Arjunawiwaha Kahuripan, Jatim Abad ke-10 M Medang Kamulan

92 Kelas XII SMA Semester 1 6. Negarakertagama, Majapahit abad ke 14 Masehi. Merupakan karya kesusasteraan kuno seiring perkembangan waktu sebagai buah karya pujangga jaman Majapahit. Sedangkan dari isinya merupakan uraian sejarah. Isi dari kitab Negarakertagama merupakan uraian sejarah dari Kerajaan Singasari dan Majapahit dan ternyata sesuai dengan prasasti-prasasti yang ditemukan. 7. Sutasoma Kitab Sutasoma menggunakan bahasa Jawa kuno sehingga dimasukkan dalam kesusasteraan jaman Majapahit I. Kitab Sutasoma menceritakan tentang seorang anak raja bernama Sutasoma. Sutasoma, seorang anak raja yang menjadi pendeta Budha. Sutasoma rela meninggalkan kehidupan duniawi karena taat kepada agama Buddha. 8. Pararaton Pararaton termasuk kesusasteraan jaman Majapahit II. Kitab ini menggunakan bahasa Jawa tengahan dan berbentuk tembang atau kidung namun ada pula yang berupa gancaran. Kitab Pararaton merupakan uraian sejarah, namun kurang dapat dipercaya karena isinya sebagian besar lebih bersifat mitos atau dongeng. 9. Calon Arang Calon Arang termasuk kesusasteraan kuno yang menggunakan bahasa Jawa tengahan, sehingga dapat dimasukkan ke dalam jaman Majapahit II. Kitab Calon Arang ini berisi tentang ceritera Calon Arang kemudian dibunuh oleh Mpu Bharada atas suruhan Raja Airlangga. Kitab Calon Arang ini juga mengisahkan tentang pembelahan Kerajaan Kediri oleh Mpu Bharada atas suruhan Raja Airlangga.

Bab 4. Tantra, Yantra, dan Mantra

Dalam Bab ini peserta didik diharapkan dapat menjelaskan, menyebutkan, memahami dan mempraktikkannya dari materi: Yantra, Tantra, dan Mantra Perenungan; ‘Niyataý kuru karma tvaý karma jyàyo hyakarmaóaá, sarira-yàtràpi ca te na prasiddhayed akarmaóaá. Terjemahannya: ‘Bekerjalah seperti yang telah ditentukan, sebab berbuat lebih baik dari pada tidak berbuat, dan bahkan tubuhpun tak akan berhasil terpelihara tanpa berkarya Bhagawadgita, III.8. Buku Guru Pendidikan Agama Hindu Dan Budi Pekerti 93 Memahami teks; Dalam melaksanakan puja bhakti kepada Brahman, umat Hindu diberikan kebebasan untuk dapat mewujudkan bentuk Śraddhā tersebut. Secara umum bentuk Bhakti umat Hindu dapat dilakukan dengan menggunakan: yantra, tantra, mantra, yajña, dan yoga. Yantra adalah alat atau simbol-simbol keagamaan yang diyakini mempunyai kekuatan spiritual untuk meningkatkan kesucian. Tantra adalah kekuatan suci dalam diri yang dibangkitkan dengan cara-cara yang ditetapkan dalam kitab suci. Mantra adalah doa-doa yang harus diucapkan oleh umat kebanyakan, pinandita, pandita sesuai dengan tingkatannya. Yajña yaitu pengabdian yang ulus ikhlas atas dasar kesadaran untuk dipersembahkan sehingga dapat meningkatkan kesucian. Tantra Kata tantra berasal dari bahasa Sanskerta yang memiliki makna “memperluas”. Tantra merupakan salah satu dari sekian banyak konsep pemujaan ke hadapan Sanghyang Widhi WasaTuhan Yang Maha Esa, di mana manusia kagum pada sifat-sifat kemahakuasaan-Nya sehingga memiliki keinginan untuk mendapatkan kesaktian. Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003:1141 menjelaskan tantra ‘tantrisme’ adalah ajaran dalam agama Hindu yang mengandung unsur mistik dan magis. Mistik dapat dipahami sebagai eksistensi tertinggi kesadaran manusia, di mana ragam perbedaan “kulit” akan lenyap, eksistensi melebur ke dalam kesatuan mutlak hal ikhwal, nilai universalitas, alam kesejatian hidup, atau ketiadaan. Tantra dalam perkembangannya sering menggunakan simbol-simbol material termasuk simbok-simbol erotis. Hal ini dapat dilihat dari berbagai jenis peninggalan seperti; prasasti, candi dan arca-arca yang bercorak tantrisme. Yantra Dalam kamus Sanskerta, kata yantra memiliki arti mengikat, menyimpulkan sebuah peralatan, instrumen, mesin dan sebuah jimat Surada, 2007: 257. Yantra umumnya berarti alat untuk melakukan sesuatu guna mencapai tujuan. Di dalam pemujaan yantra adalah sarana tempat memusatkan pikiran. Yantra merupakan aspek dalam dari bentuk penciptaan.Yantra, umumnya berarti alat untuk melaksanakan sesuatu guna mencapai tujuan. Di dalam pemujaan, Yantra adalah sarana tempat memusatkan pikiran. Dalam Yogini Tantra dikatakan bahwa dewi harus dipuja di dalam pratima, mandala atau yantra. Mantra Kata mantra berasal dari bahasa Sanskerta dari kata “Man” artinya pikiran dan “Tra” artinya menyeberangkan. Mantra adalah media untuk menyeberangkan pikiran dari yang tidak suci atau tidak benar menjadi semakin suci dan semakin benar Wiana, 2004:184. Mantra memiliki tujuan untuk melindungi pikiran dari jalan sesat menuju jalan yang benar dan suci. Menurut Danielou dalam Titib 2003:437 bahasa yang benar yang merupakan ucapan suci yang digunakan dalam pemujaan disebut dengan mantra. Kata mantra berarti “bentuk pikiran”, sehingga seseorang yang mampu memahami makna yang terkandung di dalam mantra dapat merealisasikan apa yang