B. Pertimbangan majelis hakim terhadap Pemutusan Hubungan Kerja
Pembuktian pada dasarnya merupakan proses untuk menentukan substansi atau hakekat fakta-fakta yang diperoleh melalui ukuran yang layak dengan pikiran
logis terhadap fakta-fakta pasa masa lalu yang tidak terang menjadi fakta-fakta yang terang. Dalam pembuktian perkara persidangan perselisihan pemutusan
hubungan kerja di pengadilan hubungan industrial, baik penggugat maupun tergugat dapat mengajukan alat bukti yang diperlukan dalm hal mencari kebenaran
formil yang diperlukan. Pembuktian dilakukan mengenai argumentasi atau dalil yang didasarkan atas alat-alat bukti yang diajukan dalam pemeriksaan perkara
merupakan paling penting dalam hukum acara di pengadilan. Pertimbangan-pertimbangan majelis hakim hanya berdasarkan keterangan
satu orang saksi saja dan keterangan antara satu orang saksi dengan yang lain tidak saling berhubungan satu sama lain sehingga masing-masing keterangan saksi
berdiri sendiri. Hakim dalam pertimbangan hukumnya berpendapat dengan berpedoman
pada permohonan subsidair yang diajukan oleh penggugat dan tergugat memohon kepada Majelis Hakim untuk menjatuhkan putusan yang seadil-adilnya, apabila
Majelis Hakim berpendapat lain. Mengingat kondisi yang objektif oleh karena hubungan antara penggugat dan tergugat sudah tidak harmonis lagi yang
disebabkan hubungan antara pekerja buruh dan pengusaha merupakan hubungan yang didasari oleh kesepakatan para pihak untuk mengikatkan diri dalam suatu
hubungan kerja secara sukarela dalam hal salah satu pihak tidak menghendaki lagi untuk terikat dalam hubungan tersebut, maka sulit bagi para pihak untuk tetap
mempertahankan hubungan kerja yang harmonis dan berkeadilan.
Universitas Sumatera Utara
Menimbang, bahwa dalam surat gugatannya, Penggugat telah mengajukan Tuntutan Provisi yang pada pokoknya meminta supaya pembayaran gaji terhadap
Tergugat Erwinsyah dapat dihentikan sementara sampai dengan adanya Putusan Akhir dalam pokok perkara ini yang berkekuatan hukum tetappasti.
Tuntutan provisi yang diajukan oleh Penggugat sebagaimana tersebut di atas, maka menurut pendapat Majelis Hakim Tuntutan Provisi yang meminta
supaya pembayaran gaji terhadap Tergugat Erwinsyah dapat dihentikan sementara adalah Tuntutan yang justru bertentangan dengan ketentuan dalam pasal 155 ayat
3 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan yang tetap mewajibkan pengusaha untuk membayar upah beserta hak-hak lainnya yang biasa
diterima oleh pekerja yang dikenai tindakan skorsing dan sedang dalam proses PHK.
Surat-surat bukti yang saling bersesuaian bertanda P-2 sama dengan T-5a berupa surat pembebasan tugas sementara, surat bukti bertanda P-3 sama dengan
T-5b berupa surat skorsing, surat bukti bertanda P-6 sama dengan T-4 berupa surat anjuran, kemudian dihubungkan dengan surat bukti bertanda P-4 dan P-5,
serta seluruh saksi-saksi yang diajukan, baik oleh pihak Penggugat maupun oleh pihak Tergugat, bahwa telah terjadi Perselisihan Hubungan Industrial antara
Penggugat dengan Tergugat yang timbul karena tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai pengakhiran hubungan kerja yang dilakukan oleh pihak Penggugat
kepada Tergugat. Saksi Hermawati dan Nasmirudin bahwa peristiwa perselisihan itu bermula
karena Tergugat telah melakukan pelanggaran disiplin pada saat jam kerja antara pukul 6 sore sampai pukul 6 pagi, yaitu, pada tanggal 13 Maret 2008 sekitar pukul
Universitas Sumatera Utara
04.00 wib, saksi Dyan Patala mendapat laporan dari petugas menara kontrol yang bertugas mengatur Traffic Haul Truck HT, yaitu, saksi Muh. Adni yang tidak
dapat mendeteksi posisi HT 084 yang dioperatori oleh Tergugat, dan setelah dilakukan pencarian, saksi Hermawati menemukan posisi HT 084 tersebut
mesinnya dimatikan, dan Tergugat dalam keadaan tidur kemudian dibangunkan oleh saksi Hermawati dan Nasmirudin dan setelah itu Tergugat kembali
mengoperasikan HT 084 tersebut namun ketika HT 084 baru berjalan hampir saja menabrak saksi Dyan Patala, hal ini bersesuaian pula dengan surat bukti Tergugat
bertanda T-6a, T-6b dan T-7 berupa surat yang berisi permohonan maaf dari Tergugat kepada Penggugat, karena Tergugat tidak mematuhi peraturan dalam
mengoperasikan kendaraan yang berpotensi mengakibatkan kecelakaan dan kerugian bagi perusahaan.
