Hak-hak Tenaga Kerja yang di PHK

Selain itu pembentukan PHI pada setiap peradilan umum dalam wilayah yang padat industri harus menjadi perhatian Presiden agar tidak tertunda dan segera diwujudkan. Dengan demikian keberadaan PHI yang diharapkan dapat mewujudkan penyelesaian perselisihan perburuhan secara cepat, tepat, adil, dan murah, akan mampu merubah sikap pesimis dan anggapan masyarakat bahwa berurusan dengan pengadilan adalah identik dengan ketidakpastian dan biaya mahal, apalagi kekecewaan dan keraguan masyarakat semakin menggunung dengan merebaknya kasus mafia peradilan yang seperti tidak pernah berhenti. Oleh karenanya, jika penyelesaian perselisihan perburuhan masih tetap tidak efektif melalui PHI, maka tentu tidak ada bedanya penyelesaian melalui Badan Administasi Negara dengan Peradilan Umum. 64 Ini adalah tantangan bagi penyelenggara PHI kepada masyarakat Indonesia, khususnya pihak-pihak yang terkait dalam masalah ketenagakerjaan.

C. Hak-hak Tenaga Kerja yang di PHK

Dalam teori hukum perjanjian salah satu pihak dibolehkan untuk memutuskan perjanjian dengan persetujuan pihak lainnya. Demikian hubungan kerja, menurut Iman Soepomo pihak pekerjaburuh dapat saja memutuskan hubungan kerjanya dengan persetujuan pihak pengusaha pada setiap saat yang dikehendakinya, bahkan pekerja buruh juga berhak memutuskan hubungan kerja secara sepihak tanpa persetujuan pengusaha, tetapi tindakan pekerjaburuh yang berbuat demikian tersebut telah bertindak berlawanan dengan hukum. 65 64 Yusman, “Perselisihan Perburuhan dari Pengadilan Administrasi ke Pengadilan Umum”, Harian Suara Pembaruan Daily, 10 September 2005, hlm 1 Abdul 65 Iman Soepomo, Hukum Perburuhan, Jakarta, Penerbit Djambatan, 1997, hlm 23 Universitas Sumatera Utara Khakim berpendapat bahwa pemutusan hubungan kerja oleh pekerjaburuh disebabkan oleh dua hal: 66 a. Karena permintaan pengunduran diri Pasal 162 UU No. 13 Tahun 2003 b. Karena permohonan PHK kepada pengadilan Hubungan Industrial Pasal 169 UU No. 13 Tahun 2003 Jadi secara hukum dan dalam praktek PHK tidak hanya dominan dilakukan oleh pengusaha, tetapi juga dapat dilakukan oleh pekerjaburuh. Dalam hal pemutusan hubungan kerja oleh pekerjaburuh atas permintaan pengunduran diri yaitu PHK tersebut timbul karena kehendak pekerjaburuh secara murni tanpa adanya rekayasa pihak lain. Sedangkan untuk PHK oleh pekerjaburuh dapat dilakukan dengan mengajukan permohonan kepada pengadilan hubungan industrial, bila pengusaha melakukan perbuatan sebagai berikut: 67 1. Menganiaya, menghina secara kasar atau mengancam pekerjaburuh 2. Membujuk dan atau menyuruh pekerjaburuh untuk melakukan perbuatan yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan 3. Tidak membayar upah tepat pada waktu yang telah ditentukan selama tiga kali berturut-turut atau lebih 4. Tidak melakukan kewajiban yang telah dijanjikan kepada pekerjaburuh 5. Memerintahkan pekerjaburuh untuk melaksanakan pekerjaan di luar yang diperjanjikan 66 Abdul Khakim, Op.Cit, hlm 48 67 Taufiq Yulianto, Perlindungan terhadap PekerjaBuruh yang Terkena Pemutusan Hubungan Kerja PHK, Staf Pengajar Teknik Elektro Politeknik Negeri Semarang, Jurnal Pengembangan Humaniora Vol. 12 No. 2, Agustus 2012, hlm 107 Universitas Sumatera Utara 6. Memberikan pekerjaan yang membahayakan jiwa, keselamatan, kesehatan dan kesusilaan pekerjaburuh, sedangkan pekerjaan tersebut tidak dicantumkan dalam perjanjian kerja Teknisnya pekerjaburuh menempuh prosedur penyelesaian perselisihan hubungan industrial, melalui upaya penyelesaian perundingan bipartit, konsiliasi atau arbitrase, atau mediasi, kemudian mengajukan gugatan pada pengadilan hubungan industrial. Pekerjaburuh yang terkena pemutusan hubungan kerja berhak mendapatkan uang pesangon, uang penghargaan masa kerja, maupun uang penggantian hak. Adapun formulasi besarnya uang pesangon, uang penghargaan masa kerja, maupun uang penggantian hak menurut UU No. 13 Tahun 2003 adalah sebagai berikut: Uang Pesangon Pasal 156 ayat 2, Uang Penghargaan Masa Kerja Pasal 156 ayat 3, Uang Penggantian Hak Pasal 156 ayat 4, Apabila PHK tidak dapat dihindari, maka sesuai dengan alasan yang mendasari terjadinya PHK maka pengusaha diwajibkan membayar uang pesangon, dan atau uang penghargaan masa kerja yang disesuaikan dengan masa kerja serta uang penggantian hak. 68 Ketentuan uang pesangon berdasarkan pasal 156 ayat 2 Undang-Undang 13 Tahun 2003 yaitu : a. Masa kerja kurang dari 1 tahun, 1 bulan upah : b. Masa kerja 1 tahun atau lebih tetapi kurang dari 2 tahun, 2 bulan upah; c. Masa kerja 2 tahun atau lebih tetapi kurang dari 3 tahun, 3 bulan upah; d. Masa kerja 3 tahun atau lebih tetapi kurang dari 4 tahun, 4 bulan upah; e. Masa kerja 4 tahun atau lebih tetapi kurang dari 5 tahun, 5 bulan upah; 68 Purwadi. 