berasal dari anak benua India. Agama ini merupakan lanjutan dari agama Veda Brahmanisme yang merupakan kepercayaan bangsa Indo-Iran Arya. Agama Hindu sebagaimana nama yang dikenal sekarang ini, pada awalnya tidak disebut demikian, bahkan dahulu ia tidak memerlukan nama, karena pada waktu itu ia merupakan agama satu-satunya yang ada di muka bumi. Sanatana Dharma adalah nama sebelum nama Hindu diberikan. Kata “Sanatana dharma” bermakna “kebenaran