Penyangkalan diri dan perubahan. Seseorang yang bertobat ketika mendengar Penundukan diri dan kerelaan untuk diajar. Seseorang yang mengakui pertobatannya Kerelaan untuk terus dibentuk. Seseorang yang hidup dalam pertobatan harus terus

41 Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti Menurut Kisah Para Rasul 26:20, pertobatan adalah berbalik dari dosa, meninggalkan dosa, datang kepada Tuhan dan membina hubungan yang harmonis dan dekat dengan Dia. Dengan kata lain, orang yang bertobat adalah orang yang merasakan kesedihan atau penyesalan terhadap dosa, berbalik dari dosa itu, meninggalkannya dan kembali kepada Tuhan. Pengertian ini jelas digambarkan oleh perumpamaan tentang anak yang hilang Injil Lukas pasal 15 dimulai dari ayat 11. Ia sadar akan dosa-dosa dan kesalahannya bahwa ia tidak bersyukur, egois, sombong, serakah, dan penuh hawa nafsu. Ia sedih dan menyesali perbuatan, tingkah lakunya dan kemudian berbalik, meninggalkan kehidupannya yang berdosa dan kembali kepada ayahnya untuk membina hubungan yang dekat dan harmonis. Ketika Yesus memulai pelayanan-Nya di bumi, Ia selalu menyerukan “bertobatlah sebab Kerajaan Sorga sudah dekat” Matius 4:17. Konsep pertobatan merupakan tema yang menjadi inti dari Alkitab. Semua orang diberitahu untuk bertobat dan kembali kepada Tuhan. Ketika Yesus mengutus murid-murid-Nya untuk berkhotbah, mengajar dan menyembuhkan, ada begitu banyak mukjizat yang terjadi. Yesus memberi tahu bahwa salah satu tujuan dari mukjizat-mukjizat tersebut adalah agar orang-orang bertobat. Bertobat dapat diartikan dengan menyesal atau berbalik kembali. Dengan kata lain, bertobat berarti perubahan pikiran dan sikap hidup. Pertobatan adalah suatu keputusan yang menghasilkan perubahan pikiran yang menuntun pada perubahan tujuan dan tindakan. Bertobat yang terpenting adalah mengubah sikap terhadap dosa. Pertobatan meliputi tiga hal, yaitu:

1. Penyangkalan diri dan perubahan. Seseorang yang bertobat ketika mendengar

panggilan keselamatan, harus bersungguh-sungguh menyangkal diri dan berubah; kembali kepada-Nya, meninggalkan dosanya dan berbalik dari dosa mengikut Kristus. Kisah Para Rasul 3:19 mengingatkan: “Karena itu sadarlah dan bertobatlah, agar dosamu dihapuskan”.

2. Penundukan diri dan kerelaan untuk diajar. Seseorang yang mengakui pertobatannya

haruslah tunduk pada irman Tuhan dan bersedia untuk diajar dan melakukan irman-Nya. Tidak ada pertumbuhan tanpa ketaatan kepada irman. Surat Yakobus menyaksikan bahwa hendaknya manusia tidak hanya menjadi pendengar irman, tetapi yang paling penting menjadi pelaku irman Yakobus 1:19-25.