2009. Pemutusan Hubungan Kerja PHK. http:advokatpurwadi.blogspot.com. Tanggal Akses: 7 Oktober 2013 Universitas Sumatera Utara f. Masa kerja 5 tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 tahun, 6 bulan upah; g. Masa kerja 6 tahun atau lebih tetapi kurang dari 7 tahun, 7 bulan upah; h. Masa kerja 7 tahun atau lebih tetapi kurang dari 8 tahun, 8 bulan upah; i. Masa kerja 8 tahun atau lebih, 9 bulan upah. Ketentuan uang penghargaan masa kerja berdasarkan pasal 156 ayat 3 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 yaitu : a. Masa kerja 3 tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 tahun, 2 bulan upah; b. Masa kerja 6 tahun atau lebih tetapi kurang dari 9 tahun, 3 bulan upah; c. Masa kerja 9 tahun atau lebih tetapi kurang dari 12 tahun, 4 bulan upah; d. Masa kerja 12 tahun atau lebih tetapi kurang dari 15 tahun, 5 bulan upah; e. Masa kerja 15 tahun atau lebih tetapi kurang dari 18 tahun, 6 bulan upah; f. Masa kerja 18 tahun atau lebih tetapi kurang dari 21 tahun, 7 bulan upah; g. Masa kerja 21 tahun atau lebih tetapi kurang dari 24 tahun, 8 bulan upah; h. Masa kerja 24 tahun atau lebih, 10 bulan upah. Uang penggantian hak yang seharusnya diterima berdasarkan pasal 156 ayat 4 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 meliputi : a. Cuti tahunan yang belum diambil dan belum gugur; b. Biaya atau ongkos pulang untuk pekerjaburuh dan keluarganya ke tempat dimana pekerjaburuh diterima bekerja; c. Penggantian perumahan serta pengobatan dan perawatan ditetapkan 15 dari uang pesangon danatau uang penghargaan masa kerja yang memenuhi syarat; Universitas Sumatera Utara d. Hal-hal lain yang ditetapkan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama 69 Karyawan yang telah memutuskan hubungannya dengan perusahaan atau bisa disebut juga pemberhentian karyawan, terdapat hak-hak yang didapat oleh karyawan tersebut diantara lain adalah karyawan itu mendapat uang upah kerja selama karyawan tersebut bekerja di perusahaan. Apabila seseorang karyawan yang telah mencapai usia tertentu, ia diberhentikan dengan hormat dari jabatan dan pekerjaannya dengan hak pensiun. 70 Bilamana terjadi PHK, pengusaha diwajibkan membayar uang pesangon dan atau uang penghargaan masa kerja dan uang pengganti hak yang seharusnya diterima UU No. 13 tahun 2003 pasal 156. 1. Uang Pesangon Uang pesangon merupakan pembayaran dalam bentuk uang dari pengusaha kepada pekerja atau buruh sebagai akibat adanya PHK yang jumlahnya disesuaikan dengan masa kerja pekerja atau buruh yang bersangkutan. Perhitungan uang pesangon diatur dalam UU No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan sebagai berikut : a. masa kerja kurang dari 1 tahun, 1 satu bulan upah b. masa kerja 1 – 2 tahun, 2 dua bulan upah c. masa kerja 2 – 3 tahun, 3 tiga bulan upah d. masa kerja 3 – 4 tahun, 4 empat bulan upah 69 Asri Wijayanti, perlindungan hukum bagi pekerja Yang di phk karena melakukan kesalahan berat, makalah disampaikan pada orasi dan panel diskusi tanggal 9 Oktober 2013, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta 70 Ningsih, Kurnia. 2010. Bab IX Pemutusan Hubungan Kerja. http:kurnianingsih31207335.wordpress.com. Tanggal Akses: 9 Oktober 2013. Universitas Sumatera Utara e. masa kerja 4 – 5 tahun, 5 lima bulan upah f. masa kerja 5 – 6 tahun, 6 enam bulan upah g. masa kerja 6 – 7 tahun, 7 tujuh bulan upah h. masa kerja 7 – 8 tahun, 8 delapan bulan upah i. masa kerja 8 tahun atau lebih, 9 sembilan bulan upah. 2. Uang Penghargaan Masa Kerja Perhitungan uang penghargaan masa kerja ditetapkan sebagai berikut : 1. masa kerja 3 – 6 tahun, 2 dua bulan upah 2. masa kerja 6 – 9 tahun, 3 tiga bulan upah 3. masa kerja 9 – 12 tahun, 4 empat bulan upah 4. masa kerja 12 – 15 tahun, 5 lima bulan upah 5. masa kerja 15 – 18 tahun, 6 enam bulan upah 6. masa kerja 18 – 21 tahun 7 tujuh bulan upah 7. masa kerja 21 – 24 tahun 8 delapan bulan upah 8. masa kerja 24 tahun atau lebih, 10 bulan upah 3. Uang Pengganti Hak Uang penggantian hak yang seharusnya diterima UPH meliputi : a. cuti tahunan yang belum diambil dan belum gugur b. biaya atau ongkos pulang untuk pekerjaburuh dan keluarganya ketempat dimana pekerjaburuh diterima bekerja c. penggantian perumahan serta pengobatan dan perawatan ditetapkan 15 dari uang pesangon danatau uang penghargaan masa kerja bagi yang memenuhi syarat Universitas Sumatera Utara d. hal-hal lain yang ditetapkan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama. Komponen upah yang digunakan sebagai dasar perhitungan pesangon, uang penghargaan masa kerja dan uang pengganti hak yang seharusnya diterima yang tertunda, terdiri atas : a. upah pokok b. segala macam bentuk tunjangan yang bersifat tetap yang diberikan kepada pekerja atau buruh dan keluarganya. 71