Ketentuan dalam pasal 161 ayat 1 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, maka dalam hal pekerja buruh melakukan pelanggaran
ketentuan yang diatur dalam Perjanjian Kerja Bersama PKB, pengusaha dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja PHK, setelah kepada pekerja buruh
yang bersangkutan diberikan surat peringatan pertama, kedua, dan ketiga secara berturut-turut.
Perjanjian Kerja Bersama PKB tersebut, bahwa sebelum melakukan Pemutusan Hubungan Kerja PHK terhadap Tergugat, maka Penggugat terlebih
dahulu berkewajiban untuk mengeluarkan surat peringatan yang dalam hal ini sesuai pasal 53 ayat 2 angka 1 berupa “Surat Peringatan ke-2, kemudian Surat
Peringatan ke-3 ataupun sesuai pasal 53 ayat 2 angka 11, berupa “Surat Peringatan ke-3 tiga” kepada Tergugat. Menimbang, bahwa dari seluruh alat
Universitas Sumatera Utara
bukti yang diajukan oleh Penggugat tidak ada satupun yang membuktikan bahwa Tergugat telah di beri Surat Peringatan sebagaimana dimaksud dalam
pertimbangan di atas. Penggugat hanya mengajukan surat bukti bertanda P-7 berupa surat
peringatan ringan No. PL, tanggal 02 April 2007 yang berlaku sampai dengan tanggal 02 Juli 2007 dan surat bukti bertanda P-8 berupa surat catatan teguran lisan
tertanggal 23 September 2007, sehingga sesuai ketentuan pasal 161 ayat 2 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, yaitu, apabila tidak
ditentukan lain dalam Perjanjian Kerja Bersama PKB maka surat peringatan tersebut berlaku paling lama 6 enam bulan, dengan demikian surat bukti bertanda
P-7 dan P-8 tersebut sudah tidak berlaku lagi, oleh karena itu haruslah dikesampingkan.
Berdasarkan seluruh uraian dalam pertimbangan hukum di atas, oleh karena Penggugat belum menempuh mekanisme tata cara melakukan tindakan
disiplin sebagaimana yang telah disepakati dalam Perjanjian Kerja Bersama PKB khususnya dalam pasal 53 ayat 2 angka 1 dan angka 11, maka Majelis Hakim
berpendapat bahwa Gugatan Penggugat yang pada pokoknya meminta supaya hubungan kerja antara Penggugat dengan Tergugat dinyatakan berakhir karena
Pemutusan Hubungan Kerja PHK tidaklah beralasan secara hukum, oleh karena itu haruslah ditolak.
Nilai gugatan dalam perkara ini oleh karena nilainya di bawah Rp.150.000.000,- seratus lima puluh juta rupiah maka berdasarkan ketentuan
Pasal 58 Undang- Undang No.2 Tahun 2004, para pihak dibebaskan dari biaya perkara dan selanjutnya biaya perkara dibebankan kepada Negara ; Mengingat dan
Universitas Sumatera Utara
memperhatikan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 Tentang penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial dan Rbg, serta peraturan perundang-undangan lainnya yang berkaitan dengan perkara ini.
C. Putusan Majelis Hakim Dalam sidang putusan majelis hakim yang diketuai Abu Achmad Sidqi,