3. Kerelaan untuk terus dibentuk. Seseorang yang hidup dalam pertobatan harus terus

dibentuk untuk menjadi serupa kristus. Tidak ada buah baik yang dihasilkan tanpa kemauan untuk menerima perbaikan dan pimpinan Roh Kudus. Bertobat tidak hanya membutuhkan keinginan, tetapi juga tekad dan komitmen yang sungguh untuk melaksanakannya. Tekad dan komitmen menjadi pendorong utama bagi seseorang untuk mewujudkan keinginannya tersebut. Jika yang ada dalam diri seseorang hanyalah keinginan untuk bertobat, itu hanya menjadi konsep atau wacana saja, dan itu tidak ada artinya sama sekali. Pertobatan haruslah diiringi dengan tindakan dan sikap hidup yang nyata. Kisah anak bungsu yang diceritakan Injil Lukas 15:11-32 menunjukkan sebuah contoh komitmen dan keseriusan seseorang untuk bertobat. Anak bungsu itu berbalik segera dari kehidupan lamanya, menjalani kehidupan baru bersama dengan ayah dan saudaranya laki- laki. Perumpamaan ini Tuhan mengajar bahwa hidup dalam dosa dan mementingkan diri sendiri merupakan pemisahan dari kasih dan persekutuan Allah. Hidup yang benar dan sejati hanya dapat ditemukan dalam hubungan yang benar dengan Allah. T ID A K U N T U K D IG A N D A K A N 42 Buku Guru Kelas V SD Orang berdosa harus menyadari keadaannya dengan rendah hati kembali kepada Bapa, mengaku dosanya dan bersedia untuk melakukan apa saja yang diminta oleh Bapa Lukas 15:17-19. Namun harus kita sadari bahwa pekerjaan menyadarkan orang yang hilang ini merupakan karya Roh Kudus Yoh. 16:7-11. Guru perlu menggali, contoh sederhana dalam kehidupan sehari-hari peserta didik yang menggambarkan ciri-ciri atau tindakan pertobatan, misalnya: peserta didik yang memiliki sifat sombong dan angkuh, menyesali kesalahannya dan berubah menjadi rendah hati; dahulu suka berbohong, menyadari kesalahannya dan berubah menjadi peserta didik yang jujur; dahulu memiliki sifat serakah yang ingin menguasai, menyadari kesalahannya dan menjadi peserta didik yang tidak serakah, tetapi hidup penuh syukur menerima apa adanya; dahulu suka marah-marah, sadar dan bertobat menjadi siswa yang sabar dan penuh ramah tamah; dahulu suka iri, sekarang bertobat menjadi peserta didik yang penuh kasih dan penyayang; dahulu sering mengeluarkan kata makiankasartidak sopan, berubah menjadi bertutur kata dengan santunhalussopan; dan sebagainya. Guru juga dapat menyiapkan contoh atau pengalaman pribadi atau pengalaman seseorang ketika ia bertobat. Gambaran Yesus mengenai tanggapan seorang ayah terhadap kembalinya anak ‘yang hilang’ mengajarkan beberapa hal penting. Setidaknya ada tiga hal penting yang hendak diajarkan menurut Lukas 15:20, yaitu: 1. Allah mempunyai belas kasihan bagi yang hilang karena keadaan mereka yang menyedihkan. 2. Kasih Allah bagi mereka begitu besar sehingga Ia menunggu mereka kembali kepada Nya. 3. Ketika orang berdosa dengan tulus hati kembali kepada Allah, Allah pun sudah siap untuk menerima mereka dengan pengampunan, belas kasihan, kasih karunia, dan mengaruniakan hak penuh sebagai anak yang sah bnd. Yoh. 1:12. Dampak pertobatan orang yang berdosa adalah sukacita yang besar. Tak terhinggalah sukacita Allah atas kembalinya orang berdosa Luk. 15:6-7,10, 22-24. Guru perlu memberikan penjelasan bagi siswa mengapa manusia perlu bertobat. Berikut ini adalah penjelasan yang dapat diberikan oleh guru, untuk menjawab mengapa manusia harus bertobat: • Setiap manusia adalah orang berdosa. Sejak lahir manusia telah memiliki dosa asal yang diwariskan oleh manusia pertama yaitu Adam dan Hawa. Oleh karena itu, kita harus selalu bertobat dan mengaku dosa. Pertobatan adalah alasan utama Kristus datang ke dalam dunia. Kristus datang untuk mentobatkan manusia. Lukas 19:10 mengatakan, “Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang”. Dia menunggu setiap manusia untuk berbalik datang kepada-Nya. • Anugerah keselamatan dari Allah disediakan bagi setiap manusia. Manusia yang menyambut anugerah itu harus mewujudkannya dalam pertobatan. Berikan juga contoh mengapa siswa perlu bertobat setiap saat. Misalnya: waktu pagi sebelum berangkat ke sekolah, sudah membantah dan menyakiti hati orang tuanya, maka ia harus segera menyadari kesalahannya, meminta maaf kepada orangtua dan bersikap lebih baik, tidak harus menunggu sampai besok atau lusa dan lain waktu. Contoh yang lain, ketika di sekolah ada ulangan dan peserta didik menyontek, maka ia harus segera menyadari kesalahannya dan tidak bersikap seperti itu lagi di ulangan berikutnya. T ID A K U N T U K D IG A N D A K A N 43 Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti Guru dapat mengingatkan siswa bahwa Tuhan selalu menghendaki kita untuk datang kepada-Nya. Ia sangat mengasihi kita sehingga selalu memberi jalan kepada kita untuk bertobat. Ingatkan siswa bahwa pertobatan adalah sebuah kehendak atau keputusan, bukan perasaan. Pertobatan adalah suatu tindakan sukarela untuk berserah kepada kehendak Tuhan dan kembali di jalan yang benar. Roh Kudus akan menolong siswa yang bersungguh-sungguh mau bertobat. Roh Kudus juga berperan sebagai penolong agar kita memliki kesadaran bertindak secara aktif dalam kehidupan. Allah telah berjanji kepada manusia bahwa Ia akan memberikan pengampunan kepada setiap orang yang mengakui dosa-dosa di hadapan-Nya. Ia melakukannya bukan karena perbuatan baik yang kita lakukan, tetapi karena Dia sangat mengasihi kita. Mazmur 32:1 mengatakan: “Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi”. Beri penekanan pada peserta didik bahwa, sebesar apa pun dosa yang telah dilakukan namun, ketika ia mau mengakuinya dan mau bertobat, maka pengampunan Allah tersedia baginya. Oleh karena itu, peserta didik jangan menunda untuk menyambut anugerah pengampunan Allah dengan kesediaanya bertobat.

D. Kegiatan Pembelajaran