system hidrolik. Alat ini tersusun dari plat yang berjumlah 85 buah, media yang digunakan untuk penyaringan adalah filter cloth yang tahan terhadap tekanan
tinggi dengan ukuran air permeability 500 – 600. RBDPO dari crystalyzer
dipompakan oleh pompa pada suhu 26°C dengan kapasitas 20.000 kgbatch memasuki filter, setelah mengalami proses penyaringan, olein akan lolos dan
ditampung pada tangki Olein Storage. Biasanya bila sudah mencapai tekanan 3 barr, filtrasi sudah dapat dihentikan dan dilakukan squeeze
±25menit. Setelah squeeze dilakukan, sisa RBD Olein dengan menggunakan tenaga angin
dengan tekanan 3 – 4 barr selama 5 menit, kemudian filter dibuka, dan cake
RBD stearin jatuh, dan ditampung dengan melting tank, kemudian dipanaskan sampai dengan suhu 70°C dengan media pemanas berupa pipa yang dialiri
dengan air panas secara sirkulasi dalam pipa, akibat pemanasan ini stearin dapat mencair dan mudah dialirkan ke tangki timbun Stearin Storage.
Ketaren, 1986
2.8 Standar Mutu
Standar mutu adalah merupakan hal yang penting untuk kmenentukan minyak yang bermutu baik. Ada beberapa faktor yang
menentukan standar mutu, yaitu kandungan air dan kotoran dalam minyak, kandungan asam lemak bebas, warna, dan bilangan peroksida.
Faktor lain yang mempengaruhi standar mutu adalah titik cair dan kandungan gliserida, refining loss, plastisitas dan spreadability, kejernihan
kandungan logam berat dan bilangan penyabunan. Mutu minyak kelapa sawit yang baik mempunyai kadar air kurang dari 0,1
Universitas Sumatera Utara
persen dan kadar kotoran lebih kecil dari 0,01 persen, kandungan asam lemak bebas serendah mungkin lebih kurang 2 persen atau kurang , bilangan
peroksida dibawah 2, bebas dari warna merah dan kuning harus berwarna pucat tidak berwarna hijau, jernih, dan kandungan logam berat serendah
mungkin atau bebas dari ion logam.
Tabel 2.4 Spesifikasi Kualitas RBD Olein Menurut PORAM THEPALM OILREFINERS ASSOCIATIONOFMALAYSIA
Kandungan Mutubiasa
Mutukhusus
Asamlemakbebas 2,7
2,2 Air
0,1 0,08
Kotoran 0,01
0,05 BilanganPeroksidam.ekg
- 0,5
Besippm -
5
2.9 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mutu Minyak Kelapa Sawit
Rendahnya mutu minyak kelapa sawit sangat ditentukan oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut dapat langsung dari sifat pohon induknya selama
penanganan pascapanen,
ataupun selama
proses pemrosesan
dan pengangkutannya. Berikut faktor-faktor yang dapat mempengaruhi mutu
minyak kelapa sawit: 1.
Asam Lemak Bebas Asam lemak bebas dalam konsentrasi tinggi yang terikat dalam
minyak sawit sangat merugikan. Tingginya asam lemak bebas akan mengakibatkan rendemen minyak turun. Hal ini terjadi karena adanya reaksi
Universitas Sumatera Utara
hidrolisa pada minyak dan menghasilkan gliserol dan asam lemak bebas. Reaksi ini akan dipercepat dengan adanya faktor panas, air, keasaman, dan
katalis enzim. Semakin lama reaksi berlangsung,maka semakin banyak asam lemak bebas yang terbentuk.
2. Kadar Zat Menguap dan Kotoran
Kotoran yang terdapat dalam minya kterdiri dari tiga golongan, yaitu kotoran yang tidak larut dalam minyak Fat Insoluble dan kotoran yang
terdispersi dalam minyak. Kotoran yang terdiri dari biji atau partikel jaringan, lender dan getah, serat-serat yang berasal dari kulit, abu atau mineral yang
terdiri dari Mg, Cu, Fe, dan Ca, serta air dalam jumlah kecil. Kotoran ini dapat dipisahkan dengan beberapa cara mekanis, yaitu dengan cara
pengendapan, penyaringan dan sentrifusi. 3.
