Gaya Geser D TINJAUAN PUSTAKA

� ��� = � ��� � 1 � 2.42 Dimana b = jarak titik berat masing-masing kolom.

II.8 Gaya Geser D

Gaya geser D timbul akibat adanya kelengkungan batang sebagai hasil dari gaya tekan N. Dari mekanika dapat ditulis hubungan antara D dan N adalah : � = � sin � 2.43 Gambar 2.16 Kelengkungan Batang Akibat Gaya Tekan Rumus di atas akhirnya didekati dengan rumus empirik : � = 4,54 � � 100 �+100 � + � � .� � 232.221 � 2.44 Dimana N adalah gaya tekan yang dipikul kolom. Gambar 2.17 Grafik Gaya Lintang Universitas Sumatera Utara Untuk batang-batang susun umumnya harga kelangsingan terletak pada batas-batas 63-127. Sehingga untuk praktisnya diambil D = 0,02N. Selanjutnya gaya lintang D dapata dipakai untuk menghitung dimensi pelat kopel dengan rumus sebagai berikut : Untuk kolom dengan 2 batang tunggal : � = � � 1 � 2.42 Untuk kolom dengan 3 batang tunggal : � = � � 1 2� 2.43 Untuk kolom dengan 4 batang tunggal : � ′ = 0,5 � � 1 � 2.44 � ′′ = 0,3 � � 1 � 2.45 Alasan kenapa jumlah pelat kopel harus genap adalah : Gambar 2.18 Diagram Gaya Lintang Akibat Normal Tekan Akibat gaya tekan N, batang akan menekuk, besarnya lendutan = y � = � ��� � � � 2.46 Universitas Sumatera Utara f = lendutan maksimum ditengah bentang � = � ��� �� � 2.47 �� �� = � � � ��� �� � 2.48 � 2 � �� 2 = − � � 2 � 2 ��� �� � 2.49 � 3 � �� 3 = − � � 3 � 3 ��� �� � 2.50 � = −�� � 3 � �� 3 2.51 � = � � 3 � 3 ��� �� � 2.52 Untuk x = 0, maka � = ��. � � 3 � 3 2.53 Jadi di tengah bentang D = 0 sehingga tidak perlu dipasang pelat kopel baja. II.9 Sambungan Mekanis Umum Karena alasan geometrik, pada kayu sering diperlukan sambungan untuk memperpanjang kayu atau menggabungkan beberapa batang kayu. Sambungan merupakan bagian terlemah dari kayu. Kegagalan konstruksi kayu lebih sering disebabkan karena kegagalan sambungan kayu bukan karena material kayu itu sendiri. Kegagalan dapat berupa pecah kayu diantara dua sambungan, alat sambung yang membengkok atau lendutan yang melampaui lendutan izin. Beberapa hal yang menyebabkan rendahnya kekuatan sambungan kayu menurut Awaluddin Konstruksi kayu, 2000 adalah : 1. Pengurangan luas tampang. Pemasangan alat sambung sepertu baut, pasak dan gigi menyebabkan luas efektif tampang berkurang sehingga kekuatannya juga menjadi rendah jika dibanding dengan kayu yang penampang utuh. Universitas Sumatera Utara 2. Penyimpangan arah serat Pada buhul sering terdapat gaya yang sejajar serat pada satu batang tetapi tidak dengan batang kayu yang lain. Karena kekuatan kayu yang tidak sejajar serat lebih kecil maka kekuatan sambungan harus didasarkan pada kekuatan kayu yang terkecil atau tidak sejajar serat. 3. Terbatasnya luas sambungan Jika alat sambung ditempatkan saling berdekatan pada kayu memikul geser sejajar serat maka kemungkinan pecah kayu sangat besar karena kayu memiliki kuat geser sejajar serat yang kecil. Oleh karena itu penempatan alat sambung harus mengikuti aturan jarak minimal antar alat sambung agar terhindar dari pecahnya kayu. Dengan adanya ketentuan jarak tersebut maka luas efektif sambungan luas yang dapat digunakan untuk penempatan alat sambung akan berkurang pula. Dengan kata lain, sambungan yang baik adalah sambungan dengan ciri–ciri sebagai berikut : 1. Pengurangan luas kayu yang digunakan untuk penempatan alat sambung relatif kecil bahkan nol. 2. Memiliki nilai banding antara kuat dukung sambungan dengan kuat ultimit batang yang disambung tinggi. 3. Menunujukkan perilaku pelelehan sebelum mencapai keruntuhan daktail. 4. Memiliki angka penyebaran panas yang rendah. 5. Murah dan mudah di dalam pemasangannya. Universitas Sumatera Utara Selain itu beberapa hal yang perlu diperhatikan pada perencanaan sambungan berkaitan dengan rendahnya kekuatan sambungan yaitu : 1. Eksentrisitas sambungan yang menggunakan beberapa alat sambung, maka titk berat kelompok alat sambung harus ditempatkan pada garis kerja gaya agar tidak timbul momen yang dapat menurunkan kekuatan sambungan . 2. Sesaran Slip Sesaran yang terjadi pada sambungan kayu terbagi menjadi dua. Sesaran yang pertama adalah sesaran awal yang terjadi akibat adanya lubang kelonggaran yang dipergunakan untuk mempermudah penempatan alat sambung. Selama sesaran awal, alat sambung belum memberikan perlawanan terhadap gaya sambungan yang bekerja. Pada sambungan dengan beberapa alat sambung, kehadiran sesaran awal yang tidak sama diantara alat sambung dapat menurunkan kekuatan sambungan secara keseluruhan. Setelah sesaran awal terlampaui, maka sesaran berikutnya akan disertai oleh gaya perlawanan tahanan lateral dari alat sambung. 3. Mata kayu Adanya mata kayu dapat mengurangi luas tampang kayu sehingga mempengaruhi kekuatan kayu terutama kuat tarik dan kuat tekan sejajar serat.

II.10 Jenis – Jenis Sambungan