Hukum Nasional Undang-Undang Nomor.1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan

64 atau di depan pengadilan yang memiliki yurisdiksi di tempat tujuan destination place. Tata cara pengajuan gugatan berlaku hukum nasional negara tempat mengajukan gugatan ganti rugi. 110 Bila pengangkutan dilakukan oleh beberapa perusahaan penerbangan dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku Pasal 30 Konvensi Warsawa 1929, setiap perusahaan penerbangan yag mengangkut penumpang, kargo dan bagasi berlaku ketentuan yang dianggap berlaku keseluruhan, dalam hal demikian penumpang danatau pengrim barang hanya dapat menggugat kepada perusahaan penerbangan yang benar-benar melakukan angkutan pada saat terjadi kecelakaan atau kelambatan terjadi dan lebih aman apabila, atas kesepakatan, gugatan diajukan kepada perusahaan penerbangan yang pertama dianggap sebagai yang bertanggung jawab. 111

2. Hukum Nasional

1. Undang-Undang Nomor.1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan

Undang-Undang Nomor.1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan disingkat UUP, bentuk pertanggung jawaban mulai dapat dilihat dalam Pasal 141 ayat 1 UUP yang menyatakan bahwa pengangkut bertanggung jawab atas kerugian penumpang meninggal dunia, cacat tetap misalnya kehilangan atau menyebabkan Tidak berfungsinya salah satu anggota badan atau yang mempengaruhi aktivitas secara normal seperti hilangnya tangan, kaki, mata yang diakibatkan kejadian angkutan udara di dalam pesawat udara danatau naik turun pesawat udara, kerugian yang diderita oleh penumpang karena bagasi tercatat hilang, musnah, 110 Dapat dilihat dalam Pasal 28 Konvensi Warsawa 1929. 111 Lihat Pasal 30 Konvensi Warsawa 1929. Universitas Sumatera Utara 65 atau rusak yang diakibatkan oleh kegiatan angkutan udara selama bagasi tercatat berada dalam pengawasan pengangkut sesuai dengan Pasal 144 UUP dan kerugian yang diderita oleh pengirim kargo karena kargo yang dikirim hilang, musnah, rusak yang diakibatkan oleh kegiatan angkutan udara selama kargo berada dalam pengawasan pengagkut berdasarkan Pasal 145 UUP. Bukti lain berlakunya konsep praduga bersalah presumption liability dalam UUP adalah kerugian yang diderita karena keterlambatan angkutan penumpang, bagasi dan kargo. Dikatakan bahwa pengangkut bertanggung jawab atas kerugian yang diderita karena keterlambatan, kecuali apabila pengangkut dapat membuktikan bahwa keterlambatan tersebut disebabkan oleh faktor teknis dan cuaca operasional beban pembuktian terbalik. 112 Dalam hal pengangkut dapat membuktikan bahwa kelamatan tersebut dapat disebabkan oleh faktor cuaca dan teknis operasional, maka pengangkut bebas tanggung jawab terhadap kerugian yang diderita karena keterlambatan pada penumpang, bagasi dan kargo. Dalam penjelasannya yang dimaksudkan dengan faktor cuaca, teknis dan operasional antara lain hujan lebat, petir, badai, kabut, asap, jarak pandang di bawah standar minimal weather minima yang mengganggu keselamatan penerbangan, sedangkan faktor teknis dan operasional antara lain bandar udara untuk keberangkatan dan tujuan tidak dapat digunakan operasional pesawat udara, lingkungan menuju bandar udara atau landasan terganggu fungsinya, misalnya retak, banjir, atau kebakaran, terjadinya antrian pesawat udara lepas landas take off, mendarat landing atau alokasi waktu keberangkatan departure slot time di bandar udara, keterlambatan pengisian bahan bakar aviation turbine 112 Lihat Pasal 146 UUP. Universitas Sumatera Utara 66 sedangkan tidak dapat digunakan sebagai alasan adalah keterlambatan co-pilot, dan awak kabin, keterlambatan jasa boga catering, keterlambatan penanganan darat, menunggu penumpang, baik yang baru melapor check in, pindah pesawat udara transfer atau penerbangan lanjutan connection flight dan ketidaksiapan pesawat udara. Universitas Sumatera Utara 67 BAB V KESIMPULAN SARAN

A. Kesimpulan

Dokumen yang terkait

Tanggung Jawab Maskapai Penerbangan Terhadap Penumpang Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan

3 100 84

Perlindungan Penerbangan Sipil Internasional Terhadap Pembajakan Udara Berdasarkan Konvensi Internasional

2 116 109

TANGGUNG JAWAB HUKUM MASKAPAI PENERBANGAN TERHADAP KERUGIAN YANG DIDERITA OLEH PENUMPANG PADA KECELAKAAN PESAWAT UDARA DI INDONESIA.

0 2 9

TANGGUNG JAWAB MASKAPAI PENERBANGAN TERHADAP PENUMPANG ATAS TERTUNDANYA PENERBANGAN (DELAY) BERDASARKAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR 77 TAHUN 2011 TENTANG TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ANGKUTAN UDARA.

1 5 49

Tanggung Jawab Negara Untuk Keselamatan Lalu Lintas Penerbangan Di Timor Leste Berdasarkan Chicago Convention 1944 Dan Timor Leste Civil Aviation Basic Law.

0 0 14

TANGGUNG JAWAB SQ TERHADAP RUSAKNYA BAGASI MILIK AM KARENA KELALAIAN MASKAPAI PENERBANGAN BERDASARKAN HUKUM INTERNASIONAL.

0 0 1

STATUS HUKUM PESAWAT UDARA SIPIL YANG DIGUNAKAN SEBAGAI SENJATA PENGHANCUR BERDASARKAN KONVENSI CHICAGO 1944.

0 0 2

Tinjauan Hukum Tanggung Jawab Maskapai Penerbangan Sipil Terhadap Kerugian yang Timbul Berdasarkan Konvensi Chicago Tahun 1944

0 2 36

BAB II Pengaturan Aspek Ekonomi Penerbangan Sipil Menurut Konvensi Chicago 1944 - Tinjauan Hukum Tanggung Jawab Maskapai Penerbangan Sipil Terhadap Kerugian yang Timbul Berdasarkan Konvensi Chicago Tahun 1944

0 0 15

BAB I PENDAHULUAN - Tinjauan Hukum Tanggung Jawab Maskapai Penerbangan Sipil Terhadap Kerugian yang Timbul Berdasarkan Konvensi Chicago Tahun 1944

0 0 16