Latar Belakang Tinjauan Hukum Tanggung Jawab Maskapai Penerbangan Sipil Terhadap Kerugian yang Timbul Berdasarkan Konvensi Chicago Tahun 1944

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mengingat negara kesatuan Republik Indonesia adalah negara kepulauan yang bercirikan nusantara yang disatukan oleh wilayah perairan dan udara dengan batas-batas, hak-hak, dan kedaulatan yang ditetapkan oleh undang-undang maka guna mendukung pertumbuhan ekonomi, diperlukan sarana transportasi nasional dalam hal penerbangan yang memiliki standar pelayanan yang optimal dengan mengedepankan keselamatan dan keamanan yang optimal. Pada perkembangannya, banyak tumbuh perusahaan penerbangan sipil di Indonesia karena masih sangat terbukanya peluang usaha di bidang jasa penerbangan sipil ini oleh karena tingginya permintaan dari konsumen untuk melayani rute-rute penerbangan yang tentunya dari segi bisnis sangat menjanjikan keuntungan bagi para pelaku usaha. Untuk itu, diperlukan tanggung jawab dari pihak maskapai penerbangan dalam memberikan pelayanan yang memberikan jaminan keselamatan dan keamanan kepada para konsumen yang berlaku secara umum. Dalam hukum, konsep tanggung jawab ini terdiri dari tanggung jawab berdasarkan kesalahan sebagaimana yang kita kenal dalam teori pemidanaan di Indonesia yaitu kesalahan yang berdasarkan kesengajaan dolusopzet dan kelalaian culpa. 1 Tanggung jawab memiliki pengertian yang sangat luas, namun demikian menurut Peter Salim dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar masing- 1 Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana Bagian 1, Jakarta:Rajagrafindo Persada,2007, hal.91. Universitas Sumatera Utara 2 masing tanggung jawab dalam arti accountability, responsibility, and liability. 2 Demikian halnya dengan Ida Bagus Rahmadi Supancana yang memberikan defenisi dari tanggung jawab itu sama dengan pendapat dari Peter Salim 3 . Tanggung Jawab accountability biasanya berkaitan dengan suatu kepercayaan terhadap lembaga tertentu yang berkaitan dengan keuangan, misalnya dalam kalimat Komisi Hak-Hak Asasi Manusia HAM harus membuat laporan “pertanggungan jawab” kepada sekretariat negara sebab Sekretaris Negara memberi subsidi kepada Komisi HAM. 4 Tanggung jawab dalam arti responsibility dapat diartikan “ikut memikul beban” akibat suatu perbuatan, seperti pernah disampaikan oleh mantan Kepala Staf angkatan Darat KSAD dan mantan Panglima TNI, Jenderal Endriartono Sutarto dalam kasus-kasus pelanggaran hak-hak asasi manusia yang dilakukan oleh prajurit. Beliau pernah mengatakan yang “bertanggung jawab” responsible adalah mereka yang memegang tongkat komando perintah prajurit. “Tanggung Jawab yang diartikan di sini diartikan yang memikul beban”. 5 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia tanggung jawab dalam arti responsibility dapat berarti “wajib menanggung segala sesuatunya”, kalau terjadi sesuatu dapat disalahkan, dituntut, dan diancam hukuman pidana oleh penegak hukum di depan pengadilan, menerima beban akibat tindakan sendiri atau orang lain, misalnya dalam kalimat: misalnya seorang dokter yang menyimpang dari 2 Peter Salim, contemporary English-Indonesia Dictionary, Edisi Pertama, Jakarta:Modern English Press,1985,hal.11. 3 Ida Bagus Rahmadi Supancana, Peranan Hukum Dalam Pembangunan Kedirgantaraan Kumpulan Makalah Paparan Ilmiah, Jakarta:CV.Mitra Karya,2003,hal.102- 125. 4 Diskusi Problem Masa Depan Komisi Nasional Hak-Hak Asasi Manusia HAM, diselenggarakan oleh Laboratorium Sosiologi Fakultas Sosiologi dan Ilmu Politik Universitas Indonesia tanggal, 26 Februari 2002 di Jakarta. 5 H.K.Martono dkk, Hukum Angkutan Udara, Jakarta:Rajawali Press,2011, hal.214. Universitas Sumatera Utara 3 standar medikal mal praktik harus “bertanggung jawab”, demikian pula seorang istri dokter yang menyuntik orang dengan alat suntik milik suaminya seorang dokter sampai meninggal dunia harus “bertanggung jawab”. Perkataan “tanggung jawab” di sini diartikan istri maupun dokter tersebut dapat dituntut hukuman pidana di depan pengadilan oleh penegak hukum. 