Pemucatan Minyak sawi tmempunyai warna kuning oranye sehingga jika
digunakan sebagai bahan baku untuk pangan perlu dilakukan pemucatan dengan adsorben. Salah satu adsorben yang digunakan adalah tanah liat
bleaching earth. Aktivitas tanah liat dengan asam mineral missal : HCl akan mempertinggi daya pemucat karena asam mineral akan larut dan bereaksi
dengan komponen seperti tar, garam Ca dan Mg yang menutupi pori -pori adsorben. Namun pemakaian asam mineral akan menimbulkan bau lapuk pada
minyak. Disamping itu, tanah liat juga akan menaikkan kadar asam lemak bebas dan mengurangi daya tahan kain saring yang digunakan untuk
memisahkan minyak dari adsorben.
Universitas Sumatera Utara
4. Kadar Logam
Beberapa jenis bahan logam yang dapat terikut dalam minyak sawit antara lain adalah besi, tembaga dan kuningan. Logam-logam tersebut
biasanya berasal dari alat-alat pengolahan yang digunakan. Tindakan preventif pertama yang harus dilakukan untuk menghindari terikutnya kotoran yang
berasal dari pengelupasan alat-alat dan pipa adalah mengusahakan alat-alat dari stainless steel.
Mutu dan kualitas minyak sawit yang mengandung logam-logam tersebut akan turun. Sebab dalam kondisi tertentu, logam-logam tersebut
dapat menjadi katalisator yang menstimulir reaksi oksidasi minyak sawit. Reaksi ini dapat diamati dengan melihat perubahan warna minyak sawit yang
semakin gelap dan akhirnya menyebabkan ketengikan. 5.
Angka Oksidasi Proses oksidasi yang distimulir oleh logam jika berlangsung dengan
intensif akan mengakibatkan ketengikan dan perubahan warna menjadi semakin gelap. Keadaan ini jelas sangat merugikan sebab mutu minyak
kelapa sawit menjadi menurun. Konsumen atau pabrik yang menggunakan minyak sawit sebagai
bahan baku dapat menilai mutu dan kualitasnya dengan melihat angka oksidasi. Dari angka inilah dapat diperkirakan sampai sejauh mana proses oksidasi
berlangsung sehingga dapat pula dinilai kemampuan minyak kelapa sawit untuk menghasilkan barang jadi yang memiliki daya tahan dan daya simpan
yang lama. Tim Penulis PS, 1992
Universitas Sumatera Utara
2.9.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Oksidasi
Trigliserida minyak sawit hanya mengandung sedikit ikatan asam lemak tak jenuh majemuk poly-unsaturated, juga mengandung tokoferol,
sehingga agak tahan terhadap oksidasi. Oksidasi ikatan rangkap tersebut, sama seperti hidrolisis, juga akan berlangsung secara otokatalitik. Penambahan
molekul oksigen terjadi pada gugusan metilen dari ikatan rangkap. Ini menghasilkan hidroperoksida yang segera terbagi menghasilkan radikal bebas.
Dalam proses oksidasi, ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan oksidasi, yaitu :
1. Pengaruh suhu
Kecepatan oksidasi lemak yang dibiarkan expose diudaraakan bertambah dengan kenaikan
suhu dan akan berkurang
dengan penurunan suhu. Kecepatan akumulasi peroksida selama proses aerasi minyak
pada suhu 100 - 115
o
C adalah kedua kali lebih besar dibandingkan pada suhu 10
o
C. Untuk mengurangi kerusakan bahan pangan berlemak dan agar tahan dalam waktu yang lebih lama, dapat dilakukan dengan cara menyimpan lemak
dalam ruang dingin. 2.
Pengaruh Cahaya Cahaya merupakan akselerator terhadap timbulnya ketengikan.
Kombinasi dari oksigen dan cahaya dapat mempercepat proses oksidasi. Sebagai contoh, lemak yang disimpan tanpa udara O
2
, tetapi dikenai cahaya sehingga menjadi tengik. Hal ini dikarenakan dekomposisi peroksida yang
secara alamiah telah terdapat dalam lemak. Cahaya berpengaruh sebagai akselerator pada oksidasi konstituen tidak jenuh dalam lemak.
Universitas Sumatera Utara
3. Bahan Pengoksidasi
Salah satu bahan pengoksidasi yang mempercepat proses oksidasi adalah peroksida. Hasil oksidasi berpengaruh dan dapat mempersingkat
periode induktif dalam lemak segar, serta dapat merusak zat inhibitor. Konstituen yang aktif dari hasil oksidasi lemak, berupa peroksida lemak atau
penambahan peroksida selain yang dihasilkan pada proses oksidasi lemak, misalnya hidrogen peroksida dan dapat mempercepat proses oksidasi.