D. Penyelesaian secara bipartit

Dokumen yang terkait

Hubungan Antara Derajat Infeksi Cacing Yang Ditularkan Melalui Tanah Terhadap Tingkat Kecerdasan Pada Anak Di SD Negeri 067775 Kotamadya Medan

5 63 98

ANALISIS YURIDIS PUTUSAN PENGADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL NOMOR 75 / G / 2006 / PHI – SBY ATAS PENOLAKAN PERMOHONAN PEKERJA AGAR PENGUSAHA MELAKUKAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA

1 13 18

PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DALAM HAL PHK DI HOTEL GRAND AQUILA BANDUNG BERKAITAN DENGAN KEANGGOTAAN SERIKAT PEKERJA BERDASARKAN UU NOMOR 21 TAHUN 2000 JUNCTO UU NOMOR 2 TAHUN 2004.

0 0 1

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEKERJA KONTRAK YANG DI PHK DALAM MASA KONTRAK (Studi Kasus Putusan Pengadilan Hubungan Industrial Nomor : 271/G/2009/PHI.Sby).

2 11 81

PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL BERDASARKAN UU NOMOR 2 TAHUN 2004

0 0 13

BAB II PROSEDUR PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN HUBUNGAN INDUSTRIAL D. Pengertian Hubungan Industrial Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Hubunga

0 2 16

BAB II PROSEDUR PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) - Prosedur Pengajuan PHK Melalui Pengadilan Hubungan Industrial (PHI) Studi Atas Putusan UU Nomor 2 Tahun 2004

0 0 17

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Prosedur Pengajuan PHK Melalui Pengadilan Hubungan Industrial (PHI) Studi Atas Putusan UU Nomor 2 Tahun 2004

0 0 19

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEKERJA KONTRAK YANG DI PHK DALAM MASA KONTRAK (Studi Kasus Putusan Pengadilan Hubungan Industrial Nomor : 271/G/2009/PHI.Sby)

0 0 43

KAJIAN YURIDIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL SEMARANG TENTANG PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL (STUDI KASUS TENTANG PUTUSAN PERKARA NOMOR 27/PDT.S

0 0 12