6 Liability dapat diartikan sebagai kewajiban membayar ganti kerugian yang diderita, misalnya dalam perjanjian transportasi udara, perusahaan penerbangan “bertanggung jawab” atas keselamatan penumpang danatau barang-barang kiriman, karena itu apabila timbul kerugian yang diderita oleh penumpang danatau pengirim barang, maka perusahaan penerbangan harus “bertanggung jawab” dalam arti liability. Tanggung jawab di sini diartikan perusahaan penerbangan “wajib membayar” ganti kerugian yang diderita oleh penumpang danatau pengirim barang akibat perusahaan penerbangan melakukan wanprestasi. Perusahaan penerbangan dapat digugat di depan pengadilan perdata . dalam uraian ini yang dimaksud dengan dengan “tanggung jawab” adalah tanggung jawab hukum dalam arti legal liability dimaksudkan kewajiban membayar segala kerugian atau biaya yang timbul akibat kecelakaan pesawat udara yang dilakukan oleh kapten penerbang dan kewajiban tersebut dapat diajukan gugatan di depan pengadilan perdata. 7 Dengan di dasari oleh kepentingan khalayak luas maka diperlukan suatu pengaturan dalam hal penerbangan sipil ini yang dituangkan dalam suatu bentuk perjanjian internasional. Perjanjian internasional adalah perjanjian yang diadakan 6 Lukman Ali, Ed., Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:Balai Pustaka Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,1995, hal.234. 7 H.K.Martono, Op.cit, hal.217. Universitas Sumatera Utara 4 antara anggota masyarakat bangsa-bangsa untuk memberikan akibat hukum tertentu. 8 Dari batasan di atas jelaslah bahwa untuk dapat dinamakan perjanjian internasional, perjanjian itu harus diadakan oleh subjek hukum internasional yang menjadi anggota masyarakat internasional. Dalam hukum internasional dewasa ini ada kecenderungan mengatur hukum perjanjian antara organisasi internasional dengan organisasi internasional atau antara organisasi internasional dengan subjek hukum internasional lain secara tersendiri. Kecenderungan yang disebabkan oleh perkembangan yang pesat dari organisasi internasional di lapangan ini dan adanya ciri khusus perjanjian yang diadakan badan-badan demikian tampak misalnya dalam konferensi Internasional mengenai hukum perjanjian internasional yang diadakan di Vienna pada tahun 1968, 9 dan seperti Konvensi Chicago Tahun 1944 Tentang Penerbangan sipil. Berdasarkan uraian di atas konvensi Chicago tahun 1944 lahir untuk memberikan suatu batasan yang jelas yang mana konvensi ini mengatur aspek- aspek ekonomi penerbangan sipil disambung dengan kedaulatan atas wilayah udara, pendaftaran dan kebangsaan pesawat udara, SAR, dokumen penerbangan dan organisasi penerbangan sipil internasional yang digunakan sebagai acuan bagi seluruh operator penerbangan sipil di dunia yang kita ketahui bersama Indonesia sendiri telah mengeluarkan UU No.1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan yang mana pada kesempatan yang baik ini penelitian ini dapat dijadikan sebagai sarana 8 Mochtar Kusumaatmadja Etty.R.Agoes, Pengantar Hukum Internasional, Bandung:Alumni,2003,hal.117. 9 Konfrensi Vienna Tahun 1968 ini menghasilkan Konvensi Vienna mengenai hukum perjanjian tahun 1969 Vienna Convention On The Law Of Treatis 1968. Dan mulai berlaku entry into force 27 Januari 1980 Mengantiispasi Konvensi ini Indonesia telah mengundangkan Undang- Undang No.24 Tahun 2000 Tentang Perjanjian Internasional. Universitas Sumatera Utara 5 pembanding bagi ketentuan hukum positif penerbangan yang berlaku di Indonesia karena peneliti merasa bahwa masih tingginya kerugian yang timbul akibat ulah operator maskapai penerbangan sipil yang telah merugikan konsumen dengan nilai kerugian yang tidak sedikit pula. Penelitian ini membahas aspek ekonomi yang diatur dalam Konvensi Chicago Tahun 1944 dalam konteks penerbangan sipil dan juga membahas aspek teknis dan operasional penerbangan sipil dan juga pembahasan terkait dengan perbandingan antara ketentuan tanggung jawab terhadap kerugian yang timbul oleh maskapai penerbangan sebagaimana yang diatur dalam Konvensi Chicago Tahun 1944 dan juga sebagaimana pengaturanya dalam UU No.1 tahun 2009. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu input yang dapat menekan laju kerugian yang ditimbulkan oleh ulah oknum penerbangan sipil seperti terlambatnya pesawat yang memakan waktu yang sangat lama, ketersediaan sarana dan prasarana penunjang keselamatan penerbangan sipil yang tidak memadai dan ketidak cakapan dari sumber daya manusia dari operator penerbangan yang mengakibatkan tingginya resiko yang ditimbulkan. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian skripsi yang berjudul “ Tinjauan Hukum Tanggung Jawab Maskapai Penerbangan Sipil Terhadap Kerugian Yang Timbul Berdasarkan Konvensi Chicago Tahun 1944”.

B. Rumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Tanggung Jawab Maskapai Penerbangan Terhadap Penumpang Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan

3 100 84

Perlindungan Penerbangan Sipil Internasional Terhadap Pembajakan Udara Berdasarkan Konvensi Internasional

2 116 109

TANGGUNG JAWAB HUKUM MASKAPAI PENERBANGAN TERHADAP KERUGIAN YANG DIDERITA OLEH PENUMPANG PADA KECELAKAAN PESAWAT UDARA DI INDONESIA.

0 2 9

TANGGUNG JAWAB MASKAPAI PENERBANGAN TERHADAP PENUMPANG ATAS TERTUNDANYA PENERBANGAN (DELAY) BERDASARKAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR 77 TAHUN 2011 TENTANG TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ANGKUTAN UDARA.

1 5 49

Tanggung Jawab Negara Untuk Keselamatan Lalu Lintas Penerbangan Di Timor Leste Berdasarkan Chicago Convention 1944 Dan Timor Leste Civil Aviation Basic Law.

0 0 14

TANGGUNG JAWAB SQ TERHADAP RUSAKNYA BAGASI MILIK AM KARENA KELALAIAN MASKAPAI PENERBANGAN BERDASARKAN HUKUM INTERNASIONAL.

0 0 1

STATUS HUKUM PESAWAT UDARA SIPIL YANG DIGUNAKAN SEBAGAI SENJATA PENGHANCUR BERDASARKAN KONVENSI CHICAGO 1944.

0 0 2

Tinjauan Hukum Tanggung Jawab Maskapai Penerbangan Sipil Terhadap Kerugian yang Timbul Berdasarkan Konvensi Chicago Tahun 1944

0 2 36

BAB II Pengaturan Aspek Ekonomi Penerbangan Sipil Menurut Konvensi Chicago 1944 - Tinjauan Hukum Tanggung Jawab Maskapai Penerbangan Sipil Terhadap Kerugian yang Timbul Berdasarkan Konvensi Chicago Tahun 1944

0 0 15

BAB I PENDAHULUAN - Tinjauan Hukum Tanggung Jawab Maskapai Penerbangan Sipil Terhadap Kerugian yang Timbul Berdasarkan Konvensi Chicago Tahun 1944

0 0 16