4. Pemanasan
Pemanasan mengakibatkan tiga macam perubahan kimia dalam lemak yaitu terbentuknya peroksida dalam asam lemak tidak jenuh, peroksida
berdekomposisi menjadi persenyawaan karbonil, polimerisasi oksidasi sebagian. Hasil oksidasi sebagian partially oxidation asam lemak dapat
dipisahkan dari lemak sebagai fraksi nonureaadduct. Dekomposisi minyak dengan adanya udara terjadi pada suhu lebih rendah 190
o
C daripada tanpa udara pada suhu 240-260
o
C. Reaksi yang terjadi berbeda pada bagian permukaan dan bagian tengah minyak yang digoreng dan bentuk ketel
berpengaruh besar terhadap kecepatan penguraian minyak.
2.9.2 Faktor-faktor yang Dapat Menaikkan Bilangan Peroksida
Perubahan kimia yang terjadi dalam molekul minyak akibat pemanasan, tergantung dari empat factor yaitu :
1. Lamanya Pemanasan
Pemanasan selama 10 – 12 jam pertama, bilangan iod akan berkurang
dengan kecepatan konstan, sedangkan jumlah oksigen dalam lemak bertambah
Universitas Sumatera Utara
dan selanjutnya menurun setelah pemanasan 4 jam kedua. Kandungan persenyawaan karbonil bertambah dalam minyak selama proses pemanasan
kemudian berkurang sesuai dengan berkurangnya jumlah oksigen. 2.
Suhu Pengaruh suhu terhadap kerusakan minyak telah diselidiki dimana
minyak yang dipanaskan pada suhu 160
o
C dan 200
o
C, menghasilkan bilangan peroksida lebih rendah dibandingkan dengan pemanasan 120
o
C. Hal ini merupakan suatu indikasi bahwa persenyawaan peroksida bersifat tidak stabil
terhadap panas. 3.
Akselerator oksidasi Kecepatan aerasi juga memegang peranan penting dalam menentukan
perubahan - perubahan selama oksidasi thermal, dimana bilangan iod semakin menurun dengan bertambahnya kecepatan aerasi. Senyawa karbonil
dalam lemak- lemak yang telah dipanaskan dapat berfungsi sebagai prooksidan atau akselerator pada proses oksidasi.
2.9.3 Proses Oksidasi
Oksidasi spontan lemak tidak jenuh didasarkan pada serangan oksigen pada ikatan rangkap ikatan tak jenuh sehingga membentuk
hidroperoksida tidak jenuh. Asam lemak tidak jenuh yang terdapat dalam molekul trigliserida terdiri dari asam oleat, asam linoleat, dan asam linolenat.
Asam-asam tidak jenuh ini jika dioksidasi, masing-masing akan membentuk oleat hidroperoksida, linoleat hidroperoksida, dan linolenat hidroperoksida
yang bersifat reaktif.
Universitas Sumatera Utara
Peroksida yang dihasilkan bersifat tidak stabil dan akan mudah mengalami dekomposisi. Senyawa peroksida mampu mengoksidasi molekul
asam lemak yang masihutuh, dengan cara melepaskan dua atom hydrogen sehingga membentuk ikatan rangkap baru dan selanjutnya direduksi sampai
membentuk oksida. Terbentuknya peroksida, disusul dengan terbentuknya ikatan rangkap baru, akan menghasilkan deretan persenyawaan aldehida dan
asam jenuh dengan berat mokelul lebih rendah terutama dengan jumlah C
1
- C
9
.
2.9.4 Dampak Oksidasi Terhadap Kualitas Minyak
Adapun dampak dari tingginya bilangan oksidasi peroksida yang dihasilkan adalah kerusakan pada kualitas minyak, yang mana pada bahan
pangan berlemak ini akan menimbulkan bau dan rasa yang tidak enak ketengikan, sehingga dapat menurunkan mutu dan nilai gizi minyak. Tipe
penyebab ketengikan dalam lemak dibagi atas tiga golongan, yaitu : 1.
Ketengikan oleh Oksidasi Oxidative Rancidity Ketengikan ini terjadi pada proses oksidasi oleh oksigen udara
terhadap asam lemak tak jenuh dalam lemak. Proses ini dapat terjadi pada suhu kamar, dan selama proses pengolahan menggunakan suhutinggi. Hasil
oksidasi ini tidak hanya mengakibatkan rasa dan bau tidak enak tetapi juga dapat menurunkan nilai gizi, karena kerusakan vitamin karoten dan tokoferol
dan asam lemak esensial dalam lemak. Oksidasi terjadi pada ikatan tak jenuh dalam asam lemak. Pada suhu
kamar sampai suhu 100
o
C, setiap 1 ikatan tak jenuh dapat mengabsorbsi 2 atom oksigen, sehingga terbentuk persenyawaan peroksida yang bersifat labil.
Universitas Sumatera Utara
Peroksida ini dapat menguraikan radikal tidak jenuh yang masih utuh, sehingga terbentuk 2 molekul persenyawaan oksida dengan reaksi
sebagai berikut:
Proses pembentukan peroksida dipercepat oleh adanya cahaya, suasana asam, kelembaban udara dan katalis.
2. Ketengikan oleh enzim EnzymaticRancidity
Bahan pangan berlemak dengan kadar air dan kelembapan udara tertentu, merupakan medium yang baik bagi pertumbuhan jamur. Jamur
tersebut mengeluarkan enzim, misalnya enzim lipoelastic dapat
menguraikan trigliserida menjadi asam lemak bebas dan gliserol . Enzim peroksida dapat mengoksidasi asam lemak tak jenuh sehingga terbentuk
peroksida. Disamping itu, enzim peroksida dapat mengoksidasi asam lemak jenuh pada ikatan karbon atom beta, sehingga membentuk asam keton dan
akhirnya metilketon, dengan reaksi sebagai beriku t:
Universitas Sumatera Utara
3. Ketengikan Oleh Hidrolisa Hydrolitic Rancidity
Komponen zat berbau tengik dalam minyak selain dihasilkan dari proses oksidasi dari enzimatis, juga disebabkan oleh hasil hidrolisa lemak
yang mengandung asam lemak jenuh berantai pendek. Asam lemak tersebut mudah menguap dan berbau misalnya asam butirat, asam valerat, dan asam
kaproat.
2.10 Dampak Peroksida Dalam Tubuh
Pada umumnya senyawa peroksida mengalami dekomposisi oleh panas, sehingga lemka yang telah dipanaskan mengandungsejumlah kecil
peroksida.Dalam jangka waktu yang cukup lama peroksida dapat mengakibatkan destruksi beberapa macam vitamin dalam bahan pangan
berlemak misalnya vitamin A, C, D, E, K dan sejumlah kecil vitamin B. Peroksida juga dapat mempercepat proses timbulnya bau tengik dan
flavor yang tidak dikehendaki dalam bahan pangan. Jika jumlah peroksida dalam bahan pangan lebih besar dari 100 akan bersifat sangat beracun dan
tidak dapat dimakan, disamping bahan pangan tersebut mempunyai bau yang
Universitas Sumatera Utara
tidak enak. Bergabungnya
peroksida dalam
system peredaran
darah mengakibatkan kebutuhan vitamin E yang lebih besar. Peroksida akan
membentuk persenyawaan lipoperoksida secara nonenzimatis. Lipoperoksida dalam aliran darah mengakibatkan denaturasi lipoprotein yang mempunyai
kerapatan rendah. Lipoprotein dalam keadaan normal mempunyai fungsi aktif sebagai alat transportasi trigliserida, dan jika lipoprotein mengalami denaturasi
akan mengakibatkan deposisi lemak dalam pembuluh darah aorta sehingga menimbulkan atherosclerosis. Winarno, 1997
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Metodologi
Analisa bilangan Peroksida pada RBD Olein menggunakan Metode Titrasi Iodometri. Sampel yang digunakan adalah minyak RBD Olein yang
dihasilkan dari proses filterpress fraksinasi.
3.1.1 Alat- alat
-Erlenmeyer flask 250 ml Pyrex
-BuretMikro Pyrex
-Gelas Ukur Pyrex
-Neraca Analitis Sartorius
-PipetVolume 50 ml Pyrex
-Sendok Stainless Steel -Bola Karet
SuperiorMarienfield -Beaker Glass
Pyrex -Pipet Tetes
-Statif dan Klem -Labu Takar 1000 ml
Pyrex -Timer
3.1.2 Bahan-bahan
-Olein -Pelarut Asam Asetat : Kloroform 3 : 2
p.aMerck
Universitas Sumatera Utara