Pengolahan Minyak Kelapa Sawit

Tabel 2.3 Nilai Sifat Fisiko-Kimia Minyak Sawit dan Minyak Inti Sawit Sifat Minyak sawit Minyak inti sawit Bobot jenis pada suhu kamar - 0,900 -0,913 Indeks bias D 40°C 1,4565 -1,4585 1,495 -1,415 Bilangan Iod 48 -56 14 – 20 Bilangan Penyabunan 196 - 205 244 -254 Warna minyak ditentukan oleh adanya pigmen yang masih tersisa setelah proses pemucatan, karena asam-asam lemak dan gliserida tidak berwarna. Warna orange atau kuning disebabkan adanya pigmen kaotene yang larut dalam minyak. Bau dan flavor dalam minyak terdapat secara alami, juga terjadi akibat adanya asam-asam lemak berantai pendek akibat kerusakan minyak. Sedangkan bau khas minyak kelapa sawit ditimbulkan oleh persenyawaan beta ionone. Titik cair minyak sawit berada dalam nilai kisaran suhu, karena minyak kelapa sawit mengandung beberapa macam asam lemak yang mempunyai titik cair yang berbeda-beda. Ketaren, 1986

2.6 Pengolahan Minyak Kelapa Sawit

Pengolahan minyak kelapa sawit dari tandan buah segar kelapasawit terdiri dari beberapa tahap, yaitu : A. Sterilisasi dan Perontokan Sterilisasi bertujuan untuk menghentikan aktivitas enzim dan mengumpulkan protein dalam buah sawit serta membunuh mikroba. Universitas Sumatera Utara Terhentinya proses enzimatis akan mengurangi kerusakan bahan, antara lain akibat penguraian minyak menjadi asam lemak bebas. Penggumpalan protein bertujuan untuk tidak ikut terekstrak pada waktu pengepresan minyak ekstraksi. Sterilisasi juga bermanfaat untuk pengawetan dan memudahkan perontokan buah. Tandan buah yang telah disortir, direbus dengan uap panas selama 2 – 2,5 jam. Akhir perebusan ditandai dengan beberapa gejala, antara lain bau buah yang gurih, empuk dan mudah rontok. Setelah direbus selanjutnya dimasukkan ke dalam alat perontok. B. Pengempaan Buah dalam bak penumpukan dimasukkan ke dalam tangki penghancur. Sebagai pembantu dalam proses ini dipakai uap air panas, dan hasil hancurnya disebut jladren. Jladren dimasukkan ke dalam alat pengepres yang berbentuk silinder tegak. Pengepresan dilakukan pada tekanan sebesar 200 – 300 kgcm² dengan penekanan 5 sampai 6 kali dalam 1 menit. Ampas yang dihasilkan diangkut dengan pengangkut bergulir auger ke proses selanjutnya. Minyak sawit dari stasiun kempa dialirkan ke dalam sebuah tangki yang disebut monteyues. C. Perebusan Minyak yang berada dalam monteyues dipanaskan dengan uap air supaya tidak membeku. Dari monteyues minyak dipompakan dalam bak tunggu dengan bantuan tekanan uap sebesar 2 kgcm², dan dari bak tunggu dialirkan ke dalam tangki pengendapan. Di dalam tangki pengendapan, minyak dipanaskan dengan uap air selama kurang lebih 4 jam, kemudian didinginkan selama 3 jam. Perebusan bertujuan untuk memecahkan struktur emulsi, memasak minyak dan memisahkan kotoran dan Universitas Sumatera Utara air dari minyak. Pendinginan selama 3 jam, akan memisahkan minyak dari air dan kotoran. D. Penjernihan Minyak sawit dipompakan dari bak tunggu ke dalam tangki penjernihan klarifikator. Di dalam tangki penjernihan ini minyak kelapa sawit dimasak lagi dengan uap air panas selama lebih kurang 60 menit, kemudian didinginkan selama 60 menit. E. Penyaringan Minyak yang dialirkan dari tangki penjernihan, disaring di dalam alat penyaring sentrifugal. Dari penyaringan sentrifugal minyak bersih dipompakan ke dalam tangki penimbunan, sedangkan air dan kotoran dikembalikan ke dalam tangki pengendapan. F. Pemisahan Ampas dan Biji Sawit Ampas yang keluar dari stasiun kempa diangkut oleh pengangkut berulir auger kea lat pemisah ampas luchschreider. Selama pengangkutan, ampas dipanasi dengan uap yang dicacah dengan pisau sehingga ampas yang dihasilkan lebih halus. Alat pemisah ampas ini merupakan sebuah drum yang berputar dilengkapi oleh sebuah kipas. Prinsip pemisahan berdasarkan atas perbedaan bobot jenis biji sawit dan ampas. Ketaren, 1986 Universitas Sumatera Utara 2.7 Pengolahan CPO Menjadi Minyak Goreng 2.7.1 Perlakuan Pendahuluan Pre-treatment Refining

Dokumen yang terkait

Optimising Refined Bleached Deodorized Palm Stearin For Its Crude Stearic Acid Iodine Value To Provide The Stable Specification Of Blended Stearic Acid Distillate Iodine Value

1 63 10

Penentuan Bilangan Penyabunan dalam Crude Palm Stearin (CPS) dan Refined Bleached Deodorized Palm Stearin (RBDPS) di PT. Palmcoco Laboratories

6 74 42

Pengaruh Temperatur Terhadap Bilangan Peroksida Pada RBDPO (Refined Bleached Deodorized Palm Oil) Dan RBDP Olein (Refined Bleached Deodorized Palm Olein) Di PT.SMART Tbk.

8 86 58

Penetuan Bilangan Iodin pada Hydrogenated Palm Kernel Oil (HPKO) dan Refined Bleached Deodorized Palm Kernel Oil (RBDPKO)

3 64 41

Pengaruh Penambahan Antioksidan BHT (Butylated Hydroxytoluene) Terhadap Bilangan Peroksida RBDPO (Refined Bleached Deodorized Palm Oil)

1 51 56

Penentuan Bilangan Iodin Dalam Refined Bleached Deodorized Coconut Oil (RBD CNO) Dan Virgin Coconut Oil (VCO)

0 35 51

Optimasi Pembuatan Asam Stearat Berbasis Refined Bleached Deodorized Palm Stearin (RBDPS)Yang Stabil Sesuai Standar Mutu

2 59 397

Pengaruh Pemanasan RBD Olein (Refined Bleached Deodorized Olein) Terhadap Bilangan Peroksida (Peroxide Value)

4 42 54

Optimasi Transesterifikasi Refinery Bleached Deodorized palm Oil Menjadi Metil Estes Menggunakan Katalis Lithium Hidroksida

1 33 97

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelapa Sawit - Pengaruh Penambahan Antioksidan BHA (Butylated Hydroxyanisole) Terhadap Bilangan Peroksida Sampel RBD Olein (Refined Bleached Deodorized Olein)

0 0 26