Latar Belakang Masalah SMK Negeri 2 Magelang merupakan salah satu sekolah favorit di kota

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah SMK Negeri 2 Magelang merupakan salah satu sekolah favorit di kota

Magelang terbukti dengan banyaknya calon peserta didik yang mendaftar setiap tahun ajaran baru. Hal ini tentu juga diakibatkan karena banyaknya prestasi yang sudah diraih oleh peserta didik SMK Negeri 2 Magelang. SMK Negeri 2 Magelang memiliki empat program keahlian yaitu Akuntansi, Administrasi Perkantoran, Pemasaran, dan Rekayasa Perangkat Lunak. Untuk program keahlian Rekayasa Perangkat Lunak hanya satu kelas tiap jenjangnya artinya kelas X hanya memiliki satu kelas program keahlian Rekayasa Perangkat Lunak, begitu pula dengan kelas XI dan XII nya. Pemrograman Visual merupakan salah satu mata pelajaran pada program keahlian Rekayasa Perangkat Lunak yang harus dipelajari peserta didik pada kelas XI semester ganjil. Dalam mata pelajaran Pemrograman Visual digunakan software Microsoft Visual Basic 6.0. Microsoft Visual Basic 6.0 merupakan sebuah software yang mampu digunakan untuk membuat program berbasis Windows dengan menggunakan bahasa pemrograman BASIC Beginners All-Purpose Symbolic Instruction Code Budi, 2010: 3. Di dalam Microsoft Visual Basic 6.0 disediakan banyak kontrol guna membentuk sebuah program dari yang sederhana hingga komplek sampai terhubung dengan database. 2 Aktivitas pembelajaran yang selama ini berlangsung saat mata pelajaran Pemrograman Visual di SMK Negeri 2 Magelang adalah peserta didik mulanya diberi teori sebagai pengantar kegiatan praktik dan dilanjutkan kegiatan praktik langsung dipandu dengan sebuah modul. Peserta didik diharapkan mampu membuat sebuah program dengan mengikuti langkah-langkah praktik yang sudah dijelaskan di modul pembelajaran. Guru dalam menyampaikan teori untuk pengantar kegiatan praktik masih menggunakan metode ceramah karena memang dalam mata pelajaran Pemrograman Visual di SMK Negeri 2 Magelang belum dikembangkan media pembelajaran yang menarik dan interaktif seperti game edukasi atau yang lainnya. Dengan hanya menggunakan metode ceramah maka siswa pasif dalam pembelajaran sehingga materi yang disampaikan tidak dapat diterima dengan maksimal. Sedangkan untuk modul tersedia dalam bentuk softfile dan hardfile. Modul berbentuk seperti modul pada umumnya yaitu ada teori pengantar kegiatan praktik yang akan dilakukan dan ada langkah-langkah praktik beserta gambar sebagai penjelas. Modul tersebut kurang menarik karena tidak secara langsung bisa berinteraksi dengan peserta didik. Dampak dari belum tersedianya media pembelajaran Pemrograman Visual yang menarik dan interaktif adalah nilai teori peserta didik program keahlian Rekayasa Perangkat Lunak SMK Negeri 2 Magelang masih rendah. Peserta didik program keahlian Rekayasa Perangkat Lunak SMK Negeri 2 Magelang sudah hampir setiap hari berinteraksi dengan komputer yang memang menjadi sumber utama mereka belajar. Sebagian besar dari mereka juga telah mempunyai komputer atau laptop sendiri. Akan tetapi, peserta didik program 3 keahlian Rekayasa Perangkat Lunak baru mengenal software Microsoft Visual Basic 6.0 ketika mendapatkan mata pelajaran Pemrograman Visual yaitu pada saat mereka kelas XI semester ganjil karena memang software ini bukan seperti Microsoft Office yang umum digunakan. Oleh karena itu, software Microsoft Visual Basic 6.0 masih terasa asing bagi pengguna pemula. Walaupun sudah berkali-kali praktik membuat program menggunakan software tersebut, peserta didik kelas XI Rekayasa Perangkat Lunak masih belum paham dengan lingkungan kerja Microsoft Visual Basic 6.0. Sebagai contoh, peserta didik kebingungan ketika tiba-tiba jendela toolbox yang merupakan elemen penting untuk membuat interface program hilang dari lembar kerja. Atau banyak juga yang bingung harus menggunakan kontrol apa untuk program tertentu. Padahal mengenai lingkungan kerja Microsoft Visual Basic 6.0 sudah sering dijelaskan oleh guru dan penjelasannya terdapat di modul. Nampak sekali bahwa ternyata penjelasan dari guru tidak keseluruhan didengar oleh peserta didik dan penjelasan pada modul tidak keseluruhan dibaca oleh peserta didik. Penjelasan dari guru tidak keseluruhan didengar oleh peserta didik dapat disebabkan oleh kurangnya rasa tertarik dan perhatian peserta didik untuk mengikuti pembelajaran yang sedang berlangsung. Selain itu penjelasan pada modul tidak keseluruhan dibaca oleh peserta didik sehingga materi yang disampaikan tidak dapat dipahami dengan baik karena modul yang digunakan kurang menarik. Ketika peserta didik belum mengenal betul mengenai lingkungan kerja Microsoft Visual Basic 6.0 maka akan terjadi masalah ketika proses pembuatan program 4 karena ini merupakan hal dasar yang seharusnya dipahami peserta didik sebelum membuat program-program. Dari permasalahan yang ada dapat diketahui bahwa penting bagi peserta didik Rekayasa Perangkat Lunak untuk mengenal lingkungan kerja Microsoft Visual Basic 6.0 terlebih dahulu supaya tidak terjadi masalah ketika pembuatan program dan dapat mempercepat kinerja mereka. Oleh karena itu, dibuatlah sebuah media pembelajaran interaktif dalam bentuk game edukasi. Wolf 2000 mengungkapkan bahwa game edukasi adalah sebuah game yang dirancang untuk mengajar materi pembelajaran dengan adanya unsur scoring, waktu, atau umpan balik ketika jawaban benar. Game edukasi yang akan dihasilkan dibuat menggunakan bantuan software Adobe Flash Professional CS6 dengan ActionScript 2.0. Game dibuat dengan desain yang menarik dan interaktif. Game akan diuji kelayakannya terlebih dahulu sebelum digunakan oleh peserta didik supaya game yang dihasilkan mampu memberikan manfaat semaksimal mungkin. Game edukasi yang dipilih dalam bentuk tebak gambar. Gambar dalam hal ini tentunya yang berhubungan dengan lingkungan kerja Microsoft Visual Basic 6.0. Pemilihan media pembelajaran dalam bentuk game karena dari hasil pengamatan peserta didik program keahlian Rekayasa Perangkat Lunak SMK Negeri 2 Magelang sering bermain game dikomputer mereka bahkan pada saat proses belajar mengajar sedang berlangsung. Menurut Alessi dan Trollip 2001 : 271, game dapat memotivasi belajar yang efektif. Selain itu Lee dan Owens 2004 : 143, menyebutkan bahwa game memiliki banyak keuntungan tapi dengan syarat jangan menggunakan game 5 hanya untuk demi gaming. Terlepas dari game dan manfaatnya, seorang guru memang diharapkan mempelajari media pendidikan yang berbasis komputer untuk meningkatkan kualitas serta lebih inovatif Prasetyo, 2007: 2. Oleh karena itu, penggunaan game edukasi tebak gambar tepat untuk mengatasi permasalahan yang ada. Penelitian dibuat dengan judul “ Game Edukasi Tebak Gambar Lingkungan Kerja Microsoft Visual Basic 6.0 dengan Adobe Flash Professional CS6 di SMK Negeri 2 Magelang”.

B. I dentifikasi